Implementasi Program Ternak Penggemukan Sapi Bali di Kabupaten Aceh Tengah (Studi Kasus Tentang Program Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Swasembada Daging Di Kawasan Ternak Ketapang Kabupaten Aceh Tengah)
View/ Open
Date
2017Author
Ashwad, Hajar
Advisor(s)
Harahap, R. Hamdani
Humaizi
Metadata
Show full item recordAbstract
Aceh Tengah Regency is one of the potential regions for sapi bali raising.
Today, the Regional Government is attempting to support the self-supporting in meat
program with integrated program for fulfilling the need for meat in the local area and
its vicinity. The location of Ketapang Cattle Raising Place is Linge Subdistrict,
supported by the facilities for the cattle raisers and for the pasture through the
Decree of The Regent No. 524/238/Disnakkan/2010. There were 100 families in the
raising place that had passed the selection to become cattle raisers. The program has
still run to date even though it does not yield good result since most of them have
abandoned the location; only teens of them still live there, and some of their houses
are empty because the owners have deserted them. The objective of the research was
to find out the implementation of cattle raising program for fattening up sapi bali at
Ketapang Cattle Raising Place, Aceh Tengah Regency and to analyze the enabling
and inhibiting factors in implementing fattening up sapi bali at Ketapang Cattle
Raising Place, Aceh Tengah Regency. The research used descriptive qualitative
method. Primary data were gathered by conducting interviews and distributing
questionnaires to 9 source persons such as employees of the Animal Husbandry
Agency, Bapeda, counselors, and cattle raisers in the cattle raising place. The result
of the field research showed that the program of self-supporting in meant almost
failed since there was no balance between the budget and the outcome. One of the
causes of failure was that the recruitment for the cattle raisers was orchestrated and
not selective so that the program was not seriously developed. Even though the
feasibility study had been carried out, it seemed that the location was not appropriate
for cattle raising since it was barren and lacked water source as if the program was
forced to exist politically. Today, most of the cattle raisers desert the location so that
it is abandoned and does not function well. Kabupaten Aceh Tengah adalah salah satu daerah yang berpotensi untuk
pengembangan peternakan sapi bali, saat ini pemda sudah berupaya untuk
mendukung kegiatan swasembada daging tersebut dengan memadukan program untuk
mencapai swasembada daging untuk memenuhi kebutuhan daging lokal daerah dan
sekitarnya. Lokasi kawasan peternakan ketapang berada di kecamatan linge didukung
dengan pembangunan fasilitas prasarana dan sarana untuk para peternak dan untuk
pengembalaan ternak sapi melalui keputusan bupati dikeluarkan
524/238/Disnakkan/2010 ditempatkan 100 KK yang lolos seleksi untuk menjadi
peternak dilokasi kawasan peternakan, Sampai saat ini program ini masih berjalan
meskipun pada kenyataannya belum membuahkan hasil sebagaimana yang telah
direncanakan dikarenakan sebagian besar para peternak telah meninggalkan lokasi
peternakan dan hanya tersisa belasan Kepala Keluarga (KK) yang bertahan di lokasi
tersebut. Rumah-rumah milik peternak, sebagian telah kosong karena telah
ditinggalkan oleh peternaknya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
pelaksanaan program ternak penggemukan sapi bali di kawasan ternak ketapang
Kabupaten Aceh Tengah.dan menganalisis faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor
penghambat dalam pelaksanaan program ternak penggemukan sapi bali di kawasan
ternak ketapang Kabupaten Aceh Tengah. Metode analisis yang digunakan deskriptif
kualitatif. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara yang disebarkan
kepada 9 narasumber diantaranya pegawai dinas peternakan, bappeda, penyuluh
peternakan, dan paternak yang berada dilokasi kawasan peternakan. Dari hasil
penelitian lapangan menunjukan bahwa program yang dilaksanakan untuk mencapai
swasembada daging terindikasi gagal tidak sesuainya finansial anggaran yang
digelontorkan dengan hasil yang dicapai, kegagalan ini disebabkan beberapa faktor
diantaranya perekrutan calon peternak yang tidak selektif hal ini dibuktikan dengan
adanya memo dari kalangan pejabat elit untuk meloloskan para calon peternak
sehingga berdampak pada ketidakseriusan dalam mengembangkan ternak sapi. Lokasi
kawasan peternakan juga kurang mendukung dijadikan sebagai zona lokasi ternak
sapi yang mana keadaan tanah gersang dan kurangnya sumber air meskipun sudah
dilakukan kelayakan studi lapangan, namun realita di lapangan berbeda sehingga
terkesan program ini terlalu dipaksakan jika ditinjau dari sisi politis. Kondisi kawasan
peternakan ketapang saat ini sebagian besar dari para peternak lebih memilih
hengkang dan meninggalkan lokasi peternakan sehingga beberapa fasilitas penunjang
terbengkalai tidak terfungsikan dengan baik.
