Illocutionary Acts in President Joko Widodo’s Speech in The World Economic Forum (WEF) on ASEAN

Abstract

This study addresses types of illocutionary acts as proposed by Searle (1969:62) for President Joko Widodo’s speech in the World Economic Forum (WEF) on ASEAN, illocutionary acts forces as proposed by Austin (1962:12), and mention the context supported the interpretation of meaning performed illocutionary acts as proposed by Holmes (2012:12). The research is categorized as descriptive qualitative based on Maleong’s theory (2012:82). It aimed to find the types of illocutionary acts performed in President Joko Widodo’s speech in the forum WEF on ASEAN, to describe the intended forces of each type of illocutionary act performed in that speech, and to find out the context supported the interpretation of meaning in illocutionary acts. The findings indicate that there are 5 types of illocutionary acts such : 17 (50%) utterances for assertive, 5(14.70%) utterances for expressive, 4 (11.77%) utterances for a directive, 7 (20.59%) utterances for commissive, and 1 (2.94) utterances for assertive expressive. Then, it is also found illocutionary acts forces intending such as 4 (11.76%) utterances for informing and convincing, 7 (20,59%) utterances for describing and stating, 3 (8,82%) utterances for greeting and promising, 2 (5.88%) utterances for offering, and 1 (2.94%) for questioning, stating plus informing, inviting, and requesting. Each of the forces to show the speaker’s intention in producing that utterance. And context supported the interpreting of meaning performed illocutionary acts can be mentioned through the participants, the setting or social context of interaction, the topic, and the function. All these explanations guided the audience to catch the truly meaning of a speaker. It means that President Joko Widodo’s speech at the World Economic Forum (WEF) on ASEAN can give a struggle for power in order to put certain political, economic and social ideas. In this process, speech plays a crucial role in political to show his/her action by using illocutionary acts to influence people’s beliefs, attitudes, intentions, motivations or behavior.

Studi ini membahas jenis tindakan ilokusi yang diusulkan oleh Searle (1969:63) dalam pidato Presiden Joko Widodo di Forum Ekonomi Dunia ASEAN. Kekuatan tindakan ilokusi diusulkan oleh Austin (1962:12), dan menyebutkan cara konteks dalam mendukung penafsiran makna yang dibentuk oleh tindakan ilokusi seperti yang diusulkan oleh Holmes (2012:12). Penelitian ini dikageorikan sebagai deskriftif kualitatif berdasarkan teori Maleong (2012:82). Hal ini ditujukan untuk menemukan jenis tindakan ilokusi yang dibentuk dalam pidato President Joko Widodo pada forum WEF ASEAN, untuk mengambarkan kekuatan indakan ilokusi dalam pidato, dan menemukan kontek yang mendukung inteprtasi arti dalam indakan ilokusi. Temuan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa ada 5 jenis tindakan ilokusi seperti: 17 (50%) ujaran untuk asertif, 5 (14.70%) ujaran untuk ekspresif, 4 (11,77%) ujaran untuk direktif, 7 (20,59%) ujaran untuk komisif, dan 1 (2.94) ujaran untuk tegas ekspresif. Kemudian, ditemukan juga kekuatan tindakan ilokusi seperti 4 (11,76%) ujaran untuk menginformasikan dan meyakinkan, 7 (20,59%) ujaran untuk menggambarkan dan menyatakan, 3 (8,82%) ujaran untuk salam dan menjanjikan, 2 (5,88%) ujaran untuk penawaran, dan 1 (2,9%) ujaran untuk bertanya, menyatakan plus menginformasikan, mengundang dan meminta. Masing-masing kekuatan untuk menunjukkan maksud dan tujuan pembicara dalam berpidato. Dan konteks yang didukung penafsiran makna dari tindakan ilokusi dapat disebutkan melalui peserta, latar atau interaksi konteks sosial, topik, dan fungsi. Semua penjelasan ini menuntun pendengar untuk menangkap makna pembicara yang sesungguhnya. Hal ini dimaksudkan bahwa pidato Presiden Joko Widodo pada forum ekonomi dunia ASEAN dapat memberikan suatu kekuatan dalam politik, economi, dan ide sosial. Dalam proses ini, pidato memiliki peran penting politik unuk menunjukkan tindakkannya melalui tindakan ilokusi untuk mempengaruhi kepercayaan orang, sikap, perhatian, motivasi, dan prilaku.