Show simple item record

dc.contributor.advisorHaryono, Yuritna
dc.contributor.advisorMunir, Delfitri
dc.contributor.advisorAsnir, Rizalina A.
dc.contributor.authorCora, Zalfina
dc.date.accessioned2021-11-12T07:20:09Z
dc.date.available2021-11-12T07:20:09Z
dc.date.issued2002
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/45629
dc.description.abstractSinusitis maksila kronis adalah peradangan mukosa sinus maksila dengan keluhan lebih dari 3 bulan.1 . Sinus paranasal adalah rongga –rongga didalam tulang kepala yang terletak disekitar rongga hidung dan mempunyai hubungan dengan melalui muaranya.2 Sampai saat ini sinusitis maksila kronis masih merupakan masalah dan merupakan subjek yang selalu diperdebatkan, baik mengenai etiologi, keluhan, diagnosis maupun tindakan selanjutnya.3 Berbeda dengan sinusitis akut, sinusitis kronis biasanya sukar disembuhkan dan hasil pengobatan sering mengecewakan, baik untuk dokter dan terutama untuk penderita.4 Penderita biasanya mempunyai keluhan hidung tersumbat, sakit kepala, cairan mengalir dibelakang hidung, hidung berbau dan penciuman berkurang.1,5,6 Berbagai etiologi dan faktor predisposisi berperan dalam timbulnya penyakit ini, seperti deviasi septum, polip kavum nasi, tumor hidung dan nasofaring serta alergi.7,8 Menurut Lucas seperti yang dikutip Moh. Zaman , etiologi sinusitis adalah sangat kompleks. Hanya 25% disebabkan oleh infeksi, selebihnya 75% disebabkan oleh alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan-perubahan pada mukosa sinus.3 Alergi adalah salah satu faktor prediposisi dalam patogenesis sinusitis maksila kronis, yang mengakibatkan edema mukosa dan hipersekresi, keadaan ini akan menimbulkan penyumbatan muara sinus mengakibatkan stasis sekret. Hal ini sebagai medium infeksi yang akhirnya menyebabkan sinusitis kronis.1,7,8 Penyakit alergi adalah suatu penyimpangan reaksi tubuh terhadap paparan bahan asing yang menimbulkan gejala pada orang yang berbakat atopi sedangkan pada kebanyakan orang tidak menimbulkan reaksi apapun.9,10 Gangguan alergi pada hidung ternyata lebih sering dari perkiraan dokter maupun orang awam, yaitu menyerang sekitar 10 % dari populasi umum. 8 Prevalensi rinitis alergi telah diketahui bervariasi antara 5 – 10 % panduduk diberbagai kota di dunia.11 Insiden rinitis di Bandung 1,5 % , di Sub Bagian AlergiImunologi Bagian THT FKUI/RSCM selama setahun 1992 adalah 1,14 %. 12 dan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 1993-1994 sebesar 16,44%.12 Sinusitis dibagi menjadi 1) sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu, 2) sinusitis sub akut, beberapa minggu sampai beberapa bulan, 3) sinusitis kronis, beberapa bulan sampai beberapa tahun.1,14,15 Menurut Cauwenberge (1983), disebut sinusitis kronis bila infeksi sudah lebih dari 3 bulan.14en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectTes Kulit Cukiten_US
dc.subjectSinusitis Maksila Kronisen_US
dc.subjectTHTen_US
dc.titleKorelasi Tes Kulit Cukit dengan Kejadian Sinusitis Maksila Kronis di Bagian THT FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2001en_US
dc.typeThesisen_US
dc.description.pages83 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record