Show simple item record

dc.contributor.advisorSetia, Eddy
dc.contributor.advisorDeliana
dc.contributor.authorBako, Evi Novalin
dc.date.accessioned2019-03-14T02:37:40Z
dc.date.available2019-03-14T02:37:40Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/12412
dc.description.abstractThe purpose of this study is to analyze the form of words, phrases, and idioms on the use of dysphemism that leads to hate speech and analyze the sociolinguistic elements of Setting and Scene, Participants, Ends, Act Sequence, Key, Instrumentalities, Norms of Interaction and Genres (SPEAKING) containing dysphemism on Lambe_Turah Instagram account. This research uses descriptive and qualitative method. The data in this study are words, phrases, and idioms containing dysphemism which lead to hate speech taken from the Lambe_turah Instagram account commentary column from January to April 2018. The technique in collecting data uses observation, written and substitution techniques. Data analysis technique consist of four activities: data collection, data display, data condensation, and conclusion. The validity of the data is done by triangulating the data through repeated discussion with some lecturer by looking at the indicators of dysphemism as a reference. Based on the research data: 33 words, 11 phrases and 19 idioms containing dysphemism are found out that lead to hate speech and a Linguistic elements of SPEAKING is found out in each of these comments. Seven categories of dysphemism, namely humiliation, reputation, defamation, unpleasant behavior, provoking, inciting and dissemination of false news according to the Criminal Code Article 156 and the ITE Law are found out and lead to the hate speech. After classifying the data using the seven categories of dysphemism, phrases namely anak bangsa, pemimpin sejati dan ketar-ketir are found out and contain dysphemism but they do not lead to hate speech because the comment contain a sense of politeness and respect. The role of media and consumptive behavior of the society have made the popular culture flourish and develop in the midst of society without realizing it. The result of this study is to improve the habits of the way people speak, especially the social media users. The more dysphemism used in the social media, the worse the role and the fuction of Indonesian have. In addition, dysphemism can also harm others that can have an impact to acts of discrimination, violence, loss of life or social conflict.en_US
dc.description.abstractAdapun tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis bentuk kata, frasa, dan idiom pada penggunaan disfemia yang mengarah pada ujaran kebencian dan menganalisis unsur sosiolinguistik yaitu Setting and scene, Participants, Ends, Act Sequences, Key, Instrumentalities, Norms of Interaction, and Genres (SPEAKING) dalam komentar para netizen yang mengandung disfemia pada akun Instagram Lambe_Turah. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan jenis penelitian analisis isi. Data dalam penelitian ini adalah kata, frasa dan idiom yang mengandung disfemia yang mengarah pada ujaran kebencian yang diambil dari kolom komentar akun Instagram Lambe_Turah dari Januari hingga April 2018. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik simak, catat, dan subsitusi. Teknik analisis data terdiri dari empat tahap yaitu pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data dilakukan dengan triangulasi data melalui diskusi ulang dengan dosen pembimbing dengan melihat indikator disfemia sebagai acuannya. Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari 33 kata, 11 frasa dan 19 idiom terkandung disfemia yang mengarah pada ujaran kebencian dan terdapat unsur lingustik SPEAKING dalam masing-masing komentar tersebut. Disfemia yang mengarah pada ujaran kebencian meliputi tujuh kategori yaitu: penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, memprovokasi, menghasut dan penyebaran berita bohong sesuai dengan KUHP Pasal 156 dan UU ITE. Hasil temuan yang diperoleh setelah dilakukan pengklasifikasian data menggunakan tujuh kategori disfemia dalam penelitian ini yaitu terdapat frasa yang mengandung disfemia namun tidak mengarah pada ujaran kebencian yaitu pada frasa anak bangsa, pemimpin sejati, dan ketar-ketir karena dalam komentar tersebut mengandung rasa kesopanan dan penghormatan. Peran media dan perilaku konsumtif masyarakat telah menjadikan budaya popular tumbuh subur dan berkembang di tengah masyarakat tanpa disadari. Hasil penelitian ini digunakan untuk memperbaiki kebiasaan cara berbahasa masyarakat khususnya pengguna media sosial. Semakin banyak disfemia yang digunakan dalam media sosial, semakin buruk pula peran dan fungsi Bahasa Indonesia. Selain itu, disfemia juga dapat merugikan orang lain yang dapat berdampak pada tindak diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa atau konflik sosial.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectPopular Cultureen_US
dc.subjectSosiolinguisticsen_US
dc.subjectDysphemismen_US
dc.subjectHate Speechen_US
dc.titleBudaya Popular dan Komunikasi: Penggunaan Disfemia Para Netizen pada Akun Instagram Lambe_Turahen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM167009013en_US
dc.identifier.submitterAkhmad Danil
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record