Show simple item record

dc.contributor.advisorBarus, Ternala Alexander
dc.contributor.advisorSebayang, Kerista
dc.contributor.authorDoloksaribu, Deasy Christine Natalia
dc.date.accessioned2021-02-16T04:15:43Z
dc.date.available2021-02-16T04:15:43Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/30651
dc.description.abstractMarine sand mining activities by sand mining companies in Pantai Labu Subdistrict began in 2008 and have drawn protests from the local community because they feel disadvantaged. The impact of this marine sand mining results in damage (degradation) of the coastal environment such as decreased productivity of marine fisheries and coastal abrasion. This study aims to determine the condition of sea water quality and to determine the rate of abrasion that occurred during the last 20 (twenty) years, namely before and after the occurrence of sand mining in the area. From the results of the research carried out it is known that the condition of sea water quality when this study is classified as mild to moderate polluted (Categories B to C). The most influential parameter values are TSS and pH where TSS values range between 169-186 mg / l and pH ranges from 7.9 to 9.1 where this amount exceeds the quality standards set out in Minister of Environment Decree No. 51 of 2004 concerning Sea Water Quality Standards for Marine Biota. The results of the plankton analysis using the Shannon-Weaner Method show that the fertility of Labu Beach waters is moderate and stable. While the results of research conducted to determine the rate of abrasion by remote sensing methods with DSAS (Digital Shoreline Analysis System) analysis are known to occur fluctuations in shoreline changes that are quite high where the abrasion period occurred from 5,077.46 to 68,671.90 m2/year and accretion covering an area of 21,965.40 to 133,141.57m2/year. From the results of statistical tests on changes in shoreline, to find out whether there is a relationship between before and after sand mining pair t-test was conducted. The results show that the Sig.0,000 value <0.05 means that there is no relationship / correlation between the two variables (before and after sand mining). In the abrasion calculation, Sig (2-tailed) value is 0.314> 0.005, so there is no significant difference between abrasion that occurs before and after sand mining. In the calculation of the accretion of Sig (2-tailed) value 0.373> 0.05, there is no significant difference between the accretion that occurs before and after sand miningen_US
dc.description.abstractKegiatan penambangan pasir laut oleh perusahaan penambang pasir di Kecamatan Pantai Labu mulai dikerjakan pada tahun 2008 dan banyak menuai protes dari masyarakat setempat karena mereka merasa dirugikan. Dampak penambangan pasir laut ini mengakibatkan terjadinya kerusakan (degradasi) lingkungan pesisir seperti menurunnya produktivitas perikanan laut dan abrasi pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas air laut dan untuk mengetahui laju abrasi yang terjadi selama kurun waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir yaitu sebelum dan sesudah terjadinya penambangan pasir di daerah tersebut. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa kondisi kualitas air laut saat penelitian ini tergolong dalam tercemar ringan sampai tercemar sedang (Kategori B sampai C). Nilai parameter yang paling berpengaruh adalah TSS dan pH dimana nilai TSS berkisar antara 169-186 mg/l dan pH berkisar 7,9-9,1 dimana jumlah ini melebihi baku mutu yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut. Hasil analisis plankton dengan Metode Shannon-Weaner diketahui kesuburan perairan Pantai Labu tergolong sedang dan stabil. Sementara dari hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui laju abrasi dengan metode penginderaan jauh dengan analisis DSAS (Digital Shoreline Analysis System) diketahui terjadi fluktuasi perubahan garis pantai yang cukup tinggi dimana kurun waktu tersebut terjadi abrasi seluas 5.077,46 sampai 68.671,90 m2/tahun dan akresi seluas 21.965,40 sampai 133.141,57 m2/tahun. Dari hasil uji statistik terhadap perubahan garis pantai, untuk mengetahui apakah ada hubungan antara sebelum dengan sesudah penambangan pasir dilakukan uji pair t-test. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai Sig.0,000< 0.05 artinya tidak ada hubungan/korelasi antara kedua variabel (sebelum dan sesudah penambangan pasir). Pada perhitungan abrasi, nilai Sig.(2-tailed) 0,314 > 0,005 maka tidak terdapat perbedaan signifikan antara abrasi yang terjadi sebelum dan sesudah penambangan pasir. Pada perhitungan akresi nilai Sig.(2-tailed) 0,373 > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan signifikan antara akresi yang terjadi sebelum dan seudah penambangan pasiren_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectPenambangan pasir lauten_US
dc.subjectdegradasi pesisiren_US
dc.subjectkualitas air lauten_US
dc.subjectabrasi dan akresien_US
dc.titleAnalisis Degradasi Pesisir Akibat Penambangan Pasir Laut di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdangen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM177004003
dc.description.pages116 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record