Show simple item record

dc.contributor.advisorTarigan, Kumalo
dc.contributor.advisorSibarani, Robert
dc.contributor.authorSimbolon, Benardus
dc.date.accessioned2022-02-17T04:19:08Z
dc.date.available2022-02-17T04:19:08Z
dc.date.issued2022
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/47777
dc.description.abstractThis research is entitled The Process of Being Pargonsi and Patterns of Interrelation in Margondang at the Ritual of Gondang Jujungan: A Case Study of the Ritual of Gondang Jujungan in the Village of Salaon Tonga-Tonga Ronggurnihuta Samosir. At the present time, it is difficult to find young pargonsi who are skilled and understand in detail about the various rules and behaviors in serving gondang. In addition, the procedure for becoming a pargonsi is also not very publicized and only a few know about it. The process of becoming pargonsi found in this study is expected to educate and encourage the acceleration of regeneration in pargonsi in the Toba Batak community. Every time the gondang is served, various communication events will also be presented among the supporters of the ceremony, namely the communication that is presented when presenting the gondang according to the applicable gondang presentation rules, then there is also communication that is presented based on one particular situation. The presentation of the gondang in the ceremony also means a communication to the spiritual spirits that exist in the cosmology of the pre-Christian Toba Batak beliefs, so that each gondang served is considered sacred and should not be served arbitrarily. Therefore, the presentation of the gondang in the ritual ceremony Gondang Junjungan can only be done by a group of pargons who really broadly understand each gondang presentation rule as well as the various gondang repertoires specific to the ceremony. This study used a qualitative ethnographic research methodology with eight of the twelve steps of ethnographic research, which called data’s collected from ethnographic records were analyzed ethnographically, data’s collected by descriptive questions were analyzed by domain analysis, data collected by asking structural questions were analyzed by taxonomic analysis, and data collected with questions contrast was analyzed by componential analysis as seen in data analysis. By applying the research method above, the researcher obtained two results from the process of becoming pargonsi, namely marguru in adat and marguru in non-adat. There are three gondang presentation processes, namely the presentation of the gondang repertoire, the presentation of panjujuran ni gondang and the presentation of the gondang not repertoire. There are three types of communication in the presentation of gondang, namely communication in the rules and regulations of the presentation of gondang, contextual behavior, and communication to spiritual spirits.en_US
dc.description.abstractPenelitian ini berjudul Proses Menjadi Pargonsi dan Pola Interelasi dalam Margondang pada Upacara Ritual Gondang Jujungan: Studi Kasus Upacara Ritual Gondang Jujungan di Desa Salaon Tonga-Tonga Ronggurnihuta Samosir. Pada saat sekarang ini, sulit ditemukan pargonsi muda yang terampil dan memahami secara detail tentang berbagai peraturan dan perilaku dalam menyajikan gondang. Selain itu, tata cara menjadi seorang pargonsi juga tidak begitu terpublikasi dan hanya sedikit yang mengetahuinya. Proses menjadi pargonsi yang ditemukan dalam penelitian ini diharapkan dapat mengedukasi dan mendorong percepatan regenerasi pada pargonsi di masyarakat Batak Toba. Setiap kali gondang disajikan, akan tersaji pula berbagai peristiwa berkomunikasi di antara para pendukung upacara, yakni komunikasi yang tersaji pada saat menyajikan gondang sesuai aturan penyajian gondang yang berlaku, kemudian ada juga komunikasi yang disajikan berdasarkan satu keadaan tertentu saja. Penyajian gondang dalam upacara tersebut juga bermakna satu komunikasi kepada para roh spiritual yang ada dalam kosmologi kepercayaan Batak Toba pra Kristen, sehingga setiap gondang yang disajikan dianggap sakral dan tidak boleh sembarang disajikan. Oleh karena itu, penyajian gondang dalam upacara ritual Gondang Jujungan hanya dapat dilakukan oleh sekelompok pargonsi yang memang memahami secara luas setiap aturan penyajian gondang serta berbagai repertoar gondang khusus untuk upacara tersebut. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian Kualitatif Etnografi dengan delapan dari dua belas langkah penelitian etnografi, yakni data yang dikumpulkan dari catatan etnografi dianalisis secara etnografi, data yang dikumpulkan dengan pertanyaan deskriptif dianalisis dengan analisis domain, data yang dikumpulkan dengan mengajukan pertanyaan struktural dianalisis dengan analisis taksonomi, dan data yang dikumpulkan dengan pertanyaan kontras dianalisis dengan analisis komponensial sebagaimana yang terlihat pada analisis data. Dengan menerapkan metode penelitian di atas, peneliti mendapatkan dua hasil proses menjadi pargonsi, yakni marguru dalam adat dan marguru nonadat. Proses penyajian gondang ada tiga, yakni penyajian repertoar gondang, penyajian panjujujuran ni gondang dan penyajian gondang bukan repertoar. Komunikasi dalam penyajian gondang ada tiga, yakni komunikasi dalam aturan dan peraturan penyajian gondang, perilaku kontekstual, dan komunikasi kepada para roh spiritual.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectGondangen_US
dc.subjectGondang Jujunganen_US
dc.subjectGondang Siar-siaronen_US
dc.subjectGondang Sabornginen_US
dc.subjectPargonsien_US
dc.subjectUpacara Ritualen_US
dc.subjectBatak Tobaen_US
dc.titleProses Menjadi Pargonsi dan Pola Interelasi dalam Margondang pada Upacara Ritual Gondang Jujungan: Studi Kasus Upacara Ritual Gondang Jujungan di Desa Salaon Tonga-Tonga Ronggurnihuta Samosiren_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM197037007
dc.description.pages172 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record