Perbandingan Usapan Permukaan Tonsil Aspirasi Jarum Halus Tonsil dan Kultur Jaringan Parenkim Tonsil dalam Menentukan Bakteri Parenkim pada Tonsilitis Berulang
View/ Open
Date
2019Author
Ginting, Daniel
Advisor(s)
Saragih, Abdul Rachman
Yudhistira, Ashri
Metadata
Show full item recordAbstract
Pendahuluan: Tonsilitis akut paling sering dijumpai oleh dokter spesialis telinga,
hidung dan tenggorokan. Penentuan bakteri pada parenkim tonsil sangatlah penting,
dimana kegagalan eradikasi bakteri patogen dapat menyebabkan infeksi parenkim
yang persisten. Keberhasilan pengobatan dari tonsillitis akut bergantung pada
identifikasi bakteri patogen. Tes diagnostik dari usapan permukaan tonsil dan kultur
spesimen untuk menentukan bakteri penyebab masih sering dilakukan meskipun
masih kontroversi. Banyak studi yang menyebutkan usapan permukaan tonsil
sering tidak menggambarkan patogen yang asli sehingga pemberian antibiotik
menjadi tidak adekuat. Aspirasi jarum halus (AJH) sebagai metode yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan bakteri parenkim tonsil secara in vivo.
Tujuan: untuk mengetahui perbandingan usapan permukaan, aspirasi jarum halus
dan kultur jaringan parenkim tonsil dalam menentukan bakteri parenkim pada
tonsillitis berulang.
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian diagnostik dengan desain penelitian
potong lintang. Sampel penelitian adalah penderita tonsilitis berulang yang
menjalani operasi tonsilektomi di RS USU dan beberapa rumah sakit jejaring di
Medan yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil: Penelitian ini diikuti oleh sebanyak 32 orang subyek penderita tonsilitis
berulang dengan jenis kelamin perempuan (65,6%) lebih banyak daripada laki-laki
(34,4%). Hasil pemeriksaan usapan permukaan diperoleh sensitivitas 82,7% dan
spesifisitas 66,7% sedangkan dari aspirasi parenkim, diperoleh nilai sensitivitas
96,5%, dan spesifisitas 33,3%. Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri
terbanyak yang ditemukan pada usapan permukaan tonsil (40,6%), pemeriksaan
aspirasi (18,8%), dan kultur (28,1%). Bakteri anaerob terbanyak yang dijumpai
adalah Bacteroides fragilis (11,46%) dan Peptostreptococcus sp. (10,42%).
Kesimpulan: Pemeriksaan aspirasi parenkim lebih baik dalam menentukan bakteri
patogen dibandingkan pemeriksaan usapan permukaan karena memiliki nilai
sensitivitas yang lebih tinggi. Backgrounds: Acute tonsillitis is the most common disease in
otorhinolaryngology. Determination of bacteria in the tonsillar core is very
important as failure of eradication of pathogenic bacteria can cause persistent core
infection. The successful treatment of acute tonsillitis depends on the identification
of pathogenic bacteria. Diagnostic tests of surface swab tonsils and specimen
culture to determine the causative bacteria are still common despite their
controversial. Many studies mention that the smear of tonsillar surface often do not
describe the original pathogen so that antibiotic administration becomes inadequate.
Fine needle aspiration (FNA) is a method that can be used to obtain tonsillar core
bacteria in vivo.
Objectives: to compare surface swab, fine needle aspiration and tonsillar core
culture in determining core bacteria in recurrent tonsillitis.
Methods: This is a diagnostic study with a cross sectional design. The sample was
recurrent tonsillitis patients who underwent tonsillectomy surgery in Universitas
Sumatera Utara Hospital and several network hospitals in Medan that met the
inclusion criteria.
Results: The study was followed by 32 subjects of recurrent tonsillitis with female
(65.6%) more than men (34.4%). The results of surface swab examination obtained
sensitivity of 82.7% and specificity of 66.7% while those of core aspiration,
obtained sensitivity of 96.5% and specificity of 33.3%. Staphylococcus aureus was
the most common bacteria found in surface swab (40.6%), aspiration examination
(18.8%), and core culture (28.1%). The most common anaerobic bacterias were
Bacteroides fragilis (11.46%) and Peptostreptococcus sp. (10.42%).
Conclusions: Fine needle aspiration from tonsillar core is better than swab surface
in determining pathogenic bacteria because of its higher sensitivity.
Collections
- Master Theses [199]
Related items
Showing items related by title, author, creator and subject.
-
Pola Bakteri Aerob dan Anaerob dari Usapan Permukaan dan Parenkim Tonsil pada Penderita Tonsilitis yang Berulang
Ginting, Daniel (Universitas Sumatera Utara, 2018)Pendahuluan: Tonsilitis merupakan penyakit yang paling sering terjadi di bagian otorhinolaringologi baik akut maupun kronis terutama pada anak-anak. Tonsilitis berulang merupakan proses inflamasi kronik pada tonsil ... -
Profil Bakteri yang Dijumpai pada Anak Penderita Glomerulonefritis Akut dari Aspirasi Tonsil dan Swab Tonsil di RSUP H. Adam Malik Medan
Taufik, Muhammad (Universitas Sumatera Utara, 2011)Aim: To identify the bacteria profile that found from culture swab test and tonsil aspiration in children who are suffering from the acute glomerulonephritis. Methode: Study design that used is descriptive comparative ... -
Deteksi Helicobacter Pylori pada Tonsil sebagai Reseryoir Ekstragas Trik pada Penderita Tonsilitis Kronik yang di Dilakukan Tonsilektomi
Simbolon, Hotmaida S. (Universitas Sumatera Utara, 2014)Background: Chronic tonsillitis is an inflammation process in palatine tonsils more than 3 months and caused by therapeutic failure on recurrent episode of acute exacerbation. Helicobacter pylori is a common pathogen ...