Perbandingan Identifikasi Spesies Malassezia antara Pemeriksaan Nested-Polymerase Chain Reaction dengan Kultur Jamur pada Dandruff

Abstract

Background: Dandruff or pityriasis simplex or pitiriasis siccq is considered an abnormal condition of the formation of scales or delachment of flakes of skin, yellowish-white color of the scalp, and is usually accompanied by itching. Many factors having role to break out dandruff, one of which is Malassezia colonization. Examination to Malassezia in dandruff oan be detected by the conventional method of direct microscopic examinarion with potassium hydroxide (KOH) 10% and fungal cultures, but there are difficulties in making culture against Malass ezia. Method, of examination with nested-polymerase chain reaction (nested-PCR) could be expected to provide detection and identification system that is better, quicker, and easier which can be applled to epidemiological surveys and routine practice. Objective: To compare the identification of Malassezia species between nested-PCR and fungal culture in dandruff. Subjects and method: This study is an observational descriptive study with cross - sectional design involving 2l subjects with dandruff. Each subjects were taken scales of scalp, then the specimen was sent to the l,aboratory Microbiology FK USU to be identified species of yeast Malassezia with culture and to the Laboratory Terpadu F'K USU to be identified species of yeast

Ma I as s e z i a with nested-PCR- Results: Malassezia species identification results based on the examination of fungal cultures are

its many as I sample (4,8 %) and those did not grow in the fungal culture medium as many as 20 samples (95,2 %), while based on the examination of nested - PCR are which can be detected as many as l0 samples (47 ,6 %) and which can not be detected as many as I I samples (52,4 W. The proportion of identification of Malassezia species by fungal culture is Mfurfur 100,0 %, while by nested - PCR is M.sympodialis 50,0 Yo; M.sloofiae 20,0 9'o; M.fudu, lO,O %; M.furfur and, M.globosa 10,0 %; and M.restricta and M.sympodialis 10,0 %o. Number of Malassezia species which can be identified by fungal culture is one speoies that is M.furfur, while by nested - PCR are 5 species those arc M.furfur, M.globosa, M.slooffiae, M.restricta and M.sympodialis. Conclusion: Examination of nested - PCR can \dentify Malassezra species more (47,6 %) than the fungal culture examination (4,8%). The proportion of identification of Malassezia species by fungal culture in dandruff is Mfurfur 100,0 %, while by nested - PCR in most dandruff is M.sympodialis 50,0 %. Number of Malassezio species which can be identified by fungal culture in dandruff is only one species namely M. fufur, whereas by nested - PCR are 5 species those are Mfurfur, M.globoso, M.sloffiae, M.restricta and M.sympodialis.

Latar belakang: Dandruff atru pitiriasis simpleks atau pitiriasis sika, adalah kondisi abnormal terjadinya pembentukan skuama alau terlepasnya serpihan kuli! berwama putih kekuningan dari kulit kepalq dan biasanya disertai dengan ptal. Banyak faktor yang berpemn dalam terjadinya dondruff, salah satunya adalah kolonisasi Malassezia. Pemeriksaan terhadap Malassezia pada dandruff dapat dilakukan dengan metode konvensional yaitu pemeriksaan mikroskop langsung dengan kalium hidmksida (KOH) l0o/o dan kultur jamur, namun terdapat berbagai kesulitan dalam melakukan kultur terhadap Malassezio. Metode pemeriksaan detgut nested-ptlymerase choin reaction (nested-PCR) diharapkan memberikan deteksi dan sistern identifikasi yang lebih baik, cepat dan mudah sehingga dapat diaplikasikan ke survei epidemiologik dan praktik rutin. Tujuan: Untuk membandingkan identifikasi spesia Malassezia antara pemeriksaan rcsted-PCR dengan kulnn jamw pada dandruff. Subjek dan metode: Penelitian ini menrpakan suatu uji deskriptif obserasional dengan rancangan cross-sectional yang melibatkan 2l orang subjek dengan dandrutr Setiap subjek diambil skuama kulit kepalany4 selanjutnya spesimen tersebut dikirim ke Laboratorium Mikrobiologi FK USU untuk identifikasi spesies jamw Malassezia dengan kulrur, dan ke Laboratorium Terpadu FK USU untuk identifrkasi spesies jamur Malassezia dengan nested-PCR. Hasil: Hasil identifikasi spesies Malasseaia berdasarkan pemeriksaan kultur jamur yaitu sebanyak I sampel (4,8olo) dan yang tidak tumbuh pada media kultur jamur sebanyak 20 sampel (95,2W, sedangkan berdasarkan pemeriksaan nested-PCR yzng dapat terdeteksi sebanyak l0 sampel (47,6%o) dan yang tidak dapat terdeteksi sebanyak ll sampel (52AyA. Proporsi identifikasi spesies Malassezr'a dengan kultur jamur yaifi M.furfur l00,Mo, sedangkan dengan rusted-PCR yattlt M.sympodiilhs 50,0%; M.dooffiae 20,U/o; tuLfurlur l0,0Vo; M-furfir dart M.globoso 10,00/o; serta M.restricta dan M.synpdiarrs 10,0%. Jumlah spesies Malassezia yurg dapat diidentifikasi dengan kultur jamur adalah l jenis spesies yait:o M,furfur, sedangkan dengan nested-PCR adalatr 5 jenis spesies yuttt M.furfitr, M.globosa, M.sloofiae, Mrestrictu dan M.sympodialis. Kesimpulan: Pemeriksaan nested-PCR dapat mengidentifikasi spe51.. Malassezis lebih banyak (47,60/o) drbandingkan dengan pemeriksaan kultur jamur (4,8%). Pmporsi identifikasi spesies

Ivlalassezia dengan kultur jamur pada dondntflyaiat M.furfitr 100,0olo, sedangkan dengat nested- PCR terbanyak dalah M.sympodialis SO,V/o. Jumlah spesies Malassezia yang dapat

diidentifikasi dengan kulturjamur pada dondntffhanya t jenis spesies yaitu M.J"d"r, sedangkan dengan nested-PcR adalah 5 jenis spesies yaitu M.furfur, M.globosa, M.slooffae, M.restricta dan M.sympodialis.