Sintaksis Bahasa Siladang: Kajian Tipologi Gramatikal

Abstract

Siladang is a language which is spoken by the Siladang tribe, located in Sipapaga and Aek Banir Village, Panyabungan, Sub-district, Madina Regency, North Sumatra Province. The title of this research is “The Siladang Syntax: a Study of Gramatical Typology. The goals of this research discussed include the basic clause structure, grammatical relations, argument structure, and valence and the syntactic alignment of the coreferential arguments in complex sentences.The oral data of this research was obtained through the direct elicitation and recording methods. Meanwhile, the written data of this research is obtained from the data of the privious research. The data of this research is analyzed by using the distributional method based on the problem discussed. The research found that (1) The discussion of word order is the basis for the beginning of the study the basic clause structure. BS is the language that has the canonical SVO structure. The systems of verbs and verb derivation. The analysis of the basic clause structure showed that the clause in BS consist of verbal and non-verbal predicated. The predicate of non-verbal can be filled by adjective, noun, numeral and a prepositional phrase. Meanwhile, the predicate of verbal clause is filled by intransitive and transitive verbs.(2) Core grammatical relation owned BS are subject (SUBJ) and object (OBJ). Meanwhile non-core grammatical relations of BS is oblique (OBL), complement, and adjung (ADJ). Subject in BS occurs in preverbal position and object occurs in post verbal position in the canonical structures. Besides it occurs in preverbal position, subject in BS can also be identified through raising, quantifier float, reflexivisation, relativisation, and non-overt noun phrase (PRO).(3) The analysis of the argument structure showed that the predicate of intransitive requires one NP argument as the only argument funtioning as grammatical subject which can be an agent or a patient. Meanwhile, the predicate with transitive verbs require two or more arguments. The presence of these arguments in the predicate transitive sentences are mandatory. (4)With regard to the verb valence, BS has two kinds of causative construction, namely (i) based on formal parameter (morphosyntax): analytic causative, morphological causative and causative lexical. (ii) based on semantic parameter: true causative, permissive causative, direct and indirect causative. Construction applicative BS can be locative, instrumental, benefactive, the source and the receiver used as the basic framework of the study of verb valence change mechanism BS. Meanwhile, construction resultative BS has a mechanism for forming the passive, or lower valence of verbs into transitive verb become intransitive verbs. The conclusion is the analysis on grammatical behavior on syntactic construction showed that syntactically BS is a language which has grammatical alignment system which gives the same treatment to A and S, and differently to P. The test on non-finite construction and jussive complement construction shows that if S co-reference with A, the deletion of one argument can be done directly. On the contrary, if S co-reference with P the deletion of one argument requires syntactic derivation through passivization and topicalization. The pivot operation on coordinative and subordinative construction also proves that BS works with S/A pivot. Therefore, BS can be categorized as an accusative language.

Bahasa Siladang (BS) adalah bahasa yang digunakan oleh suku Siladang yang bermukim di Desa Sipapaga dan Aek Banir, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini berjudul “Sintaksis Bahasa Siladang: Kajian Tipologi Gramatikal” diawali pada penelahaan struktur dasar klausa, relasi gramatikal, struktur argumen, dan valensi yang bertujuan untuk mengetahui sistem aliansi gramatikal untuk dapat menentukan tipologi gramatikal. Data lisan penelitian ini diperoleh melalui metode elisitasi langsung dan perekaman. Sementara, data penelitian ini dianalisis berdasarkan permasalahan yang dibahas dengan metode agih (distribusional). Hasil penelitian menunjukkan (1)Tata urutan kata dari kajian struktur dasar klausa BS memiliki struktur kanonis SVO dan penelahaan terhadap struktur dasar klausa menunjukkan bahwa klausa BS terdiri atas klausa yang berpredikat non-verbal dan klausa yang berpredikat verbal. Klausa yang berpredikat non-verbal dapat ditempati oleh adjektival, nominal, numeral, dan frasa preposisional. Sementara, klausa yang berpredikat verbal ditempati oleh verba transitif dan verba intransitif. (2) Relasi gramatikal inti yang dimiliki BS adalah subjek (SUBJ) dan objek (OBJ). Sementara, peran gramatikal noninti yang dimiliki BS adalah oblik (OBL), komplemen (KOMP), dan adjung (ADJ). SUBJ BS muncul pada posisi praverbal dan OBJ muncul pada posisi posverbal pada struktur kanonis. Selain muncul pada posisi praverbal, SUBJ BS juga dapat diidentifikasi antara lain melalui penaikan, pengambangan pejangka, perefleksifan, perelatifan, dan frasa nomina tidak terang (PRO). (3) Penelahaan terhadap struktur argumen menunjukkan bahwa predikat klausa intransitif menghendaki satu unsur argumen FN yang berfungsi sebagai subjek gramatikal dan secara semantis berfungsi sebagai agen atau pasien. Sementara, predikat dengan verba transitif menghendaki dua argumen atau lebih. Kehadiran argumen-argumen tersebut dalam predikat kalimat transitif bersifat wajib. (4) Terkait dengan valensi verba, BS membagi dua bentuk kausatif yaitu (a) berdasarkan parameter formal (morfosintaksis): kausatif analitik, kausatif morfologis, dan kausatif leksikal. (b) berdasarkan parameter semantis: kausatif sejati, kausatif permisif, kausatif langsung, dan kausatif tak langsung. Konstruksi aplikatif BS dapat berupa: lokatif, instrumental, benefaktif, sumber, dan penerima dijadikan kerangka dasar kajian mekanisme perubahan valensi verba BS. Sementara, konstruksi resultatif BS memiliki mekanisme untuk membentuk konstruksi pasif, atau menurunkan valensi verba dari verba transitif menjadi verba intransitif. Kesimpulannya bahwa telaah perilaku gramatikal terhadap konstruksi sintaksis BS merupakan bahasa yang memiliki sistem aliansi gramatikal yang memperlakukan A sama dengan S dan memberi perlakuan yang berbeda kepada P. Pengujian terhadap konstruksi dengan verba tak terbatas dan konstruksi dengan pemerlengkap jusif menunjukkan bahwa jika S berkoreferensi dengan A, maka pelesapan salah satu argumen dapat dilakukan secara langsung. Namun, apabila S berujuk silang dengan P, maka diperlakukan proses penurunan (derivasi) sintaksis melalui pemasifan dan penopikalan. Pengujian kepivotan pada konstruksi koordinatif dan subordinatif juga membuktikan bahwa BS bekerja dengan S/A pivot. Berdasarkan sistem aliansi gramatikal tersebut, maka BS dikategorikan sebagai bahasa akusatif.