• Login
    View Item 
    •   USU-IR Home
    • Faculty of Dentistry
    • Master Theses
    • View Item
    •   USU-IR Home
    • Faculty of Dentistry
    • Master Theses
    • View Item
    JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

    Efek Perilaku Menyirih dan Menyuntil Terhadap Peningkatan Kadar Nitric Oxide dalam Saliva Sebagai Potensial Karsinogenik pada Perempuan Suku Karo di Kecamatan Pancur Batu

    View/Open
    Fulltext (4.591Mb)
    Date
    2016
    Author
    Hanim, Aisyah
    Advisor(s)
    Pintauli, Sondang
    Ginting, Rehulina
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Betel quid chewing is a behavior that can be found in many countries all around the world. In Indonesian Karo tribes, betel chewing is continued with shredded tobacco chewing. This activity called “menyuntil”, which is shredding the tobacco to the teeth until a large wad of tobacco formed then placed it in buccal or labial mucose. Nitric Oxide (NO) is a soluble gas that can be increased by betel chewing and shredded tobacco chewing’s subtances. The aim of study is to analized the correlation between betel quid chewing and shredded tobacco chewing behavior and the level of salivary NO after betel chewing and shredded tobacco chewing. This is a obervasional analitical study with cross sectional design with 18 Karo’s females attain in the age of 30-60 years old. Betel chewing and shredded tobacco chewing behavior’s data measured with questionnare and the level of NO measured by spectrophotometer on Griess Reaction. Data analyzed with unpaired t test, Pearson correlation and double linear regression test on Stepwise methods. The result showed that mean NO in saliva after betel chewing is 254.56±108.84 μM, after shredded tobacco chewing is 431.03±190.51 μM, and in tobacco wad is 591.32±224.03 μM. Analytical test result showed there was a significant diference between betel chewing and shredded tobacco chewing (p=0.035). Pearson test revealed there were a significant correlation between the increasing level of NO with the exposure time and the after betel chewed frequency (r=0.693; r=0.713), while after shredded tobacco chewed the significant correlation is between the increasing level of NO with the duration (r=0.900). The most affecting increasing level of NO in saliva after betel chewing is frequency (y=-89.168+50.301 x1) and the most affecting factor for after increasing level in NO after shredded tobacco chewing is duration (y=135.765+180.161x2). The conclusion is shredded tobacco chewing’s behavior causing a greater effect to the increasing level of NO compared to betel chewing’s behavior.
     
    Perilaku menyirih merupakan kebiasaan yang banyak ditemukan di berbagai negara seluruh dunia. Pada masyarakat suku Karo di Indonesia, perilaku menyirih biasanya dilanjutkan dengan menyuntil yaitu menggosok-gosokkan tembakau (Nicotiana tabacum) ke gigi sampai membentuk gumpalan kemudian diletakkan di mukosa bukal atau mukosa labial. Nitric Oxide (NO) merupakan gas radikal bebas yang dapat dipicu peningkatannya oleh bahan menyirih dan menyuntil. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan perilaku menyirih dan menyuntil dengan kadar NO pada saliva sesudah menyirih dan menyuntil. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan desain cross sectional pada 18 orang perempuan suku Karo berusia 30-60 tahun. Data perilaku menyirih dan menyuntil diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran kadar NO dilakukan menggunakan spektrofotometer dengan metode Griess Reaction. Data dianalisis dengan uji t tidak berpasangan, uji korelasi Pearson dan uji regresi linear berganda dengan metode Stepwise. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kadar NO pada saliva sesudah menyirih 254,56±108,84 μM, sesudah menyuntil 431,03±190,51 μM, dan pada gumpalan suntil 591,32±224,03 μM. Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar NO sesudah menyirih dan menyuntil (p=0,035). Uji Pearson menunjukkan korelasi yang kuat antara peningkatan kadar NO dengan lama kebiasaan dan frekuensi sesudah menyirih (r=0,693; r=0,713), sedangkan sesudah menyuntil terdapat korelasi yang kuat antara peningkatan kadar NO dengan lama paparan (r=0,900). Faktor yang paling mempengaruhi kadar NO pada saliva sesudah menyirih adalah frekuensi menyirih dengan y=-89,168+50,301x1 dan sesudah menyuntil adalah lama paparan dengan y=135,765+180,161x2. Sebagai kesimpulan bahwa perilaku menyuntil mempunyai efek yang lebih besar terhadap peningkatan kadar NO dibandingkan perilaku menyirih.

    URI
    http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/22695
    Collections
    • Master Theses [46]

    Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara (RI-USU)
    Universitas Sumatera Utara | Perpustakaan | Resource Guide | Katalog Perpustakaan
    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV
     

     

    Browse

    All of USU-IRCommunities & CollectionsBy Issue DateTitlesAuthorsAdvisorsKeywordsTypesBy Submit DateThis CollectionBy Issue DateTitlesAuthorsAdvisorsKeywordsTypesBy Submit Date

    My Account

    LoginRegister

    Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara (RI-USU)
    Universitas Sumatera Utara | Perpustakaan | Resource Guide | Katalog Perpustakaan
    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV