dc.contributor.advisor | Loebis, M. Nawawiy | |
dc.contributor.advisor | Talarosha, Basaria | |
dc.contributor.author | Widodo, Sigit | |
dc.date.accessioned | 2019-11-19T06:37:16Z | |
dc.date.available | 2019-11-19T06:37:16Z | |
dc.date.issued | 2017 | |
dc.identifier.uri | http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/20736 | |
dc.description.abstract | Kawasan bandar udara merupakan kawasan yang memiliki intensitas
kebisingan yang sangat tinggi bahkan terus meningkat seiring dengan bertambahnya
frekwensi lalu lintas udara. Intensitas Kebisingan yang umumnya dikeluhkan oleh
sejumlah pekerja di bandar udara adalah tidak bisa berkonsentrasi dan sering
melakukan kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan. Permasalahan ini dikarenakan
gedung-gedung fasilitas di beberapa Bandar udara memiliki elemen bukaan berupa
jendela kaca yang tidak memiliki kemampuan dalam hal mereduksi intensitas bunyi
yang berlebih. Gangguan kebisingan seperti ini juga terjadi di Bandar Udara Juanda
Surabaya yang termasuk bandar udara terbesar dan tersibuk kedua setelah Bandar
udara Internasional Soekarno Hatta Jakarta. Bandar udara ini dikelompokkan sebagai
bandar udara kelas 1 yang sekaligus berstatus sebagai bandar udara internasional
utama, bandar udara internasional regional dan bandar udara internasional
penerbangan haji.
Keberadaan landas pacu di bandar udara yang berfungsi sebagai fasilitas
mendarat dan tinggal landas pesawat terbang merupakan sumber utama kebisingan
dengan intensitas antara 125-140 dB, sementara nilai standar faktor tempat kerja yang
dapat diterima tenaga kerja pada umumnya berkisar 65-85 dB.
Dalam rangka pengurangan intensitas kebisingan gedung dapat dilakukan
dengan memodifikasi penghalang bunyi seperti kaca pada jendela, contohnya
ketebalan dan jumlah kaca (tunggal atau ganda). Selain itu dapat dilakukan dengan
pemantulan bunyi. Pemantulan/Pembelokkan bunyi ini harus dipantulkan ke arah
yang tepat dengan penggunaan material yang dapat mereduksi bunyi.
Berdasarkan hasil penilitian, Pemanfaatan sistem kaca ganda dapat menaikkan
nilai insulasi lebih dari 30%, dengan rincian kaca ganda minimal 2x6mm pada unit
jendela mampu mereduksi bunyi sampai ≤ 65 dB, sistem ini jauh lebih efisien jika
dibandingkan dengan memperbesar dimensi atau ketebalan kaca ataupun
memodifikasi jarak gedung dari sumber bising. Upaya selanjutnya adalah perletakan
posisi panil kaca atau unit jendela kaca pada sudut 15° terhadap posisi normal, serta
penggunaan plafond dengan material penyerap bunyi seperti rock wool dapat
membantu tujuan tersebut. Selanjutnya adalah pemilihan material yang memiliki nilai
terendah atau negatif terhadap faktor penghantar getaran bunyi seperti kayu dan
plastik sangat baik untuk dipilih sebagai material penyusun struktur (frame) unit
jendela kaca, material kayu ataupun PVC dapat meminimalisir efek getaran bunyi
yang akan merambat dari bagian luar gedung. | en_US |
dc.description.abstract | An airport area has a very high intensity of noise; it even continuously
increasing along with the increase in air traffic frequency. The noise intensity is
usually complained by a number of employees at the airport since they cannot
concentrate and make errors in their job. It is because building constructions at some
airports have open elements like glass windows which are not able to reduce
excessive noise intensity. This noise pollution occurs at Juanda Airport, the second
busiest airport after Soekarno Hatta Airport. This airport is categorized as Class I
Airport, the main international airport, international regional airport, and
international Hajj airport.
The existence of runway which is functioned as airplanes’ landing and takingoff
is the main source of noise pollution with the intensity from 125 to 140 dB, while
the standard value of working place received by employees is around 65 to 85 dB.
Reducing noise intensity of the buildings can be done by modifying the
soundproof such as glass in windows with the thickness and the amount of glass
(single or double). It can also use sound reflection which is reflected to the exact
target by using materials which can reduce sound.
The result of the research shows that the use of double glass can increase the
value of insulation more than 30% with the detail as follows: double glass with the
minimum of 2x6 mm in a window unit can reduce sound up to ≤ 65 dB. This system is
much more efficient than by magnifying the glass dimension and thickness or
modifying the distance from building to the source of noise. The next phase was by
placing the position of glass panels or glass window units in the angle of 15o toward
normal position by using ceiling with absorber of rock wool brand. The next phase
was by selecting materials which have the lowest or negative value toward sound
vibration conductor like wood and plastic which are very good to be used as the
frame of glass windows. Wood material or PVC can minimize the effect of sound
vibration which infiltrates from the outside building. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Universitas Sumatera Utara | en_US |
dc.subject | Kawasan Bandar Udara Juanda Surabaya | en_US |
dc.subject | Intensitas Kebisingan | en_US |
dc.subject | Sistem Kaca Ganda | en_US |
dc.title | Penurunan Tingkat Kebisingan Ruang Kerja Melalui Optimalisasi Fungsi Jendela Kaca pada Gedung Administrasi Bandar Udara (Studi Kasus: Bandar Udara Juanda Surabaya) | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |
dc.identifier.nim | NIM097020013 | |
dc.description.pages | 129 Halaman | en_US |
dc.description.type | Tesis Magister | en_US |