dc.description.abstract | Penelitian ini berjudul Komunikasi Antarbudaya di Kalangan Mahasiswa
(Identitas Etnis Mahasiswa Etnis Tionghoa dalam Kompetensi Komunikasi dengan
Mahasiswa Pribumi di Kalangan Mahasiswa Fakultas Teknik stambuk 2009 dan 2010
Universitas Sumatera Utara). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui identitas etnis
yang dibangun dalam kompetensi komunikasi antarbudaya antara mahasiswa yang
beretnis Tionghoa dengan mahasiswa pribumi di lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara.
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah studi analisis etnografi budaya yaitu
studi yang nantinya akan melukiskan secara sistematis mengenai suatu kebudayaan
kelompok yaitu perihal identitas etnis mahasiswa etnis Tionghoa yang di himpun dari
lapangan dalam kurun waktu yang sama. Penelitian ini menggunakan metode analisis
kualitatif yang merupakan pengukuran dengan menggunakan data nominal yang
menyangkut klasifikasi atau kategorisasi sejumlah variabel ke dalam beberapa sub kelas
nominal. Melalui pendekatan kualitatif, data yang diperoleh dari lapangan dapat diambil
kesimpulan yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum. Subjek dalam penelitian ini
adalah mahasiswa etnis Tionghoa yang ada di Fakultas Teknik stambuk 2009 dan 2010
Universitas Sumatera Utara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa identitas etnis dapat berperan sebagai
pendorong dalam melakukan kompetensi komunikasi antara mahasiswa etnis Tionghoa
dengan mahasiswa pribumi. Identitas etnis yang berbeda, tidak menjadikan penghambat
dalam kompetensi komunikasi yang mereka laukan. Jenis kelamin, agama, asal daerah,
dan pekerjaan orang tua mampu membentuk identitas etnis pada mahasiswa etnis
Tionghoa, sedangkan usia beserta departemen, stambuk, dan tingkatan semester bukanlah
karakteristik yang dapat membentuk identitas etnis pada mereka. Dalam penelitian ini
juga ditemukan bahwa, informan perempuan lebih mampu dalam mengenali identitas
etnis yang ada pada dirinya masing-masing lebih baik daripada informan laki-laki.
Informan laki-laki juga mampu mengenali identitas etnisnya, tetapi hanya secara
umumnya saja yang dimiliki oleh mayoritas etnis Tionghoa. Informan laki-laki tidak
mampu mengenali identitas etnisnya secara pribadi. Meskipun ada perbedaan dalam
kemampuan mengenali identitas etnisnya, tetapi keduanya mampu melakukan
kompetensi komunikasi yang baik dengan mahasiswa pribumi. Kompetensi komunikasi
yang mereka miliki umumnya berada pada tataran mampu mengembangkan kecakapan
komunikasinya dengan baik atau yang disebut dengan istilah unconscious competence,
dan tataran ini dimiliki oleh 9 orang informan. Sedangkan 2 orang informan lainnya
berada pada tataran conscious incompetence yaitu mengetahui bahwa ia salah
menginterpretasikan perilaku orang lain namun ia tidak melakukan sesuatu, dan
conscious competence yaitu mampu berpikir tentang kecakapan komunikasinya dan
secara terus-menerus berusaha mengubah apa yang ia lakukan supaya menjadi lebih
efektif. Jadi kompetensi komunikasi ke 11 informan mahasiswa Tionghoa berada pada
tataran yang cukup efektif. Meskipun identitas etnis yang berbeda dengan mahasiswa
pribumi, lantas tidak membuat mereka enggan untuk melakukan kompetensi komunikasi
dengan mahasiswa pribumi. Lantas dapat disimpulkan bahwa perbedaan yang ada tidak
membuat mahasiswa etnis Tionghoa menutup diri.
i
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR | en_US |