Show simple item record

dc.contributor.advisorNasution, Zulkifli
dc.contributor.advisorSutarman
dc.contributor.advisorWidhiastuti, Retno
dc.contributor.authorSianturi, Hotmauli
dc.date.accessioned2021-09-24T04:04:05Z
dc.date.available2021-09-24T04:04:05Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/43800
dc.description.abstractLake Toba Catchment Area (LTCA) is the upstream of Asahan Toba Watershed that consist of 7 administration area which are namely Kabupaten Toba Samosir, Samosir, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, Simalungun and Tapanuli Utara. LTCA has several importan functions for farming and pasturing, water sources, fishering, tour destiny, water power generating of PT. INALUM etc. On the other hand LTCA has suffering severe degradation that indicated by drought in dry season, water flood during rainy season especially along riverside, decreasing interception, depletion of water table and increasing of erosion/ sedimentation and finally decreasing of land productivity. In line with the LTCA degradation, it is needed to study biophisical characteristic, land utilization, land coverage, river system, etc in order to understand what happen in the area that caused those problems. Survey was done in Aek Silang Sub Watershed- Lake Toba catchment area, North Sumatera Province. The objective of the research is to analyze the combination of land utilization that result optimum hydrologic functions of the watershed with minimum erosion and sediment. Simulation was done by using model ANSWERS with the highest rainfall data input during the survey conducted which altered several scenarios. ANSWERS has proven able to predict erosion and surface run off in Aek Silang sub watershed. Direct run off predicted by ANSWERS are not significantly different compared to direct measurement with correlation value of R2 : 0,94 and 0,98. Based on simulation of several land utilization, the best combination of land utilization in Aek Silang Sub Watershed is intensif agriculture on flat area (land capability IIe) of 7.919 hectares, agroforestry technique on 9.262,3 hectares of land capability grade IIIe and 1.218,3 hectares of land capability grade IVe (either by agroforestry or pure forest). Based on survey done using Analitical Hierarchy Process(AHP) method, it is needed a propher institution in order to enact the principle of sustainable function of watershed in LTCA. This institution should be raised to the higher level in accordance with decentralization sissue that enable the surrounding area of LTCA to obey and harmonized their development programmes, such as by President Decree as the LTCA has been declared as a National Strategic Area.en_US
dc.description.abstractDaerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba merupakan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Asahan Toba yang terdiri dari 7 wilayah administrasi pemerintahan yaitu Kabupaten Toba Samosir, Samosir, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Danau Toba mempunyai fungsi yang penting bagi pertanian dan peternakan, sumber air bagi kehidupan masyarakat, perikanan, transportasi antar wilayah, jasa pariwisata, pemutar turbin untuk menghasilkan listrik PT. Inalum (terutama untuk penyediaan pasokan listrik bagi industri peleburan biji aluminium di Kuala Tanjung serta pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat), dan lain-lain. Di sisi lain DTA Danau Toba telah mengalami kerusakan lahan/lingkungan yang dicirikan dengan adanya kekeringan pada musim kemarau tetapi pada musim penghujan seringkali terjadi banjir terutama di daerah hilir seperti Kabupaten Asahan dan Kota Tanjung Balai, intersepsi yang semakin menurun, penurunan muka air tanah, meningkatnmya erosi/sedimentasi dan penurunan tingkat produktivitas lahan pertanian. Sejalan dengan terjadinya degradasi lahan di DTA Danau Toba, maka perlu dipahami karakteristik biofisik dari daerah ini seperti penggunaan dan penutupan lahan, sistem jaringan sungai, topograpi, jenis tanah samapi tingkat bahaya erosinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa penggunaan lahan yang dapat menghasilkan fungsi hidrologis yang optimum melalui indikator tingkat erosi/sedimentasi dan aliran permukaan yang terjadi apabila terjadi hujan. Simulasi penggunaan lahan dilakukan dengan model ANSWERS dengan memasukkan data curah hujan tertinggi yang terjadi selama penelitian berlangsung dengan beberapa skenario penggunaan lahan. Model ANSWERS terbukti dapat memprediksi tingkat erosi/sedimentasi beserta aliran permukaan yang terjadi di Sub DAS Aek Silang dengan nilai korelasi R2 masing-masing 0,94 dan 0,98, tidak berbeda nyata dibandingkan dengan hasil pengukuran langsung di lapangan. Berdasarkan simulasi beberapa skenario penggunaan lahan, maka diketahui bahwa penggunaan lahan yang paling optimal di Sub DAS Aek Silang adalah pertanian intensif pada lahan datar dengan kelas kemampuan IIe seluas 7.919 ha, dikombinasikan dengan teknik agroforestry pada lahan kelas kemampuan IIIe seluas 9.262,3 ha dan hutan pada lahan kelas kemampuan IVe seluas 1.218,3 ha. Analisa kelembagaan dengan menggunakan metode Analithycal Hierarchy Process (AHP) menghasilkan perlu lembaga khusus pengelola DTA Danau Toba yang bersifat lintas administrasi pemerintahan agar selaras dengan penetapan DTA Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN).en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectBatas Perairanen_US
dc.subjectFungsi Hidrologien_US
dc.subjectErosien_US
dc.subjectPengendapanen_US
dc.subjectTanahen_US
dc.titleAnalisis Penggunaan Lahan di Daerah Tangkapan Air Danau Toba berdasarkan Model Answers untuk Fungsi Daerah Aliran Sungai yang Berkelanjutanen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM068106002
dc.description.pages230 Halamanen_US
dc.description.typeDisertasi Doktoren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record