Morfologi Kampung Nelayan Belawan Medan
View/ Open
Date
2014Author
Simanjuntak, Inggrid Hosianna
Advisor(s)
Aulia, Dwira Nirfalini
Suwantoro, Hajar
Metadata
Show full item recordAbstract
Fisherman’s village is a settlement which is identical with the community that
lives on fishing; they have the characteristics as a traditional community with
relatively low in social economy and education. This condition has made them
difficult to meet their basic needs. In consequence, they have to settle along the
watershed of the river, an inappropriate place to live and to be called as a settlement.
The condition causes concern with dense houses built on stilts with low quality, and
they are far from the inhabitable standard.
The research location is at kampung nelayan (fisherman’s village) Belawan,
Medan. It is on water settlement in the area of protected organic and unplanned
mangrove so that it does not have orderly pattern. The formed pattern would be
analyzed by using morphological approach. The data were gathered by conducting
direct observation and interviews.
The result of the research shows that there has been significant development
since the village was established in 1957. The factor of kinship highly influences the
development of the fisherman’s village Belawan, Medan. Most of the villagers live on
fishing, and it highly influences their settlement pattern. The inclination to be close to
their livelihood source has caused the fisherman’s village Belawan, Medan, to grow
organically, following the topography of an area with linear pattern of coastal line.
This indicates that the attractive power of the sea is very strong since it is the source
of life for the fishermen who generally have low income. Kampung nelayan merupakan permukiman yang identik dengan komunitas
masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan yang memiliki karakteristik berupa
masyarakat tradisional dengan kondisi sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan
yang relatif terbatas.Kondisi sosial masyarakat kampung nelayan yang seperti ini
membuat mereka sulit untuk mendapatkan kebutuhan bermukim yang memadai. Hal
ini jugalah yang mendorong munculnya permukiman nelayan yang berada di
sepanjang pinggiran sungai, di daerah yang tidak semestinya diperuntukkan sebagai
area permukiman. Kondisi permukiman yang sangat memprihatinkan, dengan
kepadatan bangunan yang tinggi serta kualitas bangunan yang rendah, jauh dari
standar permukiman yang layak huni.
Lokasi penelitian adalah kampung nelayan Belawan Medan yang merupakan
permukiman diatas air yang berada pada kawasan lindung hutan mangrove, yang
tumbuh secara organik dan tidak terencana membentuk pola yang tidak beraturan.
Perkembangan pola yang terbentuk akan dianalisa dengan pendekatan morfologi.
Teknik pengumpulan data melalui metode observasi langsung dan wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perkembangan yang cukup
signifikan sejak awal terbentuknya kampung nelayan ini pada tahun 1957 hingga saat
ini. Faktor kekerabatan menjadi faktor yang sangat kuat mempengaruhi pertumbuhan
kampung nelayan Belawan Medan ini. Mata pencaharian penduduk kampung yang
sebahagian besar adalah nelayan, mempengaruhi pola permukiman di kampung
nelayan Belawan Medan ini. Kecenderungan untuk senantiasa dekat dengan sumber
pencaharian mereka menyebabkan kampung nelayan Belawan Medan ini tumbuh
secara organik mengikuti topografi kawasan dengan pola linier / sejajar dengan garis
pantai. Hal ini menunjukkan kuatnya tarikan air yang merupakan sumber kehidupan
bagi masyarakat nelayan yang secara umum berada pada tingkat kehidupan ekonomi
lemah.
Collections
- Master Theses [254]