Relokasi Pasar (Studi Kasus: Pusat Pasar Tradisional Panyabungan – Madina)
Abstract
Suatu pasar selalu mengalami perubahan, baik pemekaran bangunan serta luas
arealnya maupun jumlah pedagangnya. Ada pedagang baru masuk dan ada pula
pedagang yang keluar atau pindah ke tempat lain. Apabila pedagang yang masuk
lebih banyak daripada yang keluar, maka akan menyebabkan semakin
bertambahnya kebutuhan tempat berjualan. Sejalan dengan dijadikannya
Panyabungan sebagai ibu kota Kabupaten maka pembangunan sarana dan
prasarana pendukung mulai dilaksanakan. Demikian halnya dengan pembangunan
dan relokasi pusat pasar tradisional Panyabungan. Pasar yang direlokasikan dari
pusat pasar lama yang di kenal dengan ”Pasar Baru”. Dengan adanya berbagai
kepentingan dalam suatu pembangunan, akan selalu terjadi dilema dan friksi yang
kemudian menjadi polemik dalam proses pembangunan tersebut, termasuk dalam
proyek relokasi pasar. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka muncul pertanyaan:
bagaimana metode dan pendekatan pemerintah daerah / Dinas Pasar terhadap
masyarakat dan pedagang dalam proses relokasi pasar tersebut dan apa faktorfaktor
pendukung dan penghambat dalam proses relokasi pasar tersebut?
Untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut, maka dilakukan penelitian
secara kualitatif dengan analisa deskripsi, dengan unit analisis adalah masyarakat
setempat, para pedagang di pasar dan instansi yang terkait dalam relokasi pasar
Panyabungan. Instansi yang terkait ini yaitu Dinas pasar di daerah lokasi
penelitian ini yang tempatnya berada di pusat pasar baru Kabupaten Mandailing
Natal.
Berdasarkan hasil penelitian pendekatan pemerintah daerah/Dinas Pasar terhadap
masyarakat dan pedagang dalam proses relokasi pasar tersebut adalah dengan
melakukan sosialisasi, baik tertulis maupun lisan dengan upaya membangkitkan
kesadaran masyarakat umum maupun para pedagang akan pentingnya proyek
relokasi tersebut untuk dilakukan. Jadi tidak ditemukan faktor penghambat,
sedangkan faktor pendukung karena adanyapeningkatan dari segi sarana-prasarana
yang ditawarkan oleh pengelola pasar, sehingga bagi sebagian pedagang akan
bertambah pula jumlah langganannya Namun, dari sisi pedagang dan masyarakat,
timbul pemikiran bahwa lokasi Pasar Baru tidak terdapat tepat ditengah kota,
sehingga kurang strategis, karena susah dijangkau oleh konsumen dan juga adanya
persaingan yang semakin ketat akibat jumlah pedagang yang semakin meningkat.
Dimana secara umum hal tersebut diatas bisa mengakibatkan terjadinya
pengurangan jumlah konsumen. Dan juga timbulnya anggapan bahwa pengelola
pasar dianggap tidak becus untuk mengelola Pasar Baru ini karena hanya
memikirkan diri sendiri atau jabatannya belaka, sedangkan kemajuan pasar
dibiarkan begitu saja tanpa pembinaan yang berarti.
Collections
- Undergraduate Theses [967]