Budaya Organisasi pada BSA Owner Motorcycle Siantar (BOM’S) di Kota Pematangsiantar
View/ Open
Date
2014Author
Warongan, Boy Iskandar
Advisor(s)
Harahap, R. Hamdani
Kariono
Metadata
Show full item recordAbstract
BSA (Birmingham Small Arm) rickshaw which has attached to
Pematangsiantar is facing some challenges that threaten it’s existence. According
to The 11th Law of 2010 about cultural heritage, BSA rickshaw should be a
cultural heritage site and officially added to The Local Regulation in order to
prohibited for sale to another city. Under this situation, BOM’S (BSA Owner
Motorcycle’ Siantar) was founded in order to against the abolition of BSA
rickshaw in Pematangsiantar. However, there are some many BOM’S’s programs
are not implemented. It’s caused by there is a gap between BOMS’s
organisational culture and members’s understanding of the organisational culture
itself. This research aimed to study the organisational culture of BOMS’s in
Pematangsiantar. This research based on qualitative method. There are three key
informants in this research. Depth interview, observation and document analysis
were used to collecting data. As the result, it shows that BOM’S fulfill all
idealistic and behavioral elements of organisational culture, which are
differentiate with other motorcycle organisations. BOM’S’s organisational
culture can’t be separated from brotherhood and sense of loving the heritage
which are underlie it’s establishment. BOM’S’s organisational culture has been
provides advantages for this organisation. Becak BSA (Birmingham Small Arm) yang telah melekat dengan kota
Pematangsiantar menghadapi segenap tantangan yang dapat mengancam
keberadaannya. Padahal jika mengacu pada Undang-Undang nomor 11 tahun
2010 tentang cagar budaya, Becak BSA seharusnya sudah dapat dijadikan salah
satu situs purbakala/cagar budaya dan resmi dimasukkan dalam Peraturan Daerah
(Perda) agar dilarang keluar dari kota Pematangsiantar. Dalam situasi atmosfir
konfrontasi untuk mempertahankan Becak BSA, lahirlah organisasi BOM’S (BSA
Owner Motorcycle’ Siantar), yang menentang keras upaya penghapusan Becak
BSA dari kota Pematangsiantar. Namun, banyak dari program-program BOM’S
yang ditujukan untuk kelestarian becak BSA tidak berjalan. Hal itu disebabkan
adanya kesenjangan pada budaya organisasi yang dipahami oleh masing-masing
anggota BOM’S. Penelitian ini memfokuskan perhatian atas budaya organisasi
yang terdapat pada BOM’S di Kota Pematangsiantar. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang melibatkan 3 orang informan
kunci. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam,
observasi, dan penelaahan dokumen tertulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
seluruh elemen idealistik dan behavioral dalam budaya organisasi dimiliki oleh
BOM’S dan menjadi pembeda dengan organisasi sepeda motor lainnya. Budaya
organisasi BOM’S ini tidak dapat dipisahkan dari rasa persaudaraan dan rasa cinta
budaya yang mendasari terbentuknya organisasi ini. Budaya organisasi yang
dimiliki BOM’S juga memberikan manfaat bagi jalannya organisasi.