Show simple item record

dc.contributor.advisorKusmanto, Heri
dc.contributor.advisorWarjio
dc.contributor.authorRahmadani, Suci
dc.date.accessioned2019-06-11T01:23:51Z
dc.date.available2019-06-11T01:23:51Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/15067
dc.description.abstractPenelitian ini ditarabelakangi oleh kondisis Selat Malaka, dimana berbatasan langsung dengan tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura. Selat Malaka secara geopolitik sangat vital sebagai jalur laut terpendek antara Samudera Hindia dan Laut China Selatan atau Samudera Pasifik, yang memiliki nilai strategis tidak hanya bagi negara pantai (littoral state) tetapi juga bagi negara pengguna (user state). User State terbesar saat ini adalah China. Sebanyak 80% impor minyaknya melewati selat ini, sedangkan kita mengetahui industrialisasi di China berlangsung sangat cepat, dan membutuhkan energy minyak agar roda industrinya terus berputar. Keadaan ini tak pelak lagi telah membawa Selat Malaka kepada posisi dilematis China (Malacca Dilemma). Di satu sisi, pemerintah China ingin mengurangi ketergantungan impor minyaknya melalui selat ini mengingat rawan sabotase, perompakan, dan intervensi dari negara besar (Amerika dan India), yang mempunyai proxi di negara yang berdekatan dengan selat malaka. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Geopolitik oleh Alfred T. Mahan, selanjutnya metode yang digunakan adalah metode analisa data kualitatif.Adapun hasil penelitian tersebut yaitu Bagi China keamanan Selat Malaka untuk impor minyaknya dari Timur Tengah sangat penting diwujudkan, agar roda industri dalam negeri tidak terganggu oleh supply minyak dari Timur Tengah. Namun disisi lain, China juga menyadari ketergantungan yang begitu tinggi kepada Selat ini telah menimbulkan kerawanan dari intervensi militer, keamanan dari negara-negara lain. Serangkaian langkah mengurangi ketergantungan terhadap Selat Malaka secara agresif dilakukan oleh pemerintah China, seperti Belt and Road Initiative (BRI), String of Pearls, Nine Dash Line, dan Pembangunan Kra Canal di Thailand. Menghadapi kondisi ini, selanjutnya perlu pula di kaji posisi Indonesia dalam menghadapi kompleksitas permasalahan di Selat Malaka khususnya dalam rangka menghadapi berbagai manuver yang terjadi di Selat Malaka. Dalam hal ini, indonesia harus berperan aktif dalam menjaga keamanan teritorialnya, khususnya di Selat Malaka.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectMalacca Dilemmaen_US
dc.subjectSelat Malakaen_US
dc.subjectBRIen_US
dc.subjectString of Pearlsen_US
dc.subjectNine Dash Lineen_US
dc.titleStrategi Cina Menghadapi "Malacca Dilemma" dalam Rangka Pengamanan Jalur Energi Cina di Selat Malakaen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM167054007
dc.description.pages92 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record