Show simple item record

dc.contributor.advisorTarigan, Kumalo
dc.contributor.advisorGinting, Pulumun Peterus
dc.contributor.authorTarigan, Jeremmy
dc.date.accessioned2021-08-03T03:50:35Z
dc.date.available2021-08-03T03:50:35Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/38934
dc.description.abstractResearch This thesis looks at the forms of communication that occur among the naggers, both in changes between books in a repertoire and changes from one repertoire to another. This occurs in the absence of scores, conductors and a seated position on the side of the booster which allows no physical interaction between them. To get a form of inter-relationship communication, communication theory, semiotic theory, and music theory are needed. Playing the gendang lima sendalanen, every penggual must know the gendang (gendang grooves), megermet (paying attention to each other), musical communication between the voices of the instruments they play as a musical syntax in the form of sarunei melodies and gendang rhythms to keep the gendang that become semantic music, in gendang lima sendalanen. This research will use communication theory and semiotic theory to see the form of communication that is established, and to obtain research data, the steps to be carried out are conducting interviews with the penggual, recording audio and video of the teaser playing the repertoire to be studied, transcribing the melody and rhythm of each instrument. and analyzing the sounds that become communication between the penggual. This research found several forms of communication. First, every book movement or repertoire movement called salih is a sarunei melody and also a drum rhythm as a musical syntax and musical semantics. Second, for persalihen between buku, it is usually created with certain melodic characteristics. Third, every change between repertoire, then as a sign or form of communication in the penggual is the initial melody of sarunei in the repertoire that wants to be changed. Fourth, the parallel position turns out to be a communication between the penggual, considering that the penarunei as the melody is in the middle and close to the gendang singanaki as the basis for the rhythm of each gendang, and on the right the penarunei is the gendang singindungi to binder of all sounds and on the left the gendang singanaki is the gung and the penganak as the carrier of the tempo.en_US
dc.description.abstractPenelitan Tesis ini melihat bentuk-bentuk komunikasi yang terjadi di antara penggual, baik dalam perubahan antar buku dalam suatu repertoar maupun perubahan dari satu repertoar ke repertoar lainnya. Ini terjadi tanpa adanya partitur, dirijen dan posisi duduk sejajar penggual yang memungkinkan tidak adanya interaksi fisik di antara mereka. Untuk mendapatkan bentuk komunikasi inter-relasi penggual dibutuhkan teori komunikasi, teori semiotika, dan teori musik. Memainkan gendang lima sendalanen setiap penggual harus mengetahui dalan gendang (alur gendang), megermet (saling memperhatikan), komunikasi musikal di antara penggual melalui bunyi instrumen yang mereka mainkan sebagai sintagma musik yang berupa melodi sarunei dan ritem gendang untuk menjaga dalan gendang yang menjadi semantik musik dalam gendang lima sendalanen. Penelitian ini akan menggunakan teori komunikasi dan teori semiotika untuk melihat bentuk komunikasi yang terjalin, dan untuk mendapat data-data penelitian tahapan yang dilakukan adalah melakukan wawancara kepada penggual, merekan audio dan video penggual memainkan repertoar yang akan diteliti, mentranskripsi melodi dan ritem setiap instrumen, dan menganalisa bunyibunyi yang menjadi komunikasi di antara penggual. Penelitian ini menemukan beberapa bentuk komunikasi. Pertama, setiap perpindahan buku atau perpindahan repertoar yang disebut dengan salih adalah melodi sarunei dan juga ritem gendang sebagai sintagma musik dan semantik musik. Kedua, untuk persalihen antar buku biasanya diciptakan dengan ciri melodi tertentu. Ketiga, setiap perubahan antar repertoar, maka sebagai tanda atau bentuk komunikasi di dalam penggual adalah melodi awal dari sarunei pada repertoar yang mau diubah. Keempat, adalah posisi sejajar ternyata sebagai komunikasi di antara penggual mengingat penarunei sebagai melodi berada di tengah dan dekat dengan gendang singanaki sebagai dasar ritem dari setiap gendang, dan disebelah kanan penarunei adalah gendang singindungi sebagai pengikat seluruh bunyi dan disebelah kiri gendang singanaki adalah gung dan penganak sebagai pembawa tempo.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectCommunicationen_US
dc.subjectpenggualen_US
dc.subjectgendang lima sendalanenen_US
dc.subjectsalihen_US
dc.subjectbukuen_US
dc.subjectdalan gendangen_US
dc.subjectsiangkanen_US
dc.subjectKomunikasien_US
dc.titleKomunikasi Inter-Relasi Penggual dalam Konteks Gendang Lima Sendalanenen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM187037010
dc.description.pages170 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record