Skor Apri pada Fibrosis Hati yang Dibandingkan dengan Fibroscan
View/ Open
Date
2012Author
Hajar, Siti
Advisor(s)
Burhanuddin
Hakim, Lukman
Metadata
Show full item recordAbstract
Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat,
tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk
waktu yang sangat lama, dan baru terdeteksi ketika fibrosis telah sampai
pada keadaan irreversibel.
Fibrosis hati adalah terbentuknya jaringan ikat yang terjadi sebagai
respon terhadap cedera hati, diawali oleh cedera hati kronis yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus, ketergantungan alkohol, nonalkoholik
steatohepatitis dan penyebab lainnya. Bila fibrosis berjalan secara
progresif, dapat menyebabkan sirosis hati.
Penentuan derajad fibrosis sangat diperlukan untuk memberikan
pengobatan dini dan benar, penting untuk prognosis, juga penentuan
derajat fibrosis hati dapat mengungkapkan riwayat alamiah penyakit dan
faktor faktor resiko yang berkaitan dengan progresifitas penyakit.
Pemeriksaan biopsi hepar menjadi gold standart terhadap penilaian
dan penegakkan diagnosis penyakit hati kronis, pemeriksaan invasiv ini
memiliki beberapa keterbatasan.
FibroScan adalah alat non-invasiv yang dapat mengukur kekakuan
jaringan hati, dengan metode transient elastography yang dianggap
menjanjikan menggantikan biopsi yang memiliki banyak kelemahan
Sampling error lebih kecil, mudah digunakan, tidak membutuhkan anestesi
dan rawat inap, tidak nyeri, dan cepat, tetapi teknologi ini masih mahal dan tidak tersedia secara luas, terbatas pada sentra sentra pelayanan
tertentu saja.
Aspartat- to- Platelet Ratio Index (skor APRI) merupakan
pemeriksaan indirect marker meliputi dua parameter pemeriksaan
laboratorium yakni pemeriksaan Aspartat aminotransferase (AST) dan
jumlah platelet yang rutin dilakukan pemeriksaannya pada semua pasien
dan dapat dilakukan di laboratorium di daerah , dengan biaya yang relatif
murah. Wai CT memformulasikan indeks rasio aspartat aminotransferase
dan platelet (Skor APRI) dengan persamaan:
= Aspartat aminotransferase (AST) (U/L)/ batas atas normal x 100
jumlah platelet(109
AST akan dibebaskan dalam jumlah yang lebih besar pada gangguan
hati kronis yang disertai kerusakan progresif, karena banyaknya sel hati
yang hancur, dimana 80 % konsentrasi AST hepatosit berada di dalam
mitokondria.
/L).
Kerusakan hati akan mempengaruhi pembentukan trombopoeitin,
suatu hormon glikoprotein yang dihasilkan oleh hepatosit sehingga akan
terganggu keseimbangan antara destruksi dan produksi trombosit dengan
akibat trombositopenia,
Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai hubungan antara
skor APRI dengan derajad beratnya penyakit hati. Penelitian-penelitian
disamping juga penurunan jumlah trombosit akibat
splenomegali dan penekanan sum-sum tulang oleh karena infeksi virus
Hepatitis C. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai hubungan antara
skor APRI dengan derajad beratnya penyakit hati. Penelitian-penelitian yang mendukung adanya hubungan skor APRI dengan derajad beratnya
penyakit hati antara lain Castera dkk (2005), Mahassadi AK dkk (2010),
Putte DF dkk (2011). Penelitian lain Wai CT(2006), Kim BK (2007), dan
juga Mahtab M (2008) melaporkan hubungan yang lemah antara skor
APRI dan hasil histologi hati pada penyakit hati kronik yang disebabkan
oleh HBV.
Peneliti ingin mengetahui sejauh mana skor APRI yang relatif
murah dan pemeriksaannya dapat dilakukan hampir diseluruh
laboratorium di daerah, bermanfaat untuk menilai derajat fibrosis hati pada
penyakit hati kronik, dengan membandingkan dengan FibroScan yang
masih relativ mahal dan hanya tersedia pada sentra pelayanan tertentu.
Penelitian ini dilakukan secara Cross Sectional , dilaksanakan mulai Maret
2011 sampai dengan Juli 2011.
Subjek penelitian ditentukan secara consecutive sampling pada
penderita Penyakit Hati Kronik yang menjalani pemeriksaan FibroScan
yang dilakukan hanya oleh Prof. Lukman Hakim Zain SpPD-KGEH,
penderita yang memenuhi kriteria inklusi, setelah mendapat penjelasan
dan menandatangani inform consent, dilakukan anamnese dan
pemeriksaan laboratorium, diperiksa kadar serum Aspartat
Aminotransferase (AST).
Sebanyak 5 cc sampel darah yang diambil melalui vena punksi dari vena
mediana cubiti, selanjutnya dibagi dalam dua tabung. Tabung pertama
berisi EDTA 3,6 mg diisi 2 cc darah untuk pemeriksaan darah lengkap yang mendukung adanya hubungan skor APRI dengan derajad beratnya
penyakit hati antara lain Castera dkk (2005), Mahassadi AK dkk (2010),
Putte DF dkk (2011). Penelitian lain Wai CT(2006), Kim BK (2007), dan
juga Mahtab M (2008) melaporkan hubungan yang lemah antara skor
APRI dan hasil histologi hati pada penyakit hati kronik yang disebabkan
oleh HBV.
Peneliti ingin mengetahui sejauh mana skor APRI yang relatif
murah dan pemeriksaannya dapat dilakukan hampir diseluruh
laboratorium di daerah, bermanfaat untuk menilai derajat fibrosis hati pada
penyakit hati kronik, dengan membandingkan dengan FibroScan yang
masih relativ mahal dan hanya tersedia pada sentra pelayanan tertentu.
Penelitian ini dilakukan secara Cross Sectional , dilaksanakan mulai Maret
2011 sampai dengan Juli 2011.
Subjek penelitian ditentukan secara consecutive sampling pada
penderita Penyakit Hati Kronik yang menjalani pemeriksaan FibroScan
yang dilakukan hanya oleh Prof. Lukman Hakim Zain SpPD-KGEH,
penderita yang memenuhi kriteria inklusi, setelah mendapat penjelasan
dan menandatangani inform consent, dilakukan anamnese dan
pemeriksaan laboratorium, diperiksa kadar serum Aspartat
Aminotransferase (AST).
Sebanyak 5 cc sampel darah yang diambil melalui vena punksi dari vena
mediana cubiti, selanjutnya dibagi dalam dua tabung. Tabung pertama
berisi EDTA 3,6 mg diisi 2 cc darah untuk pemeriksaan darah lengkap yang mendukung adanya hubungan skor APRI dengan derajad beratnya
penyakit hati antara lain Castera dkk (2005), Mahassadi AK dkk (2010),
Putte DF dkk (2011). Penelitian lain Wai CT(2006), Kim BK (2007), dan
juga Mahtab M (2008) melaporkan hubungan yang lemah antara skor
APRI dan hasil histologi hati pada penyakit hati kronik yang disebabkan
oleh HBV.
Peneliti ingin mengetahui sejauh mana skor APRI yang relatif
murah dan pemeriksaannya dapat dilakukan hampir diseluruh
laboratorium di daerah, bermanfaat untuk menilai derajat fibrosis hati pada
penyakit hati kronik, dengan membandingkan dengan FibroScan yang
masih relativ mahal dan hanya tersedia pada sentra pelayanan tertentu.
Penelitian ini dilakukan secara Cross Sectional , dilaksanakan mulai Maret
2011 sampai dengan Juli 2011.
Subjek penelitian ditentukan secara consecutive sampling pada
penderita Penyakit Hati Kronik yang menjalani pemeriksaan FibroScan
yang dilakukan hanya oleh Prof. Lukman Hakim Zain SpPD-KGEH,
penderita yang memenuhi kriteria inklusi, setelah mendapat penjelasan
dan menandatangani inform consent, dilakukan anamnese dan
pemeriksaan laboratorium, diperiksa kadar serum Aspartat
Aminotransferase (AST).
Sebanyak 5 cc sampel darah yang diambil melalui vena punksi dari vena
mediana cubiti, selanjutnya dibagi dalam dua tabung. Tabung pertama
berisi EDTA 3,6 mg diisi 2 cc darah untuk pemeriksaan darah lengkap yang mendukung adanya hubungan skor APRI dengan derajad beratnya
penyakit hati antara lain Castera dkk (2005), Mahassadi AK dkk (2010),
Putte DF dkk (2011). Penelitian lain Wai CT(2006), Kim BK (2007), dan
juga Mahtab M (2008) melaporkan hubungan yang lemah antara skor
APRI dan hasil histologi hati pada penyakit hati kronik yang disebabkan
oleh HBV.
Peneliti ingin mengetahui sejauh mana skor APRI yang relatif
murah dan pemeriksaannya dapat dilakukan hampir diseluruh
laboratorium di daerah, bermanfaat untuk menilai derajat fibrosis hati pada
penyakit hati kronik, dengan membandingkan dengan FibroScan yang
masih relativ mahal dan hanya tersedia pada sentra pelayanan tertentu.
Penelitian ini dilakukan secara Cross Sectional , dilaksanakan mulai Maret
2011 sampai dengan Juli 2011.
Subjek penelitian ditentukan secara consecutive sampling pada
penderita Penyakit Hati Kronik yang menjalani pemeriksaan FibroScan
yang dilakukan hanya oleh Prof. Lukman Hakim Zain SpPD-KGEH,
penderita yang memenuhi kriteria inklusi, setelah mendapat penjelasan
dan menandatangani inform consent, dilakukan anamnese dan
pemeriksaan laboratorium, diperiksa kadar serum Aspartat
Aminotransferase (AST).
Sebanyak 5 cc sampel darah yang diambil melalui vena punksi dari vena
mediana cubiti, selanjutnya dibagi dalam dua tabung. Tabung pertama
berisi EDTA 3,6 mg diisi 2 cc darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan diperiksa pada alat sysmex XT 2000 i, tabung kedua dimasukkan
sebanyak 3 cc darah tanpa antikoagulan untuk mendapatkan serum dan
dilakukan pemeriksaaan AST pada alat Cobass 6000.
Sejumlah 40 orang penderita penyakit hati kronik yang menjalani
pemeriksaan fibroScan ikut serta dalam penelitian. Peserta terdiri dari
14 orang (35 %) perempuan dan 26 orang (65%) laki-laki dengan rerata
umur 49,98 tahun. 10 orang (25 %) dengan riwayat Hepatitis C Virus
(HCV) dan 30 orang (75%) dengan riwayat Hepatitis B Virus (HBV).
Pada analisa Receiver Operating Characteristics (ROC)
diperoleh luas area dibawah kurva sebesar 0,285 dan bermakna secara
signifikan dengan p < 0,025. Dengan menghitung sensitivitas dan
spesifisitas tertinggi diperoleh cut-of APRI untuk stage >F1 atau ≥ F2
(signifikan fibrosis) adalah 0,81.
Pada cut-off > 0,81 diperoleh sensitivitas dan spesifisitas APRI masing –
masing 0,73 dan 0,72, Nilai Positif Prediktif value skor APRI adalah 0,61,
dan Nilai Negatif Prediktif value adalah 0,82.
Dari hasil uji korelasi Spearmen pada sampel penelitian didapatkan
korelasi antara skor APRI dengan FibroScan pada sampel, bermakna
secara statistik (r = 0,527, p< 0,00), artinya ada kecenderungan semakin
besar nilai skor APRI, akan semakin tinggi derajad fibrosis hati.
Pada kelompok fibrosis F1 dengan uji korelasi Pearson diperoleh bahwa
tidak terdapat korelasi antara APRI dengan FibroScan (r= 0,332; p<0,178). Sedangkan pada kelompok ≥ F2 (signifikan fibrosis), diperoleh
korelasi yang bermakna secara statistik (r= 0,545; p< 0,009).
Kesimpulan dari penelitian ini APRI pada cut-off >0,81 diharapkan dapat
dipakai sebagai petanda signifikan fibrosis hati, dengan sensitivitas dan
spesifisitas skor APRI masing –masing 0,73 dan 0,72. Nilai positif
prediktif skor APRI pada cut-off 0,81 adalah 0,61, dan Nilai negatif
prediktif adalah 0,82.
Pada seluruh sampel terdapat korelasi yang bermakna secara statistik
skor APRI dengan hasil FibroScan (r=0,527,p<0,001), hal ini
menggambarkan bahwa semakin tinggi skor APRI, semakin meningkat
pula derajad fibrosis hati.
Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara skor APRI dengan hasil
FibroScan pada fibrosis ringan (F1). (r= 0,332; p< 0,178)
Terdapat korelasi positif antara skor APRI dengan hasil FibroScan dan
bermakna secara signifikan pada kelompok signifikan fibrosis (≥F2)
(r=0,545, p< 0,009 ). Hal ini menggambarkan bahwa semakin tinggi skor
APRI, semakin meningkat pula derajad fibrosis hati.
Collections
- Master Theses [158]