Eksistensi Transportasi Konvensional di Era Digital (Studi Deskriptif Angkutan Kota PT.RMC Nomor Trayek 103, 104 dan 121 Kota Medan)

Abstract

The purpose of this study is to find out why consumers still survive and still choose to use public transportation as the main preference for supporting their social mobility activities. This research uses qualitative methods and case study methods in which to provide an overview of, the existence of conventional transportation in the digital era in terms of passenger rationale choices (the descriptive study of city transportation PT. RMC route numbers 103, 104 and 121)”. The city of Medan is used as a research location which is the route of the public transportation of PT. Rahayu Medan Ceria (RMC) with route numbers 103,104 and 121, and as a source of information related to strategies for real research descriptions. The type of population in this study, namely consumers or passengers from the city transportation of PT RCM, with 15 passengers as informants, the sampling was carried out purposively, and the key informants were parties from PT Rahayu Medan Ceria (RCM) and the head of the Medan City Transportation Agency. Technique and data analysis by triangulation. Then also analyzed by what words motivate the respondent to behave (think, feel, and act) like that unlike others, are reduced, triangulated, concluded, and verified (consulted again with respondents and colleagues). The results and discussion of this study explain that public transportation will become a serious problem in the future. Challenges must be anticipated so that policies can run effectively and efficiently and be able to solve public transportation problems. Social problems need attention, namely policy adjustments and steps are taken, namely, the provision of good public transportation service needs (cheap, safe, fast, smooth, orderly and orderly, comfortable and efficient) to be the answer to divert private vehicle users to transportation users. General, The decline in the existence of public transportation as public transportation is due to the massive presence of online transportation in Medan City, poor service so that consumers are reluctant to use public transportation and government policies that provide convenience in having a private vehicle with a credit system without a down payment. In general, from the results of this study, it can be concluded that consumers prefer public transportation as mobility support because the tariff is relatively cheap and is associated with convenience factors and other factors.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena penumpang angkutan kota masih menggunakan angkutan kota (Angkot) sebagai preferensi dalam penunjang aktifitas mobilitas sosial. Metode pada penelitian ini berupa studi kasus dengan pendekatan kualitatif, dimana untuk melihat gambaran tentang fenomena transportasi konvensional di era digital di tinjau dari rasionalitas penumpang. Lokasi penelitian ini yakni di Kota Medan, dan sebagai sumber informasi berkaitan dengan strategi untuk gambaran penelitian secara nyata yakni penumapang angkutan kota. Jenis populasi pada penelitian ini, yakni penumpang dari angkutan kota yang diambil secara acak, dengan jumlah informan 35 penumpang, pengambilan sampel dilakukan secara purposive, dan informan kunci adalah pihak dari pengelola angkutan kota dalam hal ini PT Rahayu Medan Ceria (RMC) dan kepala kantor Dinas Perhubungan Kota Medan. Teknik dan analisisi data dengan triangulasi. Kemudian dianalisis pula dengan kata-kata apa yang melatar belakangi responden berperilaku (berfikir, berperasaan, dan bertindak), direduksi, ditriangulasi, disimpulkan, dan diverifikasi (dikonsultasikan kembali keapda responden dan teman sejawat). Hasil dan pembahasan pada penelitian ini menjelaskan bahwa transportasi konvensional menjadi persoalan serius di masa mendatang yang harus dicari solusinya. Kebijakan dapat secara berjalan efektif dan efisien serta mampu mengurai permasalahan transportasi konvensional bagi penggunakany. Fenomena sosial perlu mendapat perhatian, yakni penyesuaian kebijakan pemerintah yakni penyedia kebutuhan layanan transportasi yang baik (murah, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien) menjadi jawaban untuk mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke pengguna transportasi. Menurunnya pengguna angkutan kota (angkot) sebagai transportasi konvensional disebabkan oleh kehadiran transportasi online di Kota Medan, fasilitas pelayanan yang kurang baik diterima penumpang angkot sehingga enggan menggunakan angkot dan berpindah memilih angkutan on-line dan kebijakan pemerintah memberikan kemudahan untuk memiliki kendaraan pribadi dengan sistem kredit bank. Secara umum dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penumpang angkot lebih memilih angkot sebagai penunjang mobilitas karena faktor tarif yang relatif murah dan dikaitkan dengan faktor kenyamanan dan faktor-faktor lainnya.