dc.description.abstract | Kejadian bencana alam yang sering terjadi di Indonesia adalah gempa bumi
dan erupsi gunung berapi. Dari beberapa kejadian gempa di Indonesia terdapat efek
kerusakan geser pada pasangan dinding bata yang berupa retakan-retakan arah
diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh ketahanan pasangan bata
untuk memikul gaya geser dalam melawan gaya horizontal searah bidang dinding
yang ditimbulkan oleh gempa. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
kekuatan geser dan pola keretakan dinding terhadap beban statik serta
memanfaatkan limbah abu vulkanik Gunung Sinabung sebagai salah satu bahan
penyusun interlocking masonry brick karena aktivitas erupsi Gunung Sinabung juga
menjadi salah satu yang paling aktif di Indonesia.
Benda uji berupa sebuah dinding 3 m x 3 m dan portal kolom – balok 13
cm x 13 cm yang diisi pasangan interlocking masonry brick 25 cm x 12,5 cm x 10
cm dengan substitusi abu vulkanik Gunung Sinabung. Pada penelitian lanjutan ini
abu vulkanik dijadikan bahan pengganti pasir sebanyak 20% sebagai persentase
substitusi optimum bata. Pengujian properties interlocking masonry brick
dilakukan untuk mengetahui absorbsi dan kuat tekan bata. Pengujian dinding
dilakukan dengan memberikan beban statik pushover pada joint dinding yang
mengacu pada standar ASTM E 564-2003 untuk mendapatkan nilai kekuatan geser
dan pola retak dinding.
Dari hasil pengujian properties interlocking masonry brick didapat kuat
tekan bata sebesar 14,27 MPa dan absorbsi 14,44 % dimana hasil tersebut
memenuhi syarat mutu I berdasarkan SNI-03-0349-1989. Dari hasil pengujian
statik portal dinding interlocking masonry brick, benda uji mampu menerima beban
pushover sebesar 63931,2 N yang menghasilkan simpangan ultimet sebesar 35 mm
dengan tebal retak 4 mm. Kuat geser dinding yang didapat adalah 21,31 N/mm.
Berdasarkan analisis kurva equivalent energy elastic plastic (EEEP) didapat
kekakuan elastis dinding sebesar 5905,88 N/mm dan beban leleh dinding sebesar
57237,55 N dengan simpangan leleh 9,69 mm. Dari pengujian statik ini dapat pula
diambil kesimpulan bahwa semakin dinding mengalami kerusakan atau retak maka
kekakuan struktur akan semakin berkurang dan semakin mudah mengalami
kegagalan, hal ini dibuktikan pada saat pembebanan retak pertama dinding masih
memiliki kekakuan sebesar 5910,07 N/mm, namun pada saat lebar retak mencapai
4 mm, kekakuan dinding mengalami penurunan sebesar 63,94 % menjadi 2131,04
N/mm. | en_US |