Show simple item record

dc.contributor.advisorUtami, Wahyu
dc.contributor.advisorMarisa, Amy
dc.contributor.authorRaissa, Almira
dc.date.accessioned2019-03-01T02:38:08Z
dc.date.available2019-03-01T02:38:08Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/12033
dc.description.abstractVitalitas merupakan suatu pengukur atas keberhasilan suatu kawasan atau kota dalam mencakup semua kebutuhan manusia yang berada didalamnya. Namun, hal tersebut belum dicapai sepenuhnya oleh Kota Langsa. Kota langsa merupakan daerah yang terbentuk atas pecahan dari kabupaten aceh timur yang secara administrasi resmi berdiri pada tahun 2001. Kota langsa memiliki kondisi yang cukup strategis pada bidang industri, komersial dan perkebunan. Namun hal ini tidak memenuhi kebutuhan utama masyarakat secara maksimal sehingga masyarakat lebih memilih berbelanja guna memenuhi kebutuhannya di Kota Medan. Demi mengatasi permasalahan tersebut, pada tahun 2012 pemerintah dan pihak pengembang memutuskan untuk membangun sebuah pusat perbelanjaan Langsa Townsquare pada kawasan perdagangan dan jasa untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat. Setelah pembangunan townsquare selesai pada tahun 2015, kawasan tersebut secara visual dan fisik terlihat vital sehingga mengakibatkan kemunculan ruko-ruko dan kegiatan perdagangan baru di sekitar townsquare dan berkembang. Berdasarkan permasalahan dan isu tersebut, dapat kita temukan dua variabel dalam penelitian ini yaitu vitalitas kawasan dan perkembangan kecamatan. Untuk mengetahui jawaban atas permasalahan-permasalahan tersebut, berdasarkan variabel peneliti menemukan beberapa teori dan kemudian menemukan metode yang dapat digunakan yaitu metode deskriptif kualitatif. Selain metode tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan sinkronik-diakronik untuk mengetahui perkembangan kawasan dari tahun ke tahun. Dari hasil analisa teori dengan data yanng ditemukan di lapangan, Langsa Townsquare memiliki peran yang cukup untuk vitalitas kawasan dan perkembangan kota terkait kemunculan ruko-ruko dan kegiatan baru di sekitarnya. Namun, hal tersebut tidak dirasakan oleh pemilik-pemilik kios yang berada didalam Langsa Townsquare. Hal tersebut diakibatkan oleh masih mahalnya harga sewa kios sehingga dari ±100 kios yang ada hanya terisi 31 kios saja. Sebagai kota yang baru berkembang, regulasi atau peraturan kota sangat dibutuhkan guna hal meningkatkan vitalitas kawasan dan vitalitas kota sehingga kota mampu berdiri sendiri tanpa ada perbandingan dengan kota lain terkait pemenuhan kebutuhan masyarakat kota.en_US
dc.description.abstractVitality is a measurement for the success of a certain area or town in covering all human needs in it. However, this condition is not fulfilled completely by Langsa which was established as the fraction of Aceh Timur Regency. It was administratively established in 2001. It has a strategic condition in industry, commerce, and plantation although they do not meet the people’s needs so that they go shopping to Medan. In order to solve this problem, the local government and developers in 2012 decided to build a shopping center in Langsa Townsquare in the commercial and service area to accommodate the people’s needs. After the Townsquare was set up in 2015, the area was visually and physically vital which caused the appearance of new store-houses and new commercial activities at the Townsquare and they developed. Based on the problem and issue, it was found that there were two variables: area vitality and sub-district development. There were some theories and methods which could be used to find the answer – descriptive qualitative method. Besides that, the research also used synchronic-diachronic approach to find out the area development each year. The result of the research showed that Langsa Townsquare played an important role in area vitality and urban development concerning the appearance of store-houses and new activities surrounding it. However, this condition did not affect the stand owners in the Townsquare since the renting price of their stands was very expensive; therefore, of about 100 stands, only 31 of them were rented. As a new developing town, regulation is highly needed in order to increase area vitality and town vitality so that the town will be able to be independent without being compared with the other towns in fulfilling the townspeople’s needs.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectVitalitas Kawasanen_US
dc.subjectPerkembangan Kawasanen_US
dc.titlePengaruh Kehadiran Langsa Townsquare Terhadap Vitalitas Kawasan Perdagangan dan Jasa Kota Langsaen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM157020004en_US
dc.identifier.submitterNurhusnah Siregar
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record