dc.description.abstract | Balok tinggi merupakan salah satu elemen struktur yang banyak digunakan
pada konstruksi bangunan beton bertulang karena kemampuannya yang besar
dalam memikul beban geser. Balok tinggi sering digunakan pada dinding geser,
balok couple, pile cap, kepala pilar atas jembatan, dan lain-lain. Distribusi tegangan
dan regangan pada balok tinggi pada umumnya bersifat nonlinier. Sehingga
perancangan dan analisis balok tinggi, lazimnya menggunakan metode
strut-and-tie model (STM). Aliran tegangan pada balok tinggi dapat diketahui
dengan menggunakan salah satu software finite element modeling (FEM) seperti
LUSAS14. Penggunaan metode strut-and-tie model ini membawa pengaruh yang
cukup besar dan luas dalam perancangan dan analisis pada struktur beton bertulang,
karena konsep-konsep pada metode STM yang sederhana dan mudah diaplikasikan
secara logika. Meskipun demikian, sering juga timbul masalah pada saat proses
perancangan dan analisisnya, akibat proses perhitungan yang memerlukan waktu
yang lama. Untuk mengatasi masalah tersebut, saat ini sudah mulai banyak
dikembangkan beberapa software yang dapat digunakan, salah satunya adalah
CAST (Computer Aided Strut and Tie).
Pada penelitian ini, elemen struktur yang ditinjau adalah balok tinggi.
Dimensi dan pembesian balok tinggi dirancang berdasarkan SNI 2847-2019,
kemudian hasil perancangan balok tinggi tersebut dianalisis dengan menggunakan
metode STM berdasarkan SNI 2847-2019, serta berdasarkan lima model STM lain
yang berbeda yang telah establish untuk mengetahui keefektifan hasil perancangan
balok tinggi menggunakan SNI 2847-2019. Pemilihan pemodelan rangka batang
menurut SNI 2847-2019 didasarkan pada aliran tegangan hasil analisis
menggunakan perangkat lunak non-linear analysis LUSAS14. Selain itu, untuk
mengetahui perbandingan hasil analisis berdasarkan metode-metode STM yang
digunakan, digunakan juga program CAST.
Dari hasil analisis diperoleh bahwa hasil perancangan balok tinggi
menggunakan SNI 2847-2019 cukup efektif. Force ratio yang diperoleh pada setiap
metode STM yang digunakan serta berdasarkan hasil analisis CAST menunjukkan
nilai yang kurang dari satu. Kapasitas gaya pada setiap elemen truss lebih besar
daripada gaya batang yang bekerja pada masing-masing elemen untuk setiap model
yang digunakan. Berdasarkan hasil analisis STM diperoleh force ratio rata-rata
untuk Model-1; Model-2; Model-3; Model-4; Model-5; Model-6 masing-masing
adalah 0,846; 0,756; 0,746; 0,668; 0,642; 0,744. Sedangkan berdasarkan hasil
analisis CAST, diperoleh force ratio rata-rata untuk Model-1; Model-2; Model-3;
Model-4; Model-5; Model-6 masing-masing adalah 0.869; 0.803; 0.845; 0,695;
0.768; 0,781. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat dilihat bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil analisis STM dan CAST. | en_US |