Studi Etnobotani Pemanfaatan Tumbuhan dalam Pengobatan Tradisional di Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi
View/ Open
Date
2022Author
Sihite, Lisbet
Advisor(s)
Aththrorick, T. Alief
Metadata
Show full item recordAbstract
Studi Etnobotani Pemanfaatan Tumbuhan Dalam Pengobatan Tradisional di Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan, persepsi, jenis tumbuhan obat dan degradasi pengetahuan tumbuhan obat pada masyarakat di Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2021. Lokasi penelitian meliputi 3 desa yaitu Lau Mil, Bertungen Julu dan Palding Jaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara secara open ended dan kuisioner. Wawancara open ended dilakukan secara terbuka dan mendalam kepada informan kunci yaitu battra (tabib) tumbuhan obat untuk pemanfaatan tumbuhan obat, sedangkan kuisioner dibagikan kepada masyarakat secara purposive untuk mengetahui kondisi sosial, ekonomi dan pengetahuan tentang tumbuhan obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 73,11% masyarakat kecamatan Tigalingga masih percaya dengan pengobatan tradisional. Gangguan kesehatan yang paling sering diderita masyarakat Kecamatan Tigalingga adalah sakit kepala, disentri, batuk, cacingan dan maag. Berdasarkan identifikasi tumbuhan didapatkan 70 jenis tumbuhan obat yang tergolong kedalam 30 famili. Hasil perhitungan ICS menunjukkan Bawang merah (Alium cepa L.) memiliki nilai ICS (Index of Cultural Significance) tertinggi yaitu 202, sirih (Piper betle L.) yaitu 202, lada hitam (Piper nigrum L.) yaitu 176, Jahe (Zingiber Officinale Roscoe.) yaitu 148, kencur (Kaempferia galanga L.) yaitu 148. Bagian tumbuhan yang sering digunakan sebagai obat adalah daun. Degradasi pengetahuan kelompok umur C terhadap A sebanyak 41,66 %. Pengolahan tumbuhan menjadi ramuan yang dengan cara direbus, disembur, diminum, dioles, mandi uap (oukup) ataupun dimakan secara langsung. The study of Ethnobotany on the Use of Plants in Traditional Medicine in Tigalingga District, Dairi Regency, aims to determine the utilization, perception, types of medicinal plants and the degradation of knowledge of medicinal plants in the community in Tigalingga District, Dairi Regency, North Sumatra. This research was conducted from May to July 2021. The research locations covered 3 villages, namely Lau Mil, Bertungen Julu and Palding Jaya. The method used in this research is open-ended interviews and questionnaires. Open ended interviews were conducted openly and in depth to key informants, namely battra (physician) medicinal plants for the use of medicinal plants, while questionnaires were distributed to the public purposively to determine social, economic conditions and knowledge about medicinal plants. The results showed that as many as 73.11% of the people of Tigalingga sub-district still believe in traditional medicine. The most common health problems suffered by the people of Tigalingga District are headaches, dysentery, cough, intestinal worms and ulcers. Based on the identification of plants obtained 70 types of medicinal plants belonging to 30 families. The results of the ICS calculation show that shallot (Alium cepa L.) has the highest ICS (Index of Cultural Significance) value of 202, betel (Piper betle L.) is 202, black pepper (Piper nigrum L.) is 176, Ginger (Zingiber Officinale) Roscoe.) is 148, kencur (Kaempferia galanga L.) is 148. The part of the plant that is often used as medicine is the leaf. Knowledge degradation of age group C to A is 41.66%. Processing of plants into ingredients by boiling, spraying, drinking, smearing, taking a steam bath (oukup) or eating directly.
Collections
- Undergraduate Theses [977]