Analisis Program Pengendalian Hama terpadu pada Tanaman Padi Sawah dalam Menciptakan Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan di Kabupaten Deli Serdang
View/ Open
Date
2001Author
Lubis, Yasniati
Advisor(s)
H, T. Cbairun Nisa
Muluk, Chairul
Yusuf, Syamsinar
Metadata
Show full item recordAbstract
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui tindakan yang dilakukan petani PHT dalam pengendalian hama dan penyakit, 2) menganalisis efektifitas penerapan program Pengendalian Hama Terpadu yang dilakukan petani padi sawah di Kabupaten Deli Serdang, 3) menganalisis tingkat persepsi dan partisipasi petani PHT terhadap program PHT padi sawah di Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Daerah sampel adalah kecamatan Tanjung Morawa, Perbaungan dan Sei Rampah dengan jumlah sampel sebanyak 68 petani. Metode analisis yang digunakan adalah 1). tindakan yang dilakukan petani dalam pengendalian hama penyakit dan efektifitas penerapan program PHT digunakan metode deskriptif 2). korelasi rank Spearman untuk hubungan persepsi terhadap program PHT dan partisipasi petani dalam pemasyarakatan program PHT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani PHT dalam melakukan tindakan pengendalian OPT pada tanaman padi sawah yang sesuai dengan prinsip prinsip PHT baru mencapai 50 %. Untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit, penerapan komponen teknik pengendalian dengan penggunaan pestisida masih merupakan pilihan utama, namun jumlahnya sudah sangat menurun yaitu 26,47 % sedangkan komponen teknik pengendalian OPT secara biologi dan agen hayati belum pernah dilakukan sama sekali. Dalam penggunan pestisida, masih terdapat petani yang menggunakan pestisida dilarang oleh Inpres No.3 tahun 1986. Beberapa jenis pestisida yang tidak dianjurkan untuk tanaman padi sawah tetapi masih digunakan petani untuk mengendalikan OPT antara lain Zink phosphit, bestox, decis, dursban, match, lannate, fastac, matador, samponen dan gusadrin. Pada penelitian ini tidak lagi dijumpai petani yang melakukan pengendalian OPT dengan mencampur beberapa jenis pestisida. Penggunaan konsentrasi pestisida untuk pengendalian OPT sudah tergolong baik, terlihat lebih dari 45 % responden menggunakan konsentrasi pestisida dibawah 1 ml/liter air, dan 36 % responden menggunakan kosentrasi pestisida 1 - 2 ml/liter air. Frekuensi aplikasi pestisida sudah tergolong baik, karena petani telah menggunakan 1 - 2 kali aplikasi pestisida untuk setiap musim tanam (73,52 %) dan tidak menggunakan pestisida 11,77 %. Frekuensi aplikasi pestisida lebih dari 3 kali untuk setiap musim tanam sudah sangat menurun jumlahnya yaitu hanya 14,71 %. Waktu aplikasi pestisida yang dilakukan petanisudah tergolong baik, yaitu sebanyak 32,35 % waktu aplikasi pestisida dilakukan pada pagi hari (jam 7.00-10.00 wib) dan 44,11 % dilakukan pada sore hari (jam 17.00 - 19.00 wib), sedangkan yang dilakukan pada siang hari sudah sangat menurun yaitu sebesar 7,35 %. Tingkat efektifitas penerapan program PHT yang dilakukan petani masih tergolong sedang yaitu sebesar 59,23 %. Komponen efektifitas program PHT yang tergolong dalam kategori sedang adalah penerapan budidaya tanaman sehat yaitu 55,44 %, pendayagunaan dan pelestarian musuh alami yaitu 55,74 %. Sedangkan pengamatan/analisa ekosistem telah dilaksanakan dengan baik yaitu 79,85 %, demikian juga dalam pengambilan keputusan pengendalian OPT sudah baik yaitu 80,30 %. Dalam penelitian ini temyata tingkat efektifitas penerapan program PHT akan sangat berpengaruh terhadap muncul dan berkembangnya serangan OPT. Dari luas total pertanaman padi sawah responden (67.32 ha), ternyata mendapat serangan berbagai jenis OPT seperti tikus, penggerek batang, wereng batang coklat, siput murbei, hama putih palsu, kepinding tanah, walang sangit dan burung dengan luas serangan 37,38 ha ( 55,44 % ) dan tanaman yang terancam OPT seluas 18,96 ha (28,16%). Petani yang telah mendapat pelatihan SLPHT padi Sawah ternyata mempunyai persepsi yang tinggi terhadap program PHT (80,67 %). Hal ini terlihat dari masing-masing komponen persepsi petani terhadap respon untuk program PHT (92,94 %), luas serangan OPT menurun (71,47 %), intensitas serangan OPT menurun (78,53%), penggunaan pestisida menurun (79,4%), biaya pengendalian menurun (77,06%), produksi meningkat (86,18%), dan pendapatan keuntungan yang diperoleh petani meningkat (79,12%). Analisis dengan menggunakan korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara masing-masing komponen persepsi dengan efektifitas penerapan program PHT. Semakin tinggi efektifitas penerapan program PHT maka diharapkan semakin tinggi tingkat persepsi dan partisipasi petani PHT dalam penerapan dan pemasyarakatan program PHT kepada petani lainnya. Secara umum partisipasi petani PHT dalam pemasyarakatan program PHT kepada petani lainnya masih tergolong sedang (54,12 %). Komponen-komponen partisipasi yang tergolong dalam kategori sedang adalah mensosialisasikan program PHT yaitu 65,59 %, mengikuti pertemuan kelompok 57,94 %, dan memberikan bimbingan praktek pengendalian OPT 57,06 %. Sedangkan partisipasi lainnya yang tergolong rendah antara lain memberikan bimbingan penyuluhan (48,24%), keikutsertaan dalam organisasi profesi PHT (41,76%). Rendahnya partisipasi yang dilakukan oleh petani PHT dalam pemasyarakatan Program PHT kepada petani lainnya diduga ada kaitannya dengan keterbatasan kemampuan petani untuk memberikan motivasi kepada petani lainnya. Analisis korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara masing-masing komponen partisipasi dengan efektifitas penerapan program PHT.
