Strategi Mewujudkan Kemandirian Pesantren Berbasis Pemberdayaan Santri (Studi Kasus Pesantren Hidayatullah Desa Bandar Labuhan, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)
Abstract
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional khas
Indonesia yang mampu eksis hingga saat ini. Pondok pesantren terbukti
merupakan lembaga pendidikan yang unik, mandiri, dan syarat dengan kultur
lokal sejak 500 tahun yang lalu. Model pendidikan barat yang diadopsi
pemerintah sebagai pendidikan formal di Indonesia telah memberikan tantangan
dan warna terhadap perkembangan pondok pesantren. Pesantren pun menyikapi
tantangan tersebut dengan cara yang berbeda-beda, di sisi lain pesantren dituntut
untuk mampu mempertahankan idealismenya sekaligus memenuhi tuntutan
pragmatis dari masyarakat. Penelitian ini berlatar belakang dari melihat Pesantren
Hidayatullah Medan sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh berbasiskan
pemberdayaan santri dan berkomitmen untuk menjadi pesantren yang mandiri
serta beridealisme Islam. Pesantren ini dilihat memiliki metode tersendiri untuk
melakukan adaptasi antara tuntutan pragmatis dengan idealisme pesantren
sehingga pesantren bisa mandiri secara sosial ekonomi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode pemberdayaan
yang berbasis santri, faktor pendorong dan penghambatnya, serta bentuk-bentuk
program dan manfaatnya. Penelitian ini memaparkan mengenai metode-metode
pemberdayaan santri yang dilaksanakan oleh Pesantren Hidayatullah Medan,
kemudian melihat bagaimana faktor pendorong dan penghambatnya, serta apa saja
bentuk-bentuk program dan manfaatnya. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara
mendalam, dan studi kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pesantren Hidayatullah Medan sebagai
lembaga pendidikan Islam menerapkan tiga ranah pendidikan yaitu faqahah
(kedalaman pemahaman), thabiah (perangan, watak, karakter), dan kafaah
(kecakapan operasional). Untuk memenuhi tiga tuntutan yaitu tuntutan
pendidikan, tuntutan untuk mengurangi beban operasional pesantren, dan tuntutan
dakwah maka Pesantren Hidayatullah Medan melakukan beberapa metode
pemberdayaan berbasis santri di antaranya sebagai berikut: 1) dibentuknya Dewan
Santri sebagai penggerak program pengkaryaan; 2) Wadah Apresiasi Potensi
Santri (WAPOSI); 3) pengabdian alumni; 4) menerapkan kurikulum khas yang
didesain agar mendukung program pengkaryaan; 5) kepemimpinan demokratis
dan kordinasi secara buttom up. Namun, program tersebut memiliki beberapa
hambatan yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang memahami usaha
yang bernilai ekonomi tinggi, cenderung mengelola usaha tradisional; fasilitas
berteknologi dan dana yang terbatas; serta manajemen program pengkaryaan yang
kurang efektif. Hidayatullah Medan telah berhasil menjadi pesantren yang
mandiri, namun terjadi penurunan saat melakukan akselerasi pembangunan
dengan dukungan dana dari luar. Pesantren Hidayatullah Medan diharapkan
memperbaiki sisi manajemen program dan melakukan adaptasi kreatif yang tepat
dengan tetap memperhatikan keseimbangan setiap tuntutan
Collections
- Undergraduate Theses [967]