Hubungan Perceived Stigma dengan Kualitas Hidup Pasien Kusta

Abstract

Background: Leprosy is a chronic disease that causes medical, social, economic, cultural, security and national security problems. One problem that hinders leprosy prevention efforts is the existence of stigma. There are three forms of stigma that occur in leprosy patients, namely enacted stigma, perceived stigma and internalized (self) stigma. Perceived stigma refers to the perceptions, hopes, fears, and subjective awareness of leprosy patients of what the community thinks or will do to themselves so that it includes intrapersonal aspects. Leprosy patients often experience difficulties in physical, psychological, environmental and social interactions, which can reduce their quality of life. Quality of life is an individual's perception of his position in life, in the context of culture, the value system in which they are and their relationship to life goals, expectations, standards, and other related. Objective: To analyze the correlation of perceived stigma and the quality of life of leprosy patients. Subjects and methods: This study was an observational analytic study with a cross-sectional design involving 30 leprosy patients. Baseline data were collected on the subject of research, assessment of perceived stigma using the Explanatory Model Interview Catalog (EMIC) questionnaire and quality of life assessment using the World Health Organization Quality of Life-BREF (WHOQOL-BREF) questionnaire. The collected data is then processed and statistically analyzed using the Pearson correlation test. Results: In this study found a significant correlation between perceived stigma and quality of life with negative correlation direction and moderate correlation strength (p=0,011; r= -0,459). The demographic characteristics of leprosy patients in this study were highest in the age range of 19-40 years, male sex, high school education level, income below the city minimum wage of Medan and married status. Characteristics of the perceived stigma of leprosy patients according to the EMIC questionnaire in this study were that most of the research subjects have negative perceived stigma and the dominant factor affecting the perceived stigma of leprosy patients was a factor covering their illness from others and discussing their illness with those closest to them. Characteristics of the quality of life of leprosy patients according to the WHOQOL-BREF questionnaire in this study are the most with ordinary subjective assessment quality of life, satisfaction of health condition is not satisfactory, the domain of quality of life most affected by leprosy is a physical domain and having a good quality of life. Conclusion: There is a significant correlation between perceived stigma with quality of life with the direction of negative correlation with moderate correlation strength.

Latar belakang: Kusta merupakan penyakit kronis yang menimbulkan masalah medis, sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Salah satu masalah yang menghambat upaya penanggulangan kusta adalah adanya stigma. Terdapat tiga bentuk stigma yang terjadi pada pasien kusta yaitu enacted stigma, perceived stigma dan internalized (self) stigma. Perceived stigma mengacu pada persepsi, harapan, ketakutan, kesadaran subjektif pasien kusta terhadap apa yang dipikirkan atau yang akan dilakukan komunitas terhadap dirinya sehingga mencakup aspek intrapersonal. Pasien kusta sering mengalami kesulitan dalam kondisi fisik, psikologis, lingkungan dan interaksi sosial sehingga dapat menurunkan kualitas hidupnya. Kualitas hidup merupakan persepsi individual terhadap posisinya dalam kehidupan, dalam konteks budaya, sistem nilai dimana mereka berada dan hubungannya terhadap tujuan hidup, harapan, standar, dan lainnya yang terkait. Tujuan: Mengetahui hubungan perceived stigma dengan kualitas hidup pasien kusta. Subjek dan metode: Penelitian ini merupakan suatu studi analitik observasional dengan rancangan potong lintang yang melibatkan 30 pasien kusta. Pada subjek penelitian dilakukan pengambilan data dasar, penilaian perceived stigma dengan menggunakan kuesioner Explanatory Model Interview Catalogue (EMIC) dan penilaian kualitas hidup dengan menggunakan kuesioner World Health Organization Quality of Life-BREF (WHOQOL-BREF). Data yang terkumpul kemudian diolah dan dilakukan analisis statistik dengan uji korelasi Pearson. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang signifikan antara perceived stigma terhadap kualitas hidup dengan arah korelasi negatif dengan kekuatan korelasi sedang (p=0,011; r= -0,459). Karakteristik demografi pasien kusta pada penelitian ini adalah terbanyak pada rentang usia 19-40 tahun, jenis kelamin laki-laki, tingkat pendidikan SMA, penghasilan dibawah upah minimum kota (UMK) Medan dan status sudah menikah. Karakteristik perceived stigma pasien kusta menurut kuesioner EMIC pada penelitian ini adalah sebagian besar subjek penelitian memiliki perceived stigma yang tergolong negatif dan faktor dominan yang mempengaruhi perceived stigma pasien kusta adalah faktor menutupi penyakitnya dari orang lain serta mendiskusikan penyakitnya dengan orang terdekat. Karakteristik kualitas hidup pasien kusta menurut kuesioner WHOQOL-BREF pada penelitian ini adalah paling banyak dengan penilaian subjektif kualitas hidup yang biasa saja, kepuasan terhadap kondisi kesehatannya tidak memuaskan, domain kualitas hidup yang paling terpengaruh oleh penyakit kusta adalah domain fisik dan memiliki kualitas hidup yang baik. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara perceived stigma dengan kualitas hidup dengan arah korelasi negatif dengan kekuatan korelasi sedang.