Dampak Pembangunan Kawasan Agro Politan terhadap Pengembangan Wilayah dan Pemberdayaan Masyarakat pada Lokalita Saribu Dolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun
View/ Open
Date
2011Author
Tarsudi
Advisor(s)
Miraza, Bachtiar Hassan
Supriana, Tavi
Pratomo, Wahyu Ario
Metadata
Show full item recordAbstract
Agropolitan as the concept is still relatively new development that was
developed in Indonesia is expected to be an alternative in the development of rural
areas. To achieve the goal of developing the area agropolitan then there are two
strategies that can be done: 1) the strategy of community development / human
resources and 2) the strategy of regional development.
The purpose of this study was to analyze the impact of regional development
agropolitan to increase land use, analyze the impact of development on the
productivity of the region agropolitan commodity, analyzing the impact of regional
development agropolitan to increase average income of farmers and development
impacts on the community empowerment agropolitan area seen from institutional
factors (cooperatives, microfinance institutions, farmers institution (farmers
group/united farmers group), counseling agencies, farmer participation, the role of
government and support the business private in Saribu Dolok Agropolitan Locality,
Silimakuta District of Simalungun Regency.
The population of this study was include farmer beneficiaries of development
agropolitan programs with the main commodity (potatoes) 125 households. Large
samples taken in 49 respondents. To test the hypothesis of 1.2 and 3 used different
test and descriptive analysis of the sample pairs (paired sample t-test).
The results of this study showed that the development of the Agropolitan region
an impact on regional development in Saribu Dolok Locality indicated by the
indicator (1) There is extensive use of land accretion planting potatoes from an
average of 0.45 ha in 2008 (prior to setting Saribu Dolok as Locality Agropolitan
programme) to an average of 0.56 ha in 2010 (after setting Saribu Dolok as lokalita
Agropolitan programme) or an increase of 8.2%. (2) There is an increase in average
income of potato farmer Rp. 2.937.624/month/Ha in 2008 (prior to setting Saribu
Dolok as Locality Agropolitan programme) to Rp. 4.586.146/bulan/Ha in 2010 (after
the establishment of Saribu Dolok as lokalita Agropolitan programme) or the
addition of 5.6%. (3) Impact on productivity improvement potato plants showed no
significant difference before and after the establishment of Saribu Dolok as Locality
Agropolitan a programme. (4) Impact on institutional factors (cooperatives, rural
credit institutions) and the support of the business has not shown a significant
improvement over the construction of Agropolitan region, while the institutional
factors of farming (farmers group/united farmers groups), counseling agencies,
community participation has begun to show an improvement. Agropolitan sebagai konsep pembangunan yang relatif masih baru dikembangkan
di Indonesia diharapkan dapat menjadi alternatif dalam pembangunan wilayah pedesaan.
Untuk mencapai tujuan pengembangan kawasan agropolitan maka ada dua strategi yang
bisa dilakukan yaitu 1) strategi pemberdayaan masyarakat/sumberdaya manusia dan 2)
strategi pengembangan wilayah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak pembangunan kawasan
agropolitan terhadap peningkatan penggunaan lahan, menganalisis dampak pembangunan
kawasan agropolitan terhadap produktifitas komoditi unggulan, menganalisis dampak
pembangunan kawasan agropolitan terhadap peningkatan pendapatan rata-rata petani dan
dampak pembangunan kawasan agropolitan terhadap pemberdayaan masyarakat dilihat
dari faktor kelembagaan (koperasi, lembaga keuangan mikro, lembaga usaha tani
(Poktan/Gapoktan), lembaga penyuluhan, partisipasi petani, peran pemerintah dan
dukungan dunia usaha pada Lokalita Percontohan Saribu Dolok, Kecamatan Silimakuta,
Kabupaten Simalungun. Populasi penelitian ini meliputi petani penerima manfaat
program pembangunan agropolitan dengan komoditi utama kentang sebanyak 125 KK.
Besar sampel yang diambil sebanyak 49 responden. Untuk menguji hipotesis 1,2 dan 3
digunakan analisis deskriptif dan uji beda rata-rata sampel berpasangan (paired sampel t test).
Hasil penelitian yang diperoleh antara lain : pembangunan kawasan Agropolitan
memberikan dampak terhadap pengembangan wilayah pada Lokalita Saribu Dolok
ditunjukkan dengan indikator (1) Terdapat pertambahan luas penggunaan lahan
penanaman kentang dari rata-rata 0,45 Ha pada tahun 2008 (sebelum penetapan Saribu
Dolok sebagai lokalita percontohan Agropolitan) menjadi rata-rata 0,56 Ha pada tahun
2010 (sesudah penetapan Saribu Dolok sebagai lokalita percontohan Agropolitan) atau
meningkat sebesar 8,2%. (2) Terdapat peningkatan pendapatan rata-rata petani kentang
dari Rp. 2.937.624/bulan/Ha pada tahun 2008 (sebelum penetapan Saribu Dolok sebagai
lokalita percontohan Agropolitan) menjadi Rp. 4.586.146/bulan/Ha pada tahun 2010
(sesudah penetapan Saribu Dolok sebagai lokalita percontohan Agropolitan) atau terjadi
penambahan sebesar 5,6%. (3) Dampak terhadap peningkatan produktifitas tanaman
kentang menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata sebelum dan sesudah penetapan
Saribu Dolok sebagai lokalita percontohan Agropolitan. (4) Dampak terhadap faktor
kelembagaan (koperasi, lembaga perkreditan rakyat) dan dukungan dunia usaha belum
menunjukkan adanya perbaikan yang berarti selama pembangunan kawasan Agropolitan,
sementara faktor lembaga usaha tani (Poktan dan Gapoktan, lembaga penyuluhan,
partisipasi masyarakat sudah mulai menunjukkan adanya perbaikan.
