Show simple item record

dc.contributor.advisorHarahap, R. Hamdani
dc.contributor.advisorKariono
dc.contributor.authorWarongan, Boy Iskandar
dc.date.accessioned2021-08-30T06:48:32Z
dc.date.available2021-08-30T06:48:32Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/41647
dc.description.abstractBSA (Birmingham Small Arm) rickshaw which has attached to Pematangsiantar is facing some challenges that threaten it’s existence. According to The 11th Law of 2010 about cultural heritage, BSA rickshaw should be a cultural heritage site and officially added to The Local Regulation in order to prohibited for sale to another city. Under this situation, BOM’S (BSA Owner Motorcycle’ Siantar) was founded in order to against the abolition of BSA rickshaw in Pematangsiantar. However, there are some many BOM’S’s programs are not implemented. It’s caused by there is a gap between BOMS’s organisational culture and members’s understanding of the organisational culture itself. This research aimed to study the organisational culture of BOMS’s in Pematangsiantar. This research based on qualitative method. There are three key informants in this research. Depth interview, observation and document analysis were used to collecting data. As the result, it shows that BOM’S fulfill all idealistic and behavioral elements of organisational culture, which are differentiate with other motorcycle organisations. BOM’S’s organisational culture can’t be separated from brotherhood and sense of loving the heritage which are underlie it’s establishment. BOM’S’s organisational culture has been provides advantages for this organisation.en_US
dc.description.abstractBecak BSA (Birmingham Small Arm) yang telah melekat dengan kota Pematangsiantar menghadapi segenap tantangan yang dapat mengancam keberadaannya. Padahal jika mengacu pada Undang-Undang nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya, Becak BSA seharusnya sudah dapat dijadikan salah satu situs purbakala/cagar budaya dan resmi dimasukkan dalam Peraturan Daerah (Perda) agar dilarang keluar dari kota Pematangsiantar. Dalam situasi atmosfir konfrontasi untuk mempertahankan Becak BSA, lahirlah organisasi BOM’S (BSA Owner Motorcycle’ Siantar), yang menentang keras upaya penghapusan Becak BSA dari kota Pematangsiantar. Namun, banyak dari program-program BOM’S yang ditujukan untuk kelestarian becak BSA tidak berjalan. Hal itu disebabkan adanya kesenjangan pada budaya organisasi yang dipahami oleh masing-masing anggota BOM’S. Penelitian ini memfokuskan perhatian atas budaya organisasi yang terdapat pada BOM’S di Kota Pematangsiantar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang melibatkan 3 orang informan kunci. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan penelaahan dokumen tertulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh elemen idealistik dan behavioral dalam budaya organisasi dimiliki oleh BOM’S dan menjadi pembeda dengan organisasi sepeda motor lainnya. Budaya organisasi BOM’S ini tidak dapat dipisahkan dari rasa persaudaraan dan rasa cinta budaya yang mendasari terbentuknya organisasi ini. Budaya organisasi yang dimiliki BOM’S juga memberikan manfaat bagi jalannya organisasi.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectBudaya Organisasien_US
dc.subjectBecak BSAen_US
dc.subjectBOM’Sen_US
dc.titleBudaya Organisasi pada BSA Owner Motorcycle Siantar (BOM’S) di Kota Pematangsiantaren_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM127024022
dc.description.pages118 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record