Hubungan Merokok dengan Gangguan Pendengaran Akibat Bising pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit X
View/ Open
Date
2017Author
Sari, Maesyara Adinda
Advisor(s)
Adnan, Adlin
Munir, Delfitri
Eyanoer, Putri Ch.
Metadata
Show full item recordAbstract
Introduction : Noise exposure results in damage to the organ of corti and decrease the blood flow of the cochlea resulting in cochlear hypoxia, whereas cigarettes are reported as an ototoxic to cochlea and as a trigger of cochlear ischemia. Based on that theory, smoking habits and exposure to noise, alone or together can cause hearing loss
Objective : To determine the correlation between smoking and Noise Induced Hearing Loss (NIHL)
Methods : Analitic with a cross-sectional study
Didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara tipe perokok dengan derajat beratnya GPAB. Kemungkinan perokok untuk mengalami GPAB 1.224 kali lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok.
Result : Of the 122 workers, the proportion of GPAB was 89.3%. Mild deafness (68.8%) is most common. We found that there is a significant correlation between type of smoker and grade of hearing loss (p= 0.000). Smokers likely to experience GPAB 1.224 times greater than nonsmokers (PR = 1.224, p = 0.002, CI 95% = 1,077 - 1,392).
Conclusion : There is significant correlation between smoking and noise induced hearing loss Latar belakang : Paparan bising mengakibatkan kerusakan pada organ korti dan dapat menurunkan aliran darah koklea yang mengakibatkan hipoksia koklea, sedangkan rokok dilaporkan berperan sebagai ototoksik langsung dan sebagai pemicu iskemia koklea. Berdasarkan teori tersebut, kebiasaan merokok dan paparan bising secara sendiri ataupun secara bersama-sama dapat menyebabkan gangguan pendengaran
Tujuan : Mengetahui hubungan merokok terhadap kejadian Gangguan Pendengaran Akibat Bising (GPAB)
Metode : Penelitian analitik dengan pendekatan potong lintang
Hasil : Dari 122 pekerja, proporsi GPAB adalah 89.3%. Tuli ringan (68.8%) paling banyak ditemukan. Didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara tipe perokok dengan derajat beratnya GPAB (p = 0.000). Kemungkinan perokok untuk mengalami GPAB 1.224 kali lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok (PR = 1.224, p = 0.002, CI 95% = 1.077 – 1.392).
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian GPAB
Collections
- Master Theses [199]