Show simple item record

dc.contributor.advisorBatubara, Junita
dc.contributor.advisorNasution, Ikhwanuddin
dc.contributor.authorPasaribu, Naomi
dc.date.accessioned2020-03-03T02:58:08Z
dc.date.available2020-03-03T02:58:08Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/24724
dc.description.abstractLamtiur Opêra Monolog adalah karya seni penciptaan, dipentaskan dalam bentuk Opera Batak dengan durasi 60 menit. Opera Monolog ini mengangkat kisah kehidupan perempuan Batak naung mabalu. Secara umum, perempuan Batak yang telah menjadi janda karena suaminya telah meninggal dunia, dianggap tidak berdaya. Lamtiur bukanlah perempuan tidak berdaya, sebaliknya Lamtiur adalah perempuan yang tangguh. Penderitaan, kesedihan, sakit penyakit, hinaan dihadapinya demi membesarkan dan mempertanggung jawabkan anak-anaknya hingga sarjana, bekerja dan berumah tangga. Ditengah paradatan, walaupun Lamtiur tidak mempunyai hak suara, tetapi segala sesuatu yang menjadi kewajibannya dilakukannya, agar dia dan anak-anaknya tidak dicap ndang maradat. Kekuatan Lamtiur dia peroleh dari Tuhan, dari anak-anaknya dan dari orang yang membutuhkan tenaganya. Inilah yang ditunjukkan pengkarya dalam karya seni opera Monolog dengan menggabungkan musik tradisional Batak Toba dan musik barat (western style). Penggabungan musik ini berangkat dari konsep dasar idiom bunyi yang dituangkan ke dalam 5 (lima) movement yang merujuk kepada beberapa teori seperti teori bunyi, teori orkestrasi, teori instrumentasi, teori filafat keindahan dan teori makna kehidupan. Adapun 5 bagian ini yaitu: 1. Aek Hangoluan 2. Holong 3. Pardalanan ni ngolu 4. Partuturan 5. Diompas on. Kelima bagian ini ditampilkan oleh pelakon Monolog dalam bentuk gerak, tari, turi-turian dan nyanyian yang dipadu dalam satu komposisi musik yang utuh.en_US
dc.description.abstractLamtiur Opêra Monologue is a creation art, performed in the form of Batak Opera for 60 minutes. This Monologue opera lifts the life story of a widowed Batak woman. In general, Batak women who have become widows because their husbands have passed away are considered helpless. Lamtiur is not a helpless woman, on the contrary Lamtiur is a tough woman. Suffering, sadness, sickness, insults faced in order to raise and account for their children to the bachelor, work and households. In the midst of the paradigm, even though Lamtiur has no voting rights, everything she is obliged to do, so that she and his children are not labeled unconscious. Lamtiur gained strengthen from God, from his children and from people who needed her strength. This is what the work of art shows in the work of opera Monologue by combining traditional Toba Batak music and western style music. This music merging departs from the basic concepts of sound idioms which are poured into 5 (five) mvement which refer to several theories such as sound theory, orchestration theory, instrumentation theory, beauty philosophy theory and the theory of meaning of life. The 5 parts are: 1. Aek Hangoluan 2. Holong 3. Pardalanan ni ngolu 4. Partuturan 5. Diompas on. These five parts are performed by a Monologue performer in the form of motion, dance, turiturian and singing combined into a whole musical composition.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectBatak Tobaen_US
dc.subjectKomposisi Musiken_US
dc.subjectLamtiuren_US
dc.subjectOpera Monologen_US
dc.subjectParadatonen_US
dc.titleLamtiur Opȇra Monologen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM177037005
dc.description.pages259 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record