Show simple item record

dc.contributor.advisorHarahap, Irwansyah
dc.contributor.advisorFadlin
dc.contributor.authorHusein, Muhammad
dc.date.accessioned2021-06-29T03:04:03Z
dc.date.available2021-06-29T03:04:03Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/33591
dc.description.abstractIn speaking of Zapin writer is inseparable from an understanding of history because it starts from the origin, the entry process, adaptation, to exist until now which is a periodization of history. The meaning of history is that events, incidents,etc, that occurred in the past. So in this case i will record, records, data on the history of Zapin through the previous Zapin experts, particularly in the area of Serdang, North Sumatra. First of all the authors will provide an understanding of Zapin, that is, etymologically, the word Zapin derived from the Arabic word “Zafn” is foot steps, where as according to the author’s own understanding Zapin is a dance that promotes the performinng arts aspect of the foot in dance accompanied by major instrument which consisted of out / lute, marwas, and drum master. Zapin performing arts is one of Indonesia’s cultural heritage is derived through a process of diffussion and acculturation from the Middle East Therefore, in the whole movement on the dance Zapin this implies many shades of Islam, as well as with the use of musical instruments used to accompany dance Zapin is partly derived from the Middle East Then the authors discuss Zapin can not be sparated from the context of the Malays, because it is common that this performing arts belong to the Malay community that exist in this world. Zapin it self according to the Malay is “tandak” or dance, while the scientists looked particularly ethnomusicologist Zapin was a unian between music and dance, so in this study the authors will discuss the understanding of the history, function and structure, the performing arts in the region Zapin Serdang culture, and who became one of the authors is the location of the object market research workshop, Perbaungan Subdistrict, Deli Serdang regency and village Nibung Scorched, District Tanjung Tiram, Coal District. At first Zapin art comes from Hadhramaut. Now the Hadhramaut region of Yemenis located in the State, precisely in the southern Peninsula Arabiah. The people of this Hadramaut or commonly known Hadrami came to the archipelago in the century-the 13th century. Further around the 18th century Arab traders arrive, where one of them is Sayid (among those of Arab descent and are considered as zuriat than the Prophet Muhammad) of Hadramaut to Serdang, he was a captain ond owner of the ship. He is the descendant of Sayyid Ahmad Ibn Isa Al Muhaji who moved from Basra (Iraq) to Hadramout (South Yemen). Well one of his brother than Sayid is married sister Johanshah Sultan of Serdang Kingdom, and many descendants of these Sayid who live in the king domain the kingdom of Deli Serdang. Zapin who came to the archipelago is estimated at arrival to the spread of Islam in this region, whose density is so massively in the 13th century. Which ever occurs first region to receive Zapin in the archipelago are not yet many expressed by experts on the history of art. However, according to the wave archipelago Islamization, the region west of the Malay World is most likely receive the first performing arts of Islam. Despite the historical evidence in that direction still needs to be extracted and searched. As is known in general that the Zapin it is a function performing arts entertainment for weddings, circumcision, birthday of the Prophet and other religious events, especially the religion of Islam. So the media enculturation Zapin useful for propagation of Islam. Furthermore, the structure of music and dance in the show Zapin can not be separated because they are walking along in the show. In this sense that structure is defined as the art of building structures in the terminology of this thesis is an art of building (in which consists of text, dance, and music) which consists of parts taht are smaller, which form a unity. The structure of art is embodied in the dimension of time and space. The structure of text, dance, and music intertwine with each other Zapin establish a perdorming arts has its own characteristics and identity. And for more details, readers can view the contents of this thesis further.en_US
dc.description.abstractDalam berbicara mengenai zapin penulis tidak terlepas dari pengertian sejarah karena mulai dari asalnya, proses masuk, adaptasi, hingga eksis sampai sekarang ini yang merupakan periodisasi sejarah. Yang dimaksud dengan sejarah ialah peristiwa, kejadian, dan sebagainya yang terjadi pada masa lalu. Jadi dalam hal ini penulis akan merekam, mencatat, data-data mengenai sejarah zapin melalui para pakar-pakar zapin terdahulu, khususnya di daerah Serdang, Sumatera Utara. Pertama sekali penulis akan memberikan pengertian tentang zapin, yaitu secara etimologis, kata zapin berasal dari bahasa Arab yaitu kata "Zafn" yaitu langkah kaki, sedangkan pengertian zapin menurut penulis sendiri ialah suatu seni pertunjukan tari yang mengutamakan aspek kaki dalam menarikannya diiringi dengan alat musik utama yang terdiri dari oud/gambus, marwas, dan gendang induk. Seni pertunjukan Zapin ini adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang berasal melalui proses Difusi dan Akulturasi dari Timur Tengah. Oleh karena itu dalam seluruh gerakan pada tarian Zapin ini banyak menyiratkan nuansa keislaman, begitu juga halnya dengan penggunaan alat-alat musik yang digunakan untuk mengiringi tari Zapin ini sebagian berasal dari Timur Tengah. Kemudian dalam membicarakan zapin penulis tidak bisa terlepas dari konteks Melayu, karena sudah umum bahwa seni pertunjukan ini adalah kepunyaan masyarakat Melayu yang ada di dunia ini. Zapin itu sendiri menurut orang melayu adalah “tandak” atau tarian, sementara kalangan ilmuwan khususnya etnomusikolog memandang zapin itu suatu kesatuan antara musik dan tari, jadi dalam penelitian ini penulis akan membahas pengertian sejarah, fungsi dan struktur, pada seni pertunjukan Zapin yang ada di wilayah budaya Serdang, dan yang menjadi salah satu lokasi objek penelitian penulis ialah pasar bengkel, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Deli Serdang dan desa Nibung Hangus, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara. Pada mulanya kesenian zapin berasal dari Hadhramaut. Kini kawasan Hadhramaut itu berada di Negara Yaman, tepatnya di selatan Jazirah Arabiah. Orang-orang Hadramaut ini atau yang lazim disebut Hadhrami datang ke Nusantara di abad-abad ke-13. Selanjutnya sekitar abad ke-18 berdatanganlah para pedagang Arab, dimana salah satunya yaitu Sayid (golongan orang-orang keturunan Arab dan dianggap sebagai zuriat daripada Nabi Muhammad) dari Hadramaut ke Serdang, beliau ini adalah seorang Nahkoda kapal yang sekaligus pemilik kapal. Beliau ini adalah keturunan dari Sayid Ahmad Ibnu Isa Al Muhaji yang pindah dari Basra (Iraq) ke Hadramaut (Yaman Selatan). Nah salah seorang saudara daripada Sayid ini kawin dengan saudara perempuan Sultan Johanshah dari Kerajaan Serdang, dan banyak keturunan Sayid ini yang tinggal di wilayah Kerajaan Deli dan Kerajaan Serdang. Zapin yang datang ke Nusantara ini diperkirakan sama datangnya dengan persebaran Islam di kawasan ini, yang densitasnya begitu masif di abad ke-13. Kawasan mana yang lebih dahulu menerima zapin di Nusantara ini belumlah banyak diungkap oleh para pakar sejarah seni. Namun demikian, sesuai dengan gelombang pengislaman Nusantara, maka kawasan Dunia Melayu sebelah barat kemungkinan besar lebih dahulu menerima seni-seni pertunjukan Islam. Walau bukti-bukti sejarah ke arah itu masih perlu terus digali dan dicari. Seperti yang diketahui secara umum bahwa Zapin itu adalah sebuah seni pertunjukan hiburan yang berfungsi untuk acara pernikahan, sunatan, maulid Nabi dan acara keagamaan lainnya, khususnya agama Islam. Jadi Zapin berguna untuk media enkulturasi dakwah Islam. Selanjutnya struktur musik dan tari dalam pertunjukan zapin tidak dapat dipisahkan karena mereka ini berjalan seiring dalam pertunjukannya. Dalam hal ini pengertian struktur adalah bangunan seni Yang dimaksud dengan terminologi struktur dalam tesis ini adalah suatu bangunan seni (yang di dalamnya terdiri dari teks, tari, dan musik) yang terdiri dari bagian bagian yang lebih kecil, yang membentuk satu kesatuan. Struktur seni ini diwujudkan dalam dimensi waktu dan ruang. Struktur teks, tari, dan musik zapin saling jalin menjalin menjadi sebuah pertunjukan seni yang memiliki identitas dan ciri khas tersendiri. Dan untuk lebih jelasnya pembaca dapat melihat isi tesis ini selanjutnya.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectZapinen_US
dc.subjectMelayuen_US
dc.subjectSerdangen_US
dc.subjectSejarahen_US
dc.subjectFungsien_US
dc.subjectStrukturen_US
dc.subjectDifusien_US
dc.subjectAkulturasien_US
dc.subjectEksisen_US
dc.titleZapin Melayu dalam Wilayah Budaya Serdang, Sumatera Utara: Kajian terhadap Aspek Sejarah, Fungsi, dan Strukturen_US
dc.title.alternativeen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM097037008
dc.description.pages459 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record