Perbandingan Reperfusi Pada Pasien Imaest yang Diterapi dengan Ticagrelor dan Clopidogrel yang dinilai Secara Myocardial Blush Grade (Mbg) dan Timi Frame Count (Tfc) pada Waktu Terapi Intervensi Koroner Perkutan Primer
View/ Open
Date
2022Author
Arief, Furqan
Advisor(s)
Safri, Zainal
Lubis, Anggia Chairuddin
Metadata
Show full item recordAbstract
Introduction : Coronary Arterial Disease (CAD) is the main cause of death globally where
specifically in Indonesia, approximately 1 per 4 people could be died with mortality rate 26,4%,
this number was much higher than mortality of cancer (PERKI, 2019). Angiographically,
reperfusion in myocardial tissue assessed by TIMI frame count (TFC) and Myocardial Blush
Grade (MBG) could show the level of contrast density of myocardial tissue related to infarction
and correlated with survival after Percutaneous Coronary Intervention (PCI). Nowadays in
Indonesia, ticagrelor and clopidogrel are the only available oral direct-acting antiplatelet
therapy before PCI. Ticagrelor could be an effective alternative for patients with clopidogrel
resistance. Therefore, the aim of this study is to assess whether any reperfusion differences
between STEMI patients administered with ticagrelor or clopidogrel that evaluated using
myocardial blush grade (MBG) and TIMI Frame Count (TFC) after PPCI.
Method : We conducted a retrospective cross-sectional study with comparative analytical
study.. Sample collected consecutively. Subjects were STEMI patients who performed PCI at
RSUP H. Adam Malik Medan and RS Murni Teguh Memorial Hospital with sample collected
secondarily from medical record since October 2021until minimum sample size achieved. Data
was collected after performing clinical assessment, ECG examination, cardiac enzyme, history
of medical therapy and coronary angiography.
Result : Mean age of study population is 56 years, mostly male (93,3%), history of smoking (
73,3%), and hypertension found to be the most frequent risk factor (53,3). Median uric acid
level is 26 mg/ ml, median creatinine level is 0,998 mg/ml, median troponin I is 1,75 ng/ml.
Median length of stay is 4 days. Median myocardial blush grade (MBG) is 2. Median TIMI
Frame count is 22. Majority of patients was KILLIP I (65%), on ACE-I therapy (46,7%), on
statin 40 mg (63,3%) and ticagrelor (55%). Based on time to wire, most PCI performed > 90
minutes, (76,7%) and the most frequent myocardial infarction area is anterior (53,5%) Based
on bivariate analysis, there was statistically significant differences between subjects
administered clopidogrel and ticagrelor based on history of smoking (=0,026), uric acid level
(p=0,026), myocardial blush grade (p=0,007), TFC (value p<0,001), KILLIP class (value
p=0,010), and ACE-inhibitor (p=0,017) Latar Belakang : Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab utama dari seluruh
kematian dimana setiap satu diantara empat orang meninggal dunia di Indonesia akibat PJK
dengan mortalitasnya mencapai 26.4%, angka ini mengalahkan angka kematian oleh kanker
yang berkisar di 6% (Perki, 2019). Reperfusi tingkat jaringan secara angiografik dengan
parameter seperti TIMI frame count (TFC) dan myocardial blush grade (MBG) dapat
memberikan gambaran fungsi mikrovaskular pada area miokard yang terkait. Saat ini di
Indonesia, pengobatan dengan obat anti-platelet direct-acting sebelum IKP di Indonesia hanya
tersedia tigacrelor dan clopidogrel. Ticagrelor dapat menjadi terapi alternatif yang efektif untuk
bagi pasien dengan resistensi clopidogrel. Oleh karena itu, studi ini dilakukan untuk menilai
apakah terdapat perbedaan reperfusi pada pasien IMAEST yang diterapi dengan ticagrelor dan
clopidogrel yang dinilai dengan MBG dan TFC setelah terapi intervensi koroner perkutan
primer.
Metode : Penelitian ini merupakan suatu studi desain potong lintang (cross sectional)
retrospektif dengan analisis komparatif numerik, dimana pengambilan sampel dilakukan
dengan cara consecutive sampling. Subjek penelitian ini adalah pasien IMAEST yang
menjalani terapi IKP primer di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS Murni Teguh Memorial
Hospital dengan pengambilan data sekunder dari Rekam Medis dilakukan mulai dari periode
Oktober 2021 hingga jumlah sampel terpenuhi. Data sekunder diambil melalui pemeriksaan
EKG, klinis, enzim jantung, terapi, serta angiografi koroner.
Hasil : Rerata usia subjek penelitian adalah 56 tahun, mayoritas laki-laki (93,3%), riwayat
merokok (73,3%), dan Hipertensi merupakan faktor risiko yang paling banyak ditemui
(53,3%). Median kadar ureum yaitu 26 mg/ ml, median kadar kreatinin 0,998 mg/ml, median
troponin I yaitu 1,75 ng/ml. Berdasearkan lama rawatan, median lama rawatan pasien yaitu
selama 4 hari. Median myocardial blush grade (MBG) yaitu 2. Median TFC subjek penelitian
yaitu 22. Berdasarkan KILLIP, mayoritas subjek penelitian Killip I sebanyak 39 orang (65%).
Sebagian besar pasien mendapatkan terapi ACE-I (46,7%), statin 40 mg (63,3%) dan ticagrelor
(55%). Berdasarkan waktu door to wire, tindakan IKP terbanyak >90 menit (76,7%) dan lokasi
infark paling banyak ditemukan pada bagian anterior (53,3%). Berdasarkan analisis bivariat,
terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik pasien yang merokok (nilai p=0,026), kadar
ureum (nilai p=0,027), myocardial blush grade (nilai p=0,007), TFC (nilai p<0,001), KILLIP
(nilai p=0,010), dan ACE-inhibitor (nilai p=0,017) dengan pemberian terapi antara clopidogrel
dan ticagrelor.
Kesimpulan : Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik pada myocardial blush grade
(MBG) dengan pemberian terapi antara clopidogrel dan ticagrelor serta erdapat perbedaan yang
signifikan secara statistik pada TFC dengan pemberian terapi antara clopidogrel dan ticagrelor.
Collections
- Master Theses [96]