dc.contributor.advisor | Ridwan, T. Amin | |
dc.contributor.author | Girsang, Martina | |
dc.date.accessioned | 2021-09-08T03:27:22Z | |
dc.date.available | 2021-09-08T03:27:22Z | |
dc.date.issued | 2005 | |
dc.identifier.uri | http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/42580 | |
dc.description.abstract | This thesis deals with an analysis about language variety in the wedding ceremony of Batak Simalungun customary law. This wedding ceremony of Simalungun customary law is closely concocted to social function of Dalihan natolu, This philosophical dalihan natolu consists of tondong, boru and Sanina. Tondong is a kind ship system of having the same clan. The status of tondong and boru comes up because of affine relationship or marriage link. In Simalungun Batak wedding ceremony the marriage talk or promise known as parsahapan naposo and the given gift or membere galoman are not included as adat talk On the other hand, the adat talk at home or pajabu pasarhapan and maralop or to take the wife candidate belonged adat talk. Thus, this thesis deals with analysis’s of the last two steps. The analysis of the language variety is restricts to diction which includes word, prase, idiom, figure of speech or languages style and greetings. The analysis is focused on the use of language variety linguistically as word morphologically, frase and idioms syntactically, language style and greetings semantically. Besides that the analysis is also covering the interaction of the role of adat participants in terms of tondong, boru and sanina in relation to language variety. | en_US |
dc.description.abstract | Tesis ini mendeskripsikasn ragam bahasa dalam upacara adat perkawinan masyarakat Simalungun, Upacara adat perkawinan masyarakat Simalungun selalu bermuara pada unsur fungsional dari sistem sosial “tolu sahunduran” yakni tondong boru dan sanina. Tondong merupakan anggota kerabat yang berstatus sebagai pemberi putri atau calon pengantin perempuan. Boru adalah anggota kerabat yang berstatus sebagai penerima istri. Dengan demikian status boru dan tondong muncul karena hubungan perkawinan. Sementara sanina adalah hubungan sedarah karena memiliki satu keturunan atau klen, Pada sistem perkawinan adat masyarakat Simalungun mempunyai tahapan yakni tahapan adat dan non adat. Tahapau yang non adat termasuk di dalamnya perpadanan ni naposo 'janji pemuda/i' dan mambere goloman 'memberi ikatan' yang hanya menyangkut kedua keluarga pihak laki-laki dan perernuan, Tahap yang bernuansa adat yang melibatkan unsur dalihan natolu adalah pajabu parsahapan dan maralop. Pajabu parsahapan 'pembicaraan adat' merujuk pada pembicaraan uang mahar yang akan disepakati. Apabila telah disepakati maka akan dilanjutkan pada pelunasan sekaligus membayar adat yang disebut dengan maralop 'menjemput; pengantin perempuan. Bagi masyarakat Simalungun acara puncak adat upacara perkawinan adalah maralop. Penelitian ini menyangkut ragam bahasa dalam tesis ini mencakup penggunaan pilihan kata, frasa, idiom atau kata sapaan, Kata dikaji dari sudut morfologis, Frase dan idiom dari sudut sintaksis dan ungkapan Selia kata sapaan dari sudut semantis bahasa dengan status pameran apakah tondong,boru dan sanina. Disamping itu penulis juga menganalisis keterkaitan ragam bahasa dengan status pemeran apakah sebagai tondong, boru, dan sanina. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Universitas Sumatera Utara | en_US |
dc.subject | Linguistik | en_US |
dc.title | Ragam Bahasa dalam Adat Perkawinan Simalungun | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |
dc.identifier.nim | NIM037009010 | |
dc.description.pages | 95 halaman | en_US |
dc.description.type | Tesis Magister | en_US |