dc.description.abstract | Berangkat dari sebuah ide dan gagasan atas pengamatan terhadap salah satu peristiwa sosial budaya yaitu “tambang” melalui serangkaian kegiatan ilmiah bertujuan untuk menafsir ulang fenomena tersebut dalam sebuah perlakuan musikal yang akan dikomunikasikan melalui pengorganisasian unsur-unsur bebunyian yang berakar atas unsur resam budaya Melayu.
Metode pengkaryaan yang penulis lakukan dalam hal ini adalah melaksanakan beberapa tahapan seperti pelaksanaan observasi dan pengamatan prilaku budaya tambang, melakukan wawancara, melakukan perekaman data audio visual budaya tambang. Pengkarya musik bertindak sebagai pengamat yang terlibat langsung dalam beberapa aktifitas sosial budaya. Data-data lapangan kemudian diolah di laboratorium musik dengan menyeleksi data dan mengorganisasikan data yang bersifat ilmu pengkaryaan musik, dalam konteks lintas disiplin ilmu pengkajian dan penciptaan seni. Untuk mengkaji persoalan dalam pengkaryaan seni musik pada karya ini digunakan teori yang dianggap relepan dalam membantu mengupas masalah yang ada seperti menggunakan teori teori bunyi, teori orkestrasi. Teori instrumentasi, teori etnosain Melayu termasuk menggunakan berbagai rujukan pembicaraan terhadap karya seni musik terdahulu.
Hasil yang diperoleh dalam penciptaan karya seni musik ini adalah: menafsir ulang fenomena sosial budaya mendayung Tambang (sampan) pada masyarakat di pesisir Pagkalan Berandan dalam bentuk perbuatan karya musik yang utuh berjudul Tambang. Bentuk komposisi musik tambang dibagi dalam tiga bagian utama yaitu dengan menafsirkan berbagai pola kegiatan yang dirangkum berdasarkan dimensi waktu berjalan sesuai kodrat alamnya yaitu yaitu: 1) bentuk musik yang mengiterpretasikan bentuk aktifitas pada dimensi waktu pagi hari, 2) bentuk aktifitas siang hari, 3) bentuk aktifitas dimensi sore hari. Bentuk komposisi musik pada dimensi pagi hari adalah kwartet string dengan dengan mengadobsi pola ritem senandung, sistem harmoni diciptakan dengan melakukan pendekatan musik barat, motif lagu-lagu foklore Melayu (resam Melayu) dan menggunakan modus arabes (nahwan, bayati, saba). Bentuk komposisi musik pada bagian dimensi siang hari adalah ansambel perkusi, mengola pola irama ritem senadung dan joget dengan ambahan tehnik pola interloking dan pola unisono. Untuk menyiasati penyambungan pada bagian-bagian tertentu digunakan tehnik komposisi sambung rapat. Pada bagian dimensi sore hari bentuk komposisi ditranspormasikan melalui pengabungan kwartet string dengan ansambel perkusi. Kwartet string dan perkusi secara keseluruhan mengadobsi pola ritem zapin, mengunakan modus melodi arbes dengan tehnik glisando, morten, aksen, vibrato dan unisono dalam menciptakan resam Melayu sebagai rasa mahakarya yang telah ditinggalkan sebagai warisan budaya Melayu. Untuk menguatkan ilustrasi musikalnya juga dibantu dengan mengunakan konsef intermedia menghadirkan puisi yang termotipasi dari karya Amir hamza. | en_US |