Show simple item record

dc.contributor.advisorHariman, Herman
dc.contributor.advisorAkbar, Nizam
dc.contributor.authorTampubolon, Fernando Fritz
dc.date.accessioned2019-10-14T04:24:34Z
dc.date.available2019-10-14T04:24:34Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/19567
dc.description.abstractLatar Belakang : Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) adalah jenis operasi yang bertujuan untuk merevaskularisasi arteri koroner, digunakan untuk meningkatkan aliran darah ke jantung pada orang dengan penyakit arteri koroner berat /Coronary Artery disease(CAD). CABG merupakan salah satu penyelamatan untuk CAD. Selama CABG, arteri atau vena yang sehat dari bagian lain dari tubuh disambungkan, atau dicangkokkan, pada arteri koroner yang tersumbat. Pada operasi CABG ini jantung untuk sementara dihentikan denyutnya dan darah dialirkan ke mesin Cardiopulmonal bypass (CPB) atau Heart-lung machine.. Selama operasi CABG , mesin CPB mengalirkan darah beroksigen serta mengalihkan juga sebagian besar darah pasien dari jantung dan paru-paru dan tujuannya untuk menyediakan lapangan bedah yang tak berdarah dan mencegah kehilangan darah. Namun, CPB menempatkan pasien beresiko pada berbagai masalah yang berkaitan dengan darah yang berhubungan dengan mesin, termasuk fibrilasi atrium, respon inflamasi sistemik, stroke, gagal ginjal, dysrhytmia, koagulopati, dan microemboli.Peningkatan aktivitas sistim hemostasis dihubungkan dengan CPB yang dapat menginduksi suatu reaksi inflamasi sistemik dan menyebabkan komplikasi klinik seperti perdarahan, thrombosis post operasi, dan disfungsi organ. CPB merupakan prosedure yang sangat penting selama operasi jantung terbuka dan membutuhkan antikoagulasi yang sesuai. Antikoagulan yang adekuat merupakan komponen yang sangat perlu dalam keberhasilan penanganan hemostasis dan respon inflamasi yang disebabkan oleh CPB. Heparin umumnya digunakan untuk mencapai antikoagulasi sistemik selama CPB. Heparin sendiri tidak mempunyai efek antikoagulasi tapi membutuhkan antithrombin III (AT III) untuk bisa bekerja dan merupakan inhibitor koagulasi lambat untuk mencegah terjadinya pembekuan. Selama CPB terjadi penurunan aktivitas antithrombin, turun sekitar 40%-50% dibawah kadar awal sebelum operasi. Kegagalan dalam mengoreksi defisiensi AT III selama CPB dapat diketahui dari jeleknya keadaan selama operasi. Rendahnya kadar kerja AT III setelah CPB secara signifikan dihubungkan dengan bertambah lamanya pasien dirawat di ruang ICU, tingginya frekwensi operasi eksplorasi ulang dan kejadian thromboembolik. Oleh karena itu, perlu untuk mempartahankan kadar dari AT III secara tepat selama CPB Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui apakah benar AT III turun pada CABG yang menggunakan CPB dan untuk mengetahui apakah ada variasi menurun dan atau meningkat dari kadar AT III pada kelompok yang menjalani CABG yang menggunakan CPB. Diharapkan dengan diketahuinya respon AT III yang menjalani CABG dan CPB dapat diketahui resiko yang mungkin terjadi sehingga dapat mengantisipasinya. METODE PENELITIAN: Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen (Quasi Experimen). Penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik bekerjasama dengan Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RUP H. Adam Malik Medan. Kelompok kasus adalah pasien yang menjalani CABG elektif yang menggunakan CPB oleh Dokter spesialis Kardiologi di RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah memenuhi kriteria inklusi, kelompok ini kemudian dilakukan konfirmasi dengan tes kadar AT III sebelum dan sesudah CPB. Sampel darah diambil dua kali yaitu 1 jam sebelum tindakan CABG yang menggunakan CPB melalui arteri radialis dan sesudah CABG selesai sebelum mendapat Protamin yang menggunakan CPB, melalui arteri radialis. Untuk menjelaskan variabel karakteristik antara kedua kelompok disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan.Untuk melihat perubahan rerata aktifitas AT III sebelum operasi CABG yang menggunakan CPB dan sesudah operasi CABG sebelum mendapat protamin yang menggunakan CPB digunakan uji T berpasangan. HASIL PENELITIAN: Hubungan antara kadar aktivitas AT pada pasien CABG sebelum menggunakan CPB dan Sesudah menggunakan CPB di analisis dengan uji statistik yaitu uji t berpasangan. Dari 19 pasien didapatkan bahwa sebelum pemakaian CPB ( sebelum operasi CABG) kadar AT III masih rendah secara bermakna 61.77 + 29.86 dan pada saat selesai pemakaian CPB ( post operasi CABG ) kadar AT III meningkat secara bermakna 82.67 + 27.79 P < 0.016. Terdapat 4 pasien yang mengalami penurunana AT III dan dari 4 pasien ini terdapat satu pasien yang AT III nya menurun sampai 0 (nol).Peneliti menemukan adanya dua grup pasien yaitu: Grup I: peneliti namakan AT III responder dimana AT III meningkat sebagai respon untuk menginhibisi pelepasan trombin. Dan Grup II: AT III non responder (AT III paralisis) yang mana pasien tersebut AT III nya tidak bisa merespon prosedur operasi. Kesimpulan dan saran: Terjadi peningkatan aktifitas AT III pada pasien-pasien yang menjalani operasi jantung terbuka Dijumpai adanya grup yang penulis sebutkan AT III non responden dimana AT III nya menurun. Perlu ada penelitian lanjutan secara clinical trial untuk memastikan apakah grup AT III nonresponder memang sangat beresiko untuk timbulnya trombosis pasaca operasi CABG.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectAntithrombin IIIen_US
dc.subjectHeparinen_US
dc.subjectCABGen_US
dc.subjectCPBen_US
dc.titlePemeriksaan Antitrombin III pada Pasien-Pasien yang Menjalani Coronary Artery Bypass Graft yang Menggunakan Cardiopulmonal Bypassen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM097111002
dc.description.pages77 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record