Tortor dalam Pesta Horja pada Kehidupan Masyarakat Batak Toba: Suatu Kajian Struktur dan Makna
View/ Open
Date
2012Author
Sinaga, Sannur D. F
Advisor(s)
Heniwaty, Yusnizar
Metadata
Show full item recordAbstract
ABSTRACT
This research discusses about Tortor in Horja ceremony for Batak Toba’s society.
How the Tortor presented in Horja ceremony, and what is it mean and the floor’s
pattern?
Tortor is a dancing that is moving all body with Gondang Sabangunan music and
it is central moving from feet, hand, fingers, feet palm, back and shoulder. Tortor
has spirit of togetherness, brotherhood, or solidarity principles to common
interest. Tortor is about custom ceremony, ritual ceremony and also entertainment
amusement. In this research, researcher focused for Horja ceremony in Rahut
Bosi village, Pangaribuan, North Tapanuli.
Tortor is danced equal with the status of Dalihan Na Tolu. From it is moving we
will know who is hula-hula, dongan tubu and also boru.
Tortor from Batak Toba’s society are still coherent in their life wherever they live.
The activity of manortor is dancing in every activity in Batak Toba’s custom
society life. Though, the using of Tortor has many growth after christian’s, but the
basic motif of Tortor dancing is still pure, even though the context has changed
the limits that is equivalent with the Christian’s religion.
The presented of Tortor that are the basic dancing, danscript of Tortor dancing,
the floor’s pattern and also the clothes are focuses of discussed by researcher
about the Tortor in Horja ceremony.
Keywords: Tortor, Horja, Batak Toba, Gondang Sabangunan, Dalihan na
tolu, hula-hula, dongan tubu, boru ABSTRAK
Penelitian ini merupakan bahasan tentang Tortor dalam Pesta Horja pada
masyarakat Batak Toba. Bagaimana bentuk penyajian Tortor dalam Pesta Horja,
dan bagaimana makna maupun pola lantainya?
Tortor adalah tarian yang menggerakkan seluruh badan dengan iringan Gondang
Sabangunan dengan pusat pola gerakan terletak pada kaki, tangan, jari, telapan
kaki, punggung dan bahu. Tortor memiliki prinsip semangat kebersamaan, rasa
persaudaraan, atau solidaritas untuk kepentingan bersama. Tortor berhubungan
dengan upacara adat, upacara ritual, maupun hiburan.
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada Pesta Horja di Desa Rahut Bosi,
Pangaribuan, Tapanuli Utara.
Tortor ditarikan sesuai dengan kedudukannya dalam Dalihan Natolu. Dari
gerakan Tortor kita akan mengetahui siapa hula-hula, dongan tubu maupun boru.
Tortor bagi masyarakat Batak Toba tetap melekat dalam kehidupannya di
manapun mereka berada. Aktivitas manortor dilakukan dalam setiap kegiatan
dalam kehidupan adat masyarakat Batak Toba. Meskipun pemakaian/penggunaan
Tortor banyak mengalami perkembangan setelah era kekristenan, tetapi motif
dasar gerak Tortor tersebut masih tetap dilakukan yang sebenarnya, meskipun
konteksnya sudah mengalami batasan-batasan yang disesuaikan pada ajaran
kekristenan, tetapi motif dasar gerak Tortor tersebut masih tetap dilakukan yang
sebenarnya, meskipun konteksnya sudah mengalami batasan-batasan yang
disesuaikan pada ajaran kekristenan.
Bentuk penyajian dari gerak Tortor yang meliputi motif gerak dasar, danskrip
gerak Tortor, pola lantai maupun busana merupakan pembahasan penulis tentang
Tortor dalam Pesta Horja tersebut.
Kata kunci: Tortor, Horja, Batak Toba, Gondang Sabangunan, Dalihan na
tolu, hula-hula, dongan tubu, boru