Tradisi Pertanian dan Tantangan Globalisasi (Studi Kasus Kelangsungan Tradisi Pertanian pada Masyarakat Karo)
View/ Open
Date
2014Author
Brahmana, Terang Kita
Advisor(s)
Nasution, M. Arif
Thamrin, Husni
Metadata
Show full item recordAbstract
Karo people are never apart of farm life. The majority of Karo
population are farmers. Besides farming as an economic activity it is also as
profitable agricultural activities . Karo tribe is the largest shareholder in the
classic farm in East Sumatra-North Sumatra. Karo as agricultural areas to keep
custom / cultural / agricultural tradition from generation to generation. The
tradition has been carried from generation to generation will certainly face the
trials and tribulations along with the development both in agriculture and other
fields. This is due to agriculture is not a stand-alone field. Seeing this
phenomenon, the researcher is interested in studying agricultural tradition of
Karo and challenges in the era of globalization. So that, it will be able to provide
an overview of agricultural tradition ability Karo facing challenges of the times.
Type a descriptive study, can be interpreted as a problem solving procedure
investigated by describing the state of the subject or the object of research
(person, community, etc.) at the present time based on facts or as it is. Key
informants (Key Informant) are those who know and have the basic information
required in research or directly involved in social interactions studied. In this
study informants taken are farmers, agricultural activists, NGOs, community
leaders, and cultural experts. The results also show the process of agricultural
land, both in the wet rice fields and in the field, Karo People using aron, which in
practice is used in turns, and has a good rule in a number of groups of aron,
working hours, the division of labor, wages distribution, consumption, and the
qualifications to be aron group participants. From the results of this study, can be
concluded that there has been a change in the concept of aron in agriculture in
the Karo people. Aron formerly working in turns notcommercially (money) like
now, to be aron singemo (farm laborers) is commercial/money. Such changes can
be seen in the implementation of the aron, among others, in the case of
agricultural tools used. To keepAron spirit of the tradition actually is still
embedded in the life of the Karo people. The spirit to maintain a culture that
increasingly eroded aron still there despite being challenged by changes in sociocultural
conditions, economic and technology that directs people to become more
independent. Masyarakat Karo tidak pernah terlepas dari kehidupan pertanian. Mayoritas penduduk Suku Karo adalah petani. Selain pertanian sebagai kegiatan ekonomi subsisten juga sebagai kegiatan pertanian profit. Suku Karo adalah pemegang andil terbesar dalam pertanian klasik di Sumatera Timur-Sumatera Utara. Karo sebagai daerah pertanian menyimpan adat/budaya/tradisi pertanian yang secara turun temurun dilaksanakan. Tradisi yang telah dilaksanakan secara turun temurun tersebut tentunya akan menghadapi cobaan dan ujian seiring dengan perkembangan baik dibidang pertanian maupun bidang lainnya. Hal ini disebabkan pertanian bukanlah bidang yang berdiri sendiri. Melihat fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti tradisi pertanian Tanah Karo dan tantangannya di era globalisasi. Sehingga nantinya akan dapat memberikan gambaran kemampuan tradisi pertanian Tanah Karo mengahadapi tantangan zaman. Tipe penelitian bersifat deskriptif, dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta atau sebagaimana adanya. Informan kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Pada Penelitian ini informan yang diambil adalah petani, penggiat pertanian, LSM, Tokoh masyarakat, dan pakar budaya. Hasil penelitian juga menunjukan dalam mengolah lahan pertanian, baik itu di sawah maupun di ladang warga Karo menggunakan aron, dimana dalam pelaksanaannya dilakukan secara bergiliran, dan mempunyai aturan baik dalam jumlah kelompok aron, jam kerja, pembagian kerja, pembgian gaji, konsumsi, dan syarat-syarat menjadi peserta kelompok aron. Dari hasil penelitian ini juga diperoleh kesimpulan bahwa telah terjadi perubahan konsep aron dalam bidang pertanian pada masyarakat Karo. Dulunya aron yang bekerja secara bergiliran belum bersifat uang kini, menjadi aron singemo (buruh tani) yang bersifat uang. Perubahan tersebut dapat dilihat dalam pelaksanaan aron antara lain dalam hal alat-alat pertanian yang digunakan. Semangat mempertahankan tradisi aron sebenarnya masih tertanam dalam kehidupan masyarakat Karo. Semangat untuk mempertahankan budaya aron yang semakin terkikis masih ada walaupun mendapat tantangan dari perubahan kondisi sosial budaya, ekonomi dan teknologi yang mengarahkan manusia untuk menjadi lebih mandiri.