Kohesi Gramatikal dan Leksikal Bahasa Jerman pada Pidato Angela Merkel
View/ Open
Date
2020Author
Sinambela, Stivani Ismawira
Advisor(s)
Nurlela
Zein, T. Thyrhaya
Metadata
Show full item recordAbstract
The thesis examines cohesion in German speech text. The research used Halliday and Hasan in answering (1) embodiment of cohesion markers contained in the German speech text, (2) realization of grammatical and lexical cohesion use in the speech text of the German Prime Minister Angela Merkel, (3) social context factors that influence Angela Merkel's grammatical and lexical cohesion. The results of data analysis showed the grammatical cohesion markers use such as, reference, substitution, ellipsis, conjunction, and lexical cohesion such as, repetition, synonymy, hyponymy, meronymy, antonymy and collocation were found in German speech text. All the markers were used make the speech text becoming coherent. The existence of ideological, cultural and situation contexts influenced the cohesion markers use contained in the speech text of German Prime Minister Angela Merkel. Based on the result of analyzing data, it was known that the reference marker is the dominant grammatical cohesion used. The dominant lexical cohesion marker used is antonymy marker. Among the grammatical cohesion markers which were often used are reference personal pronoun wir (us) who has anaphoric and word phoric properties. Among the demonstrative grammatical cohesion markers often used were demonstrative articles die (feminine and plural) which are anaphoric. It showed that the speech text is written oral language. Among the other grammatical cohesion markers often used were nominal substitution, nominal ellipsis, and additive conjunction. The antonym lexical cohesion use was influenced by the existence of an ideological context, namely Angela Merkel's view from the conservative CDU Party in the words choice showing gender differences. The situation context was seen in the dominant use of wir showing that Angela Merkel involved the audience in her speech, namely Parliament Members and President of Germany. Tesis ini mengkaji kohesi dalam teks pidato bahasa Jerman. Dengan menggunakan teori Halliday dan Hasan untuk menjawab (1) perwujudan pemarkah kohesi yang terdapat pada teks pidato bahasa Jerman, (2) realisasi penggunaan kohesi gramatikal dan leksikal pada teks pidato Perdana Menteri Jerman Angela Merkel, (3) faktor konteks sosial yang mempengaruhi penggunaan kohesi gramatikal dan leksikal oleh Angela Merkel. Hasil analisis data memperlihatkan adanya penggunaan pemarkah kohesi gramatikal, yaitu referensi, substitusi, elipsi, konjungsi, dan kohesi leksikal, yaitu repetisi, sinonimi, hiponimi, meronimi, antonimi dan kolokasi terdapat pada teks pidato bahasa Jerman. Keseluruhan pemarkah tersebut digunakan agar teks pidato koheren. Adanya konteks ideologi, budaya dan situasi mempengaruhi penggunaan pemarkah kohesi yang terdapat pada teks pidato Perdana Menteri Jerman Angela Merkel. Dari hasil analisis data, pemarkah referensi atau pengacuan merupakan pemarkah kohesi gramatikal yang dominan digunakan. Pemarkah kohesi leksikal yang dominan digunakan adalah pemarkah antonimi. Diantara pemarkah kohesi gramatikal referensi personayang sering digunakan adalah pronomina persona wir (kita/kami) yang memiliki sifat anaforis dan kataforis. Diantara pemarkah kohesi gramatikal demonstratif yang sering digunakan adalah demonstratif artikel die (feminim dan plural) yang bersifat anaforis. Hal ini menunjukkan bahwa teks pidato merupakan bahasa tulis yang dilisankan. Diantara pemarkah kohesi gramatikal lainnya yang sering digunakan adalah substitusi nominal, elipsis nominal, dan konjungsi aditif. Penggunaan kohesi leksikal antonimi dipengaruhi adanya konteks ideologi, yaitu pandangan Angela Merkel yang berasal dari Partai CDU yang konservatif dalam pemilihan kata yang menunjukkan perbedaan gender. Konteks situasi terlihat pada penggunaan wir yang dominan menunjukkan bahwa Angela Merkel melibatkan audiens dalam pidatonya, yaitu Anggota Parlemen dan Presiden Jerman.