dc.description.abstract | Penilaian kinerja divisi sangat diperlukan untuk tujuan memaksimumkan profit. Hal ini akan tercapai apabila terdapat kesamaan tujuan atau yang lazim disebut goal congruence, diantara seluruh segmen yang teriibat dalam aktivitas perusahaan, sehingga masing-masing segmen akan berupaya untuk mencapai tujuan dengan langkah yang seirama dan bertinadak selalu atas kepentingan perusahaan. Seberapa jauh keberhasilan mereka dalam mencapai tujuan perusahaan ini perlu dievaluasi sehingga terlihat segmen mana yang sebenamya memberikan kontribusi terbesar dalam meningkatkan profit perusahaan. Dengan demikian reward dapat diberikan kepada orang yang tepat, sehingga dapat mendorong divisi lainnya untuk lebih meningkatkan kinerjanya. besar dalam mencapai keberhasilan ini yang pada akhimya layak untuk diberikan penghargaan. Ukuran yang lazim dipakai dalam menilai sukses tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah laba. Bagi divisi yang bertindak sebagai profit center salah satu faktor yang mempengaruhi laba diantaranya adalah harga jual. Bagi divisi yang teriibat aktivitas transfer barang antar divisi, penetapan harga jual sangat mempengaruhi laba divisi masing-masing. Agar penilaian lebih objektif, maka periu ditetapkan harga transfer antar divisi ini sehingga kesamaan tujuan dapat tercipta di setiap segmen yang ada. Pada PT. Sumber sawit Makmur transfer barang terjadi dari divisi kebun berupa kelapa sawit (TBS) ke divisi pabrik yang mengolah TBS menjadi minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Harga transfer selama ini adalah biaya produksi TBS, sehingga terjadi distorsi dalam penilaian kinerja divisi. Mengamati kondisi ini, maka permasalahan yang akan diteliti adalah, 1) Bagaimana cara penilaian kinerja divisi dengan penetapan metode harga transfer dan 2) Bagaimana pengaruh laba antara divisi yang terlibat pada aktifitas transfer produk sebeium dan sesudah penetapan harga transfer. Berlandaskan permasaiahan tersebut maka tujuan geladi karya ini adalah 1) untuk menganalisis unsur-unsur biaya sehubungan dengan penilaian kinerja divisi, 2) untuk mencoba menerapkan metode penetapan harga transfer antara drvtsi, dan 3) untuk mengetahui bagaimana pengaruh laba masing-masing divisi yang terlibat aktivitas transfer produk sebeium dan sesudah metode penetapan harga transfer diterapkan. Manfaat yang diharapkan dari hasit geladikarya ini adalah menyajikan suatu cara atau pola bagaimana penilaian kinerja dapat diiakukan bagi divisi yang terlibat pda transfer produk. Dengan adanya alat penilaian ini diharapkan masing-masing divisi akan berusaha untuk memberikan kontribusi terbaik bagi perusahaan sehingga tujuan memaksimalkan profit dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan geladikarya ini, penilaian kinerja dibatasi hanya dari aspek finansialnya saja dan sebagai dasar analisis, data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan untuk tahun 1998 beserta laporan-iaporan per divisi yang dibutuhkan untuk mendukung anaiisis ini. Karena keterbatasan waktu maka untuk divisi kebun, dari 5 unit kebun yang ada diambil sebagai sampel unit kebun Laut Tador. Diharapkan dari sampel ini dapat dijadikan suatu pola dalam melakukan analisa unit kebun lainnya. Penelitian yang diiakukan dalam geladikarya ini adalah penelitian studi kasus dengan metode deskriptif. Untuk data tori dan konsep dalam penetapan harga transfer diperoleh dari penelitian kepustakaan sedangkan data perusahaan langsung diperoleh dari sumber yang berhubungan dengan studi kasus ini. Pengukuran kinerja divisi digunakan metode pendekatan marjin kontribusi, jadi laba diukur berdasarkan kemampuan divisi dalam menghasilkan laba setelah memperhitungkan unsur biaya variabel. Untuk itu perlu mengidentifikasikan biaya masing-masing divisi sebagai biaya tetap dan biaya variabel. Untuk biaya yang bersifat semivariabel, perlu dianalisis lebih lanjut sehingga dapat diestimasi berapa jumlah biaya tetap dan biaya variabeinya dengan menggunakan The Least Squares Regression dan The High-Low Method. Untuk tujuan aplikasi, yang dipilih adalah hasi! estimasi dari The Least Squares Method. Metode ini dipilih karena seluruh data yang tersedia diperhitungkan untuk dianaiisa sehingga lebih objektif. Sementara dengan metode yang ke dua, dari 12 bulan data yang tersedia, hanya 2 data yang dipilih yaitu pada titik tertinggi dan terendah. Dari hasil analisis, ada beberapa informasi yang menjadi fokus perhatian sebelum dan sesudah penerapan harga transfer yaitu 1) harga pokok produksi MKS dan IKS pada divisi pabrik, 2) marjin kontribusi dari masing-masing produk, TBS, MKS dan IKS, 3) target jual untuk menutupi biaya tetap pada divisi pabrik dan unit kebun Laut Tador. Hasil yang diperoieh sebelum dan sesudah penerapan harga transfer dapat diperbandingkan sebagai berikut: Sebelum Sesudah Harga Pokok Prod. Variabel per kg: MKS IKS (Rp) 2.281,57 737,28 (Rp) 2.682,71 866,91 Marjin Kontribusi per kg TBS MKS IKS 38,07 449,81 302,39 433,33 38,15 171,99 Target Jual Untuk Menutupi Biaya Tetap TBS MKS IKS (Kg) 8.916.270 2.816.051 704.013 (Kg) 783.425 4.432.242 17.728.965 Sebelum harga transfer bahan baku ditransfer atas dasar biaya produksi TBS yaitu sebesar Rp153,67 per kg dan setelah harga transfer Rp 548,93 per kg. Ada 4 metode penetapan harga transfer yang dapat digunakan yaitu Market, Cost, Negotiated dan Administered Transfer prices. Harga transfer yang digunakan untuk analisis ini adaiah atas dasar harga pasar, karena harga ini lebih objektif dan beriaku umum di pasaran. Penetapan harga transfer ini tentunya mengakibatkan harga pokok produksi MKS dan IKS meningkat, yang pada akhirnya secara keseluruhan memperkecil marjin kontribusi divisi pabrik.. Hal sebaliknya terjadi pada produk TBS yang pada akhirnya unit kebun Laut Tador menghasilkan marjin kontribusi yang terbesar bagi perusahaan. Seberapa besar dapat diandalkannya hasil analisis ini sangat tergantung kepada asumsi dasar yang digunakan, antara lain 1) Perhitungan harga pokok produksi yang disajikan oleh perusahaan sudah menggambarkan perhitungan yang semestinya menurut akuntansi, 2) Persediaan awal dan pengembaiian produk dari pihak ke tiga yang dinilai berdasarkan biaya produksi tahun lalu dialokasikan sebagai biaya tetap dan variabel dengan menggunakan dasar biaya standar tahun 1998 yang berproduksi pada kapasitas penuh. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan selama geladikarya ini, maka penulis berkesimpulan bahwa dengan menggunakan alat ukur laba dalam artl marjin kontribusi sebagai dasar penilaian kinerja divisi terlihat bahwa terjadi pergeseran laba. Sebelum penerapan harga transfer divisi pabrik lah yang memberikan kontribusi laba terbesar bagi perusahaan, dan setelah penerapan harga transfer ternyata unit divisi kebun yang memberikan kontribusi laba yang terbesar bagi perusahaan. Kesimpulan di atas menunjukkan bahwa penilaian kinerja sangat diperlukan untuk menciptakan kesamaan tujuan dalam rangka memaksimalkan profit perusahaan. Agar penilaian lebih objektif, periu diterapkan harga transfer antara divisi kebun dan divisi pabrik. Untuk tujuan implementasi, maka diajukan saran sebagai berikut 1) Periu peninjauan kembali terhadap alokasi perhitungan harga pokok produksi MKS dan IKS sebagai Joint Product. 2) Perlu diteiusuri aktivitas yang terjadi pada masing-masing biaya yang akan dialokasikan, sehingga dapat diidentifikasikan ukuran cost driver yang benar-benar berhubungan dengan biaya tersebut, 3) Cara penilaian yang disajikan terhadap unit kebun Laut Tador dapat diterapkan pada 4 unit kebun lainnya sehingga penilaian untuk divisi kebun secara keseluruhan dapat dilakukan. | en_US |