Analisis Fungsi Sosial Budaya dan Struktur Musik Kesenian Rapai Geleng di Kota Banda Aceh
View/ Open
Date
2013Author
Nazmudin, Dindin Achmad
Advisor(s)
Hanafiah, Ridwan
Irwansyah
Metadata
Show full item recordAbstract
This study was focused on the discussion of socio-cultural
function of RapaiGeleng (head-shaking), as the arts of community in
Banda Aceh, Aceh province.This study reviewed the existence of
RapaiGeleng as traditional performing arts by using traditional music
instruments by Acehnese in general and particular by the arts community
in Banda Aceh, which has a historical and philosophical background as a
social function of culture in Aceh. The analysis of this paper focuses on
the socio-cultural function of art as a product Rapai urban culture in
Banda Aceh. The method used is qualitative and quantitative research
methods by utilizing interdisciplinary theories. The results of study shown
that RapaiGeleng is a form of public art that uses traditional music
instrument composed of movement and music elements of that emerged
along with the spread of Islam in Aceh.In its development, RapaiGeleng
is the art peforming by using the instrument percussion, such as
tambourine with one side surface (frame drum), which initially has a
function as a medium of propaganda and accompanying religious
ceremonies to worship Allah Subhanahuwa Ta 'ala, in the form of
tradition called "meuRateb" or "meuDike" (zikir, that usually by moving
the body) and meuSeualaweut for Muhammad as Prophet
(RasulullahShalalhualaihiShalalhuWassalaam), and later evolved into
urban culture, as a form of Banda Aceh’s people. This is proved by some
of the opinion that RapaiGeleng is not the original art of Banda Aceh. The
original one was emerged from South Aceh, and later penetrated into
Banda Aceh. This art developed and pavored by the people of Banda
Aceh. Hence, it evolved into art galleries and studios around Banda Aceh.
The communities and education institution nearby this city practice and
learn RapaiGeleng as a form art for Banda Aceh.The result of this review
was shown that RapaiGeleng was evolved from RapaiSaman for decades
ago. RapaiSaman emerged from South Aceh, and Banda Aceh revitalize
this art as a cultural development of arts community in Banda Aceh. This
has been done by many art galleries and art community in Banda Aceh.
Lately, the local government of Banda Aceh established RapaiGeleng art
as the cultural identity that contained the social and cultural functions for
the cultural development of people in Banda Aceh. RapaiGeleng
instrumental in Islam preaching as a socio-cultural foundation in Aceh,
particularly in Banda Aceh that has a vision as a model of Islamic
city.The review of the social-culture function in the arts shown that
RapaiGeleng has inherent element in the culture of the Acehnese. Such
element functions are: religious, emotional expression, aesthetic
appreciation, entertainment, communications, and function that related to
social norms, cultural continuity and cultural integration, and functions of
the tourism industry. As a form of art, RapaiGeleng evolved into "urban
art" in the form of appearance, movement and rhythmic patterns by
studios in enhance the RapaiGeleng appearance.
Keywords: RapaiGeleng,Rapai head-shaking, Analysis, Social
Functions of Culture, Arts community in Banda Aceh. Penelitianiniberjudul:Analisis fungsi sosial budaya dan struktur musik Rapai gelengdi kota Banda Aceh.”
Penelitian ini mengkaji fungsi sosial budaya serta struktur musik padasenipertunjukantradisionalRapai geleng sebagai bentukkesenianyang menggunakan alat musik tradisional Rapai yang merupakan kebudayaan masyarakat Acehpadaumumnyadankhususnyamasyarakat di kota Banda Aceh. Adapun latar belakang penelitian ini bahwa Rapaidi Aceh merupakan media dalam bentuk kesenian yang digunakan oleh masyarakat Aceh dengan memilih menggunakan bahasa Aceh untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan kebudayaan melalui tradisi gerak dan syair, penelitian ini merupakan sesuatu yang penting karena Rapai geleng ini dari sejak dahulu secara terus menerus sampai sekarang ini masih digunakan oleh masyarakat untuk syiar agama Islam melalui kesenian, tujuan penelitian ini adalah apakah ada dijumpai fungsi sosial budaya dan bagaimanastruktur musik padabentukkesenianRapai geleng di Banda Aceh. Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis masalah fungsi sosial dan struktur musik dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptifdan dibahas secara interdisipliner ilmu sosial.
Pokok-pokok masalah yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah Fungsi sosial budaya Rapai geleng terhadap masyarakat di Kota Banda Aceh yang meliputifungsi pengungkapan emosional, estetika, hiburan, komunikasi, perlambangan, berkaitan dengan norma-norma sosial, kesinambungan kebudayaan, dan pengintegrasian masyarakat, serta masalah-maslah yang berhubungan dengan struktur musik yaitu bentuk melodi, dan ritmis pada lagu-lagu didalam Rapai geleng.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rapaigelengmempunyaifungsipengungkapan emosional dimana rapai geleng mampu menggerakan emosi para pemainnya dan penontonnya sehingga pesan-pesan tentang ajaran agama Islam dapat tersampaikan kepada masyarakat hal ini terbukti dengan syair-syair yang dilantunkannya seperti shalawat, saleum, dan kisah riwayat nabi Muhammad (1), kesenian Rapai geleng mempunyai fungsi penghayatan estetis, sehingga masyarakat dapat menikmati keindahan dari gerak dan musik Rapai geleng tersebut (2), Rapai geleng mempunyai fungsi sebagai hiburan terhadap pemain dan masyarakat penontonnya hal ini terlihat dengan seringnya pertunjukan rapai geleng diberbagai pertunjukan pada acara-acara yang diadakan di kota Banda Aceh yang menarik minat masyarakat untuk menyaksikannyasehingga masyarakat terhibur(3) Pada fungsi komunikasi Rapai geleng adalah sebagai penyampaian pesan tentang ajaran Islam melalui dakwah, pendidikan, dan sosialisasi program-program pemerintah (4), Pada fungsi perlambangan Rapai geleng mempunyai simbol-simbol dan perlambangan dalam gerakan tariannya yang menggambarkan pesan-pesan simbolis tentang perjuangan syiar agama dan sosial dari para pelakunya (5) Pada fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial, kesenian Rapai geleng merupakan pengungkapan nilai-nilai adat dan hukum agama agar masyarakat dapat menjalankannya dalam kehidupan sosial(6), Sebagai fungsi kesinambungan budaya, Rapai geleng merupakan kesenian tradisonal yang sudah diwariskan secara turun-temurun kepada generasinya, dan merupakan perkembangan dari kesenian rapai saman yang bersumber dari tari saman dan kesenian Rapai anggok sebagai budaya masyarakat Aceh(7), Pada fungsi pengintegrasian masyarakat, Rapai geleng dapat menyatukan masyarakat kota Banda Aceh yang multi etnik dan multi kultur melalui pertunjukan tunang (lomba) sehingga setiap masyarakat daerah yang mempunyai kelompok Rapai geleng dapat berkumpul dan menyatu mengikuti lomba Rapai geleng tersebut(8).
Hasil kajian dari struktur musik Rapai geleng mempunyai hubungan dengan melodi dan ritmis, dari unsur melodi nada-nada yang yang dihasilkan pada lantunan vokalRapai geleng meliputi susunan tangga, nada dasar, wilayah nada, jumlah nada,interval dan kontur. Tangga nada pada lagu-lagu Rapai geleng adalah diatonis dengan rata-rata nada dasarA minor, wilayah nada pada struktur musik Rapai geleng ini menjelaskan wilayah nada dari nada yang paling rendah ke nada yang paling tinggi pada tiap-tiap lagunya, untuk menentukan jumlah nada dilakukan dengan melihat kemunculan setiap nada secara komulatif tanpa melihat durasinya.