Jejak Warisan Urung Lingga (Kajian Fenomenologi Arsitektur Karo)
View/ Open
Date
2019Author
Saragih, Jhon Tuah Aditya
Advisor(s)
Loebis, M. Nawawiy
Lindarto, Dwi
Metadata
Show full item recordAbstract
Perkembangan arsitektur dunia sekarang ini diwarnai dengan munculya
alternatif-alternatif desain sebagai jawaban kegagalan arsitektur modern. Salah satu
gerakan lain yang mulai berkembang adalah phenomenology architecture yang
dicetuskan oleh Christian Noberg Schulz yang mengangkat pengalaman manusia,
hubungan manusia terhadap lingkungannya, dan membahas bagaimana arsitektur
tersebut merupakan manifestasi dari keadaan alam bawah sadar manusia yang tidak
kelihatan (intangible). Arsitektur nusantara merupakan warisan yang sangat berharga
yang diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia, Sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Schulz arsitektur nusantara sendiri merupakan manifestasi dari
budaya bangsa Indonesia yang diwujudkan dalam arsitektur tradisional. Arsitektur
karo merupakan salah satu arsitektur nusantara yang memiliki keunikan tersendiri
yang merupakan hasil dari kearifan lokal budaya suku batak karo. Dari hasil
penelitian awal di Desa Lingga menemukan fenomena bahwa masyarakat karo sudah
beralih dari rumah tradisional menjadi rumah kontemporer yang tidak mempunyai
panggung. Fenomena diatas menjadi hal yang menarik untuk diteliti dimana perlu
untuk mengkaji genius loci dalam arsitektur karo dan kemudian mengkaji genius loci
dalam arsitektur karo kontemporer.
Jenis penelitian yang digunakan dalam untuk mengkaji genius loci dalam
arsitektur karo adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif digunakan untuk
mendeskripsikan fenomena dalam arsitektur karo kontemporer seperti rumah-rumah
tinggal dimana masyarakat karo kontemporer tinggal yang pada saat sekarang. Data
diperoleh dari penelitian-penelitan atau catatan terdahulu tentang budaya dan
arsitektur karo sebagai data primer dalam mengaji genius loci dalam arsitektur karo,
wawancara semiterstuktur untuk menggali elemen genius loci dalam masyarakat
karo kontemporer. Arsitektur karo akan dianalisis dengan indikator genius loci
dengan cara membandingkannya, lalu menggunakan pendekatan deskriptif untuk
menggali makna-makna yang ada pada arsitektur karo secara keseluruhan. Arsitektur
kontemporer akan dianalisis dengan indicator genius loci dengan cara
membandingkannya. Pada tahap akhir genius loci arsitektur karo dan genius loci
arsitektur kontemporer akan disandingkan untuk melihat perubahan yang terjadi
dalam arsitektur dalam perspektif genius loci.
Dari hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan genius loci pada
arsitektur karo terbentuk dari kepercayaan mereka yang memahami konsepsi dunia
atas, tengah, bawah. Rumah dianggap sebagai tempat perlindungan dengan semua
simbol-simbol dan orientasi arsitektur tersebut. Genius loci pada arsitektur
kontemporer juga mengganggap rumah sebagai tempat perlindungan, penyembahan
dan simbol kekerabatan (sangkep ngeluh), terdapat simbol-simbol kepercayaan
didalam rumah. The development of global architecture today is influenced by alternative
designs as an answer to modern architectural failures. One of the other developing
movements is the phenomenological architecture initiated by Christian Noberg
Schulz who considers men’s experience and relationship with environment, and
discusses architecture being a manifestation of human’s intangible subconscious
condition. Indonesian architecture is a priceless heritage inherited by the ancestors.
In line with the theory proposed by Schulz, Indonesian architecture is a manifestation
of Indonesian culture realized in its traditional architecture. Karonese architecture is
one of the Indonesian architectures which has its own distinctiveness resulted from
the local wisdom of Karonese ethnicity. The results of a preliminary research in Desa
Lingga demonstrated a phenomenon showing that Karonese house has changed from
traditional into contemporary house which no longer has a stage. This phenomenon
makes it necessary to study about genius loci in Karonese architecture.
This research applies qualitative research type to study genius loci in
Karonese architecture. It is applied to describe the phenomenon in contemporary
Karonese architecture such as their houses where contemporary Karonese
community lives today. The data were collected from previous researches and notes
about Karonese culture and architecture as the primary data; semi-structured
interviews to discover the elements of genius loci in contemporary Karonese
community. Karonese architecture was analyzed by comparing the indicators of
genius loci, and studied to elicit the messages underlying Karonese architecture
completely. The genius loci of Karonese architecture and contemporary architecture
were compared in the last research stage in order to discover any changes made in
the architecture within genius loci perspective.
It was concluded that the genius loci in Karonese architecture was shaped by
their belief which perceived the concept of upper, middle and below world. A house is
considered as a shelter containing all architectural symbols and orientation. The
genius loci in contemporary architecture consider a house as a shelter, praying
place, and kinship symbol (sangkep ngeluh) containing symbols of their belief in the
house.
Collections
- Master Theses [254]