• Login
    View Item 
    •   USU-IR Home
    • Faculty of Cultural Sciences
    • Department of History
    • Master Theses
    • View Item
    •   USU-IR Home
    • Faculty of Cultural Sciences
    • Department of History
    • Master Theses
    • View Item
    JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

    Kehidupan Sosial Uleebalang Aceh, Samalanga (1873-1946)

    View/Open
    Fulltext (3.244Mb)
    Date
    2017
    Author
    Marlina, Husni
    Advisor(s)
    Agustono, Budi
    Sinuhaji, Wara
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Samalanga is one nanggroe led by an uleebalang. As a leader, uleebalang lies in the community and interacts with the community. Inverse relationship and mutual requiring among the people and the leader is closely related. The position a leader makes uleebalang has different life with his people. The luxury and openness in life to the new thing is considered modern. Modernization to uleebalang can be clearly seen after Dutch colonized Samalanga. This research studies two problems, namely 1)how is the social life of uleebalang Samalanga 1873 -1946 ? 2) How is the end position of uleebalang Samalanga ? This qualitative research uses critical history method starting from heuristics, critical, interpretation and histography systematically in accordance with scientific writing theories. The references are obtained through filling and library study. Study of filling research is conducted by visiting National Archive Institution of Republic of Indonesia (ANRI) and regional archive in Banda Aceh. The result of research showed that uleebalang has close relationship with the people. Uleebalang is considered success once uleebalang is able to depend the people. However, uleebalang has different in life with the people. The life of uleebalang is identical wit luxury life and also influenced by the coming of Dutch. Since the signing of agreement with Dutch, some of uleebalang live in a modern and luxurious. For example in education, uleebalang register their children to study in school owned by Dutch. The people rejected this circumstance since they think that the school is forbidden and not good. The building of infrastructure such as rail, and roads supported the life of uleebalang to have vehicles such as car, motorcycle and bicycle. Previously, uleebalang and his people only used animal as the transportation means such as horse and elephant. The house of uleebalang Samalanga also changed from special Acehness house into the design of Dutch architecture.
     
    Samalanga adalah sebuah nanggroe yang dipimpin oleh seorang uleebalang. Sebagai seorang pemimpin, uleebalang berada di tengah-tengah masyarakat dan berinteraksi dengan masyarakat. Hubungan timbal balik dan saling membutuhkan antara masyarakat dan pemimpin terjalin erat. Jabatan sebagai pemimpin membuat uleebalang memiliki kehidupan yang berbeda dengan rakyatnya. Hidup mewah dan terbuka akan sesuatu yang baru dan dianggap modern. Modernisasi terhadap uleebalang terlihat jelas setelah Belanda menguasai daerah Samalanga. Penelitian ini mengkaji dua point permasalahan yaitu: 1) Bagaimanakah kehidupan sosial uleebalang Samalanga 1873-1946? 2) Bagaimanakah akhir kedudukan uleebalang Samalanga? Penelitian kualitatif ini menggunakan metode sejarah kritis, dimulai dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi secara sistematis sesuai dengan teori-teori penulisan ilmiah. Bahan-bahan yang digunakan diperoleh melalui studi arsip dan kepustakaan. Studi arsip penelitian dilakukan dengan mengunjungi lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan arsip daerah di Banda Aceh. Penelitian ini menunjukkan bahwa uleebalang memiliki hubungan yang erat dengan masyarakatnya. Uleebalang yang dianggap berhasil adalah uleebalang yang mampu mempertahankan rakyatnya. Namun uleebalang memiliki perbedaan kehidupan dengan rakyatnya. Kehidupan uleebalang identik dengan kemewahan, kehidupan uleebalang juga dipengaruhi oleh kedatangan Belanda. Sejak menandatangani perjanjian dengan Belanda, sebagian dari uleebalang memiliki kehidupan yang lebih modern. Misalnya bidang pendidikan, uleebalang mempercayakan putera-puteri mereka sekolah di sekoloh milik Belanda. Masyarakat menolak hal itu, karena masyarakat menganggap sekolah milik Belanda adalah sekolah kafir. Pembangunan prasarana seperti jalur kereta api dan jalan juga menunjang golongan uleebalang untuk memiliki kendaraan seperti mobil, sepeda motor dan juga sepeda. Sebelumnya uleebalang Samalanga dan juga rakyat Samalanga hanya menggunakan tenaga binatang seperti kuda dan gajah sebagai alat transportasi. Kediaman atau rumah uleebalang Samalanga juga mengalami perubahan, dari yang awal berbentuk khas Aceh hingga akhirnya mengikuti arsitektur bangunan Belanda.

    URI
    http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/43637
    Collections
    • Master Theses [31]

    Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara (RI-USU)
    Universitas Sumatera Utara | Perpustakaan | Resource Guide | Katalog Perpustakaan
    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV
     

     

    Browse

    All of USU-IRCommunities & CollectionsBy Issue DateTitlesAuthorsAdvisorsKeywordsTypesBy Submit DateThis CollectionBy Issue DateTitlesAuthorsAdvisorsKeywordsTypesBy Submit Date

    My Account

    LoginRegister

    Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara (RI-USU)
    Universitas Sumatera Utara | Perpustakaan | Resource Guide | Katalog Perpustakaan
    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV