Hubungan Kadar Hematokrit dan Aspartate Aminotransferase (AST), Rasio Neutrofil-Limfosit Pre Operatif sebagai Prediktor Mortalitas Pasca Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) di RSUP H Adam Malik Medan Periode Januari – Desember 2014

Abstract

Aim: To know the relationship between hematocrit, AST, neutrophil-lymphocyte ratio (NLR) with mortality rate after CABG at Adam Malik Hospital Method: This study was a retrospective analytic non-experimental study. The samples were 20 patients who underwent CABG procedure at Adam Malik hospital during January 1st–December 31th 2014. Data of hematocrit, AST, NLR were collected and analyzed with SPSS 16.0. Result: From total 20 patient, 70% was male with mean of age about 52,6 years old. The mean of hematocrit was 37,07%, AST was 16,25 IU/L and NLR was 3,2. Mortality rate was 3/20 (15%). The mean of AST in mortality group was 31,67 IU/Land alive group 18,71 IU/L (p=0,023). The mean of NLR in mortality group was 3,31 and alive group 3,18 (p=1.000). There was no significant relationship between AST and mortality after CABG (p=0.150). All of the mortality group had NLR ≥ 2.3 (p=0.031). From logistic regression analysis, found that none of the independent variable had a significant relationship with mortality rate after CABG (p >0,05). Conclusion: Mortality rate after CABG was 15%. There were significant mean differences of preoperative AST level and NLR of the mortality group compared to alive group. There were significant relationship between NLR ≥ 2.3 with mortality rate after CABG. There were no significant relationship between hematocrit and AST level with mortality rate after CABG.

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara hematokrit, AST dan ratio neutrofil-limfosit dengan angka mortalitas pasca CABG di RSUP H. Adam Malik. Metode: Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian non-eksperimental menggunakan desain retrospektif analitik. Sampel berjumlah 20 orang yaitu seluruh penderita yang menjalani tindakan CABG di RSUP H. Adam Malik mulai 1 Januari – 31 Desember 2014. Data hematokrit, AST, rasio neutrofil–limfosit dan mortalitas pasca CAB G dikumpulkan dan diolah secara statistik menggunakan SPSS 16.0. Hasil: Dari total 20 pasien 70% laki-laki dengan rerata umur 52,6 tahun. Rerata hematokrit 37,07%, rerata AST 16,25 IU/L dan rerata rasio neutrofil-limfosit 3,2. Mortalitas terjadi pada 3 pasien (15%). Rerata AST pada kelompok pasien yang meninggal 31,67 IU/L dan yang bertahan hidup adalah 18,71 IU/L (p=0,023). Rerata rasio neutrofil-limfosit pada kelompok pasien yang meninggal 3,31 dan yang bertahan hidup 3,18 (p=0,04). Semua pasien yang meninggal memiliki kadar hematokrit serum ≥ 33% (p=1.000). Tidak ditemukan hubungan signifikan antara kadar AST dan mortalitas pasca CABG (p=0.150). Seluruh pasien yang meninggal memiliki rasio neutrofil-limfosit ≥ 2.3 (p=0.031). Hasil analisis regresi logistik berganda diperoleh bahwa tidak ada variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya mortalitas pada pasien pasca CABG (p>0,05)Kesimpulan: Angka mortalitas pasien pasca CABG sebesar 15%. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan kadar AST dan rasio neutrofil-limfosit praoperatif kelompok mortalitas dibandingkan kelompok hidup. Terdapat hubungan yang signifikan antara rasio neutrofil-limfosit ≥ 2.3 dengan mortalitas pasca CABG. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar hematokrit dan AST dengan mortalitas pasca CABG.