Show simple item record

dc.contributor.advisorSitorus, Henry
dc.contributor.authorBangun, Eviera Michalta Br
dc.date.accessioned2022-11-17T03:17:27Z
dc.date.available2022-11-17T03:17:27Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/61192
dc.description.abstractAnak autis berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Mereka memiliki tindakan dan kebiasaan yang sangat berbeda dengan yang dimiliki anak-anak biasanya seperti tidak mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik, asyik dengan diri sendiri tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya, tidak mampu bertatap mata, tidak bisa fokus pada hal-hal tertentu, suka menangis dan tertawa tibatiba, dll. Ada beberapa hal yang dilakukan dalam melatih anak autis sehingga anak mampu bersosialisasi dengan baik diantaranya, pertama melakukan terapi okupasi pada anak yang membantu anak dalam melatih konsentrasi, motorik halus anak, kemandirian dan mampu beradaptasi dalam kehidupan sehari-hari. Kedua terapi wicara membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu anak berbicara lebih baik dan akhirnya berkomunikasi. Dan yang ketiga terapi interaksi sosial yang membantu anak menghilangkan perilaku yang tidak dapat diterima oleh umum misalnya anak suka menjerit tiba-tiba, marah tiba-tiba, tertawa tiba-tiba dan menangis tiba-tiba sehingga anak mampu bersosialisasi dalam lingkungan masyarakat yang normal. SLB Al-Azhar merupakan lokasi penelitian tentang anak autis ini. Dalam hal ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan terhadap 6 (enam) orang informan yaitu, 4 orang tua dari anak autis dan 2 guru yang mengajar di kelas autis. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa kebiasaan tidak normal pada anak autis termasuk tidak dapat bersosialisasi dengan baik merupakan satu bagian yang tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut didukung karena keinginannya untuk menyendiri dan melakukan tindakan tertentu. Akibatnya anak menjadi tidak mampu bersosialisasi dengan sekitarnya. Untuk mengatasi hal tersebut maka dibutuhkan latihan pada anak autis. Keluarga haruslah mengambil peran yang utama dalam melatih anak karena keluarga merupakan agen pertama dalam menciptakan sosialisasi pada anak, selain itu peran guru juga sangat diperlukan dalam memberikan latihan kepada anak.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.titlePola Pendidikan pada Anak Autis (Study Deskriptif : Anak Autis di Sekolah Luar Biasa Al-Azhar Medanen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM070901024
dc.identifier.nidnNIDN0028026603
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI69201#Sosiologi
dc.description.pages105 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record