Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir Sumatera Utara

Abstract

The ethno-botany study of the medicinal plants of Batak Toba at Onan Runggu District, Samosir Regency North Sumatera, aimed to determine the utilization, the types and the degradation of the public knowledge about the medicinal plants for certain diseases. The research had been done from September 2021 to February 2022 at the Onan Runggu, the Pardomuan and the Sitinjak Villages. The method used was an open ended interview method which was carried out openly and in depth to the key informants or “tabib” about the types of medicinal plants, the parts used and how to processed them. The questionnaire method conducted to the public as general information to found out the social, the economic value and the public knowledge about the medicinal plants. The results of the study showed. There were some common diseases such as cough, fever, colds, flu, stomach ace, ulcers, hypertension, sprain and fractures. There were a total of 45 species of the medicinal plants were known and had been identified into 27 plant families. Ginger (Zingiber officinale Roscoe) had the highest Index of Cultural Significance (ICS) with a value of 78. The most widely part of the plant used as medicine was the leaf. The Batak Toba community chose to believe traditional medicines with the highest belief category value was 71.72%. Most Batak Toba had known about traditional medicines with the highest level of knowledge was 50.5%. The level of importance for medicinal plants chose had the important category and the level of the use of medicinal plants was in frequent category. The source of knowledge of the medicinal plants for the Toba Batak community at Onan Runggu District came from their parents. The highest level of degradation of medicinal plants knowledge at Onan Runggu District came from the age group A (20-35 years) opposite to the age group C (> 50 years) by 52.56%, however, the age group B (36-50 years) opposite to the age group C by 29,48% and the age group A opposite to the age group B by 32,27%.

Studi etnobotani tumbuhan obat masyarakat Batak Toba di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir Sumatera Utara bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan, jenis serta degradasi pengetahuan mengenai tumbuhan obat untuk beberapa penyakit tertentu. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September 2021 sampai dengan bulan Februari 2022 di Desa Onan Runggu, Pardomuan dan Sitinjak Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Metode yang digunakan adalah metode wawancara open ended yang dilakukan secara terbuka dan mendalam kepada informan kunci yaitu tabib tentang jenis tumbuhan obat, bagian yang digunakan dan cara pengolahannya serta metode kuesioner yang dilakukan kepada masyarakat sebagai informan umum untuk mengetahui kondisi sosial, ekonomi dan pengetahuan tentang tumbuhan obat. Hasil penelitian yang didapat yaitu penyakit yang sering diderita batuk, demam, masuk angin, flu, asam lambung, maag, hipertensi, terkilir dan patah tulang. Sebanyak 45 jenis tumbuhan obat yang diketahui dan telah diidentifikasi yang terdiri dari 27 famili. Jahe (Zingiber officinale Roscoe) memiliki nilai Index of Cultural Significance (ICS) tertinggi yaitu dengan nilai 78. Bagian dari tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai obat adalah bagian daun. Masyarakat Batak Toba memilih percaya dengan pengobatan tradisional dengan kategori tertinggi terdapat pada kategori percaya dengan nilai 71,72%. Masyarakat sebagian besar tahu akan obat-obatan tradisional dengan tingkat pengetahuan tertinggi di kategori tahu sebesar 50,5%, tingkat kepentingan akan tumbuhan obat memilih kategori penting dan tingkat penggunaan tumbuhan obat dalam kategori sering. Sumber pengetahuan tumbuhan obat masyarakat Batak Toba di Kecamatan Onan Runggu berasal dari orang tua. Tingkat degradasi pengetahuan tumbuhan obat dari kelompok umur A (20-35 tahun) terhadap kelompok umur C (>50 tahun) sebesar 52,56%, kelompok umur B (36-50) terhadap kelompok C sebesar 29,48% dan kelompok umur A terhadap kelompok umur B sebesar 32,27%.