dc.contributor.advisor | Loebis, M. Nawawiy | |
dc.contributor.advisor | Ong, Henry Iskandar | |
dc.contributor.author | Maulana, Sherlly | |
dc.date.accessioned | 2021-07-21T03:59:08Z | |
dc.date.available | 2021-07-21T03:59:08Z | |
dc.date.issued | 2011 | |
dc.identifier.uri | http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/36919 | |
dc.description.abstract | Science and economic globalization impact has caused Danau Toba Tourism
Area, especially Parapat, lose its identity resulting in the decline in the value and
image of that area which is characterized by enviromental quality degradation and
reducing number of tourists visiting this area.
Critical regionalism is the regionalism contemporary trend which emerges as
the reaction to universalization, culture homogeneity, and placeless modernism as the
effect of globalization. Critical regionalism is an appropriate strategy that can be
used in architecture design especially in designing tourism facilities such as resort
hotels in Danau Toba Tourism Area. The purpose of critical regionalism application
as thematic design was to improve and strengthen the identity of the area through
optimal utilization of regional potentials.
Tongging Village in Karo District was selected as location of study due to its
high natural tourism potentials, increasing number of tourist visits, and Parapat-like
tourism industry development tendency. The design approach used applied the
function of self-evaluation through defamiliarization method by looking for,
observing, and processing the basic regional elements available based on the
variabel of critical regionalism such as basic and local context, climate, space
quality, and vernacular element interpretation. The works of Geoffrey Bawa with
regional architectural character was analyzed as comparative study to learn the
pattern of thought and decision making for the design with the theme of critical
regionalism.
The result of this study showed that the concept of design exploring basic
potential and local context in the forms of visual quality, condition of topography,
and natural potentials as the identity of that area. Tropical architecture as the form
of climate-adapted building was applied ini building orientation, form of building
mass, space organization, building construction, micro-climate improvement, and
building material selection. The concept of space in that area provided a chance to
the visitors to enjoy the natural potentials owned by the site. Karonese vernacular
element interpretation, especially the values of agrarian culture, kinship, religion and
belief, produced a new form of symbiosis and became building identity.
Key Word: Globalization Impact, Regional Identity, Critical Regionalism, Regional
Potentials | en_US |
dc.description.abstract | Dampak globalisasi ekonomi dan pengetahuan telah menyebabkan Kawasan
Wisata Danau Toba, terutama di Parapat, kehilangan identitas yang menyebabkan
terjadinya penurunan nilai dan image kawasan. Hal ini ditandai dengan menurunnya
kualitas lingkungan dan jumlah kunjungan wisatawan di kawasan ini.
Regionalisme kritis adalah trend kontemporer regionalisme yang muncul
sebagai reaksi terhadap universalisasi, homogenitas budaya, dan placeless modernism
akibat globalisasi. Regionalisme kritis merupakan strategi tepat yang dapat digunakan
dalam rancangan arsitektur di Kawasan Wisata Danau Toba, terutama rancangan
fasilitas wisata, seperti hotel resort. Tujuan dari penerapan regionalisme kritis sebagai
tema rancangan adalah untuk memperbaiki dan memperkuat identitas kawasan
melalui pemanfaatan optimal potensi-potensi regional.
Desa Tongging, Kabupaten Karo, dipilih sebagai lokasi studi karena memiliki
potensi wisata alam yang tinggi, jumlah kunjungan wisatawan yang cenderung
meningkat, namun memiliki kecenderungan pembangunan industri wisata yang
meniru Parapat. Pendekatan perancangan menerapkan fungsi evaluasi diri melalui
metode defamiliarization, yaitu mencari, mengamati, dan mengolah elemen-elemen
regional yang ada di tapak berdasarkan variabel regionalisme kritis, yaitu tapak dan
lokal konteks, iklim, kualitas ruang, dan interpretasi elemen vernakular. Analisis
terhadap karya-karya Geoffrey Bawa dengan karakter arsitektur regional sebagai
studi banding dilakukan untuk mempelajari pola pikir dan pengambilan keputusan
desain dengan tema regionalisme kritis.
Hasil analisis menghasilkan konsep rancangan yang mengeksplorasi potensi
tapak dan lokal konteks berupa kualitas visual, kondisi topografi, dan potensi alam
sebagai identitas kawasan. Arsitektur tropis sebagai bentuk adaptasi bangunan
terhadap iklim diterapkan dalam orientasi bangunan, bentuk massa bangunan,
organisasi ruang, konstruksi bangunan, perbaikan iklim mikro, dan pemilihan
material bangunan. Konsep ruang pada kawasan memberikan kesempatan kepada
pengunjung untuk dapat menikmati potensi-potensi alam yang dimiliki oleh tapak.
Interpretasi elemen vernakular Karo terutama nilai-nilai budaya agraris,
kekeluargaan, agama dan kepercayaan, serta budaya melahirkan bentuk simbiosis
baru dan menjadi identitas bangunan.
Kata Kunci: Dampak Globalisasi, Identitas Kawasan, Regionalisme Kritis, Potensi
Regional. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Universitas Sumatera Utara | en_US |
dc.subject | Dampak Globalisasi | en_US |
dc.subject | Identitas Kawasan | en_US |
dc.subject | Regionalisme Kritis | en_US |
dc.subject | Potensi Regional | en_US |
dc.title | Penerapan Regionalisme Kritis pada Bangunan Fasilitas Wisata untuk Meningkatkan Nilai dan Image Kawasan Studi Kasus: Hotel Resort di Tongging, Sumatera Utara | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |
dc.identifier.nim | NIM077020010 | |
dc.description.pages | 116 Halaman | en_US |
dc.description.type | Tesis Magister | en_US |