Relokasi Pasar Tradisional (Studi Kasus di Pasar Yuka Martubung Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Kotamadya Medan)
Abstract
Pasar tradisional sudah dikenal sejak puluhan abad lalu, diperkirakan sudah
muncul sejak jaman kerajaan Kutai Kartanegara pada abad ke -5 Masehi. Dimulai dari
barter barang kebutuhan sehari-hari dengan para pelaut dari negeri tirai bambu,
masyarakat mulai menggelar dagangannya dan terjadilah transaksi jual beli tanpa mata
uang hingga digunakan mata uang yang berasal dari negri Cina. Dalam kegiatan pasar
tradisional keberadaan PKL sebagai pelaku kegiatan ekonomi marginal, biasanya
memberikan kesan yang kurang baik terhadap kondisi fisik kota. Mereka berjualan di
trotoar jalan, di taman-taman kota, di jembatan penyebrangan, bahkan di badan jalan.
Pemerintah kota berulangkali menertibkan mereka yang ditengarai menjadi penyebab
kemacetan lalu lintas ataupun merusak keindahan kota. Upaya penertiban ini kadangkala
melalui bentrokan dan perlawanan fisik dari para pedagang. Bersama dengan komponen
masyarakat lainnya, tidak jarang para pedagang pun melakukan unjuk rasa. Pemerintah
pun dihujatnya dan masalah PKL ini disebutkan sebagai bentuk kegagalan pemerintah
dalam menyediakan lapangan kerja untuk kaum miskin.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripif dengan pendekatan
kualitatif. pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk mendeskripsikan masalah yang
terjadi pada proses relokasi pasar tradisional yang terjadi di Pasar Yuka Martubung.
Dalam pengambilan data peneliti menggunakan teknik berupa observasi dimana peneliti
mengamati secara langsung kegiatan di Pasar Tradisional Yuka Martubung. Data yang
diperoleh melalui teknik wawancara mendalam dengan menggunakan panduan
wawancara (interview guide). Cara ini digunakan guna mendapatkan data yang sesuai
dengan tujuan penelitian, kemudian dianalisis untuk diinterpretasikan. Informan dalam
penelitian ini adalah para pedagang yang berdagang di Pasar Yuka namun pernah ikut
pindah ke lokasi pasar yang baru, dan juga para aparat pemerintah yang melakukan
proses relokasi seperti pihak PD Pasar dan juga pihak kelurahan.
Dari data yang diperoleh maka hasilnya dapat diketahui bahwa penyebab utama
kegagalan proses relokasi Pasar Yuka adalah karena kurang efektifnya sosialisasi yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap para pedagang sehingga menyebabkan
kesalahpahaman pedagang itu sendiri. faktor lokasi juga menjadi salah satu penyebab
kegagalan proses relokasi. Lokasi pasar yang baru jauh dan tidak strategis sehingga
menjadi sepi pembeli dan menyebabkan penurunan pendapatan pedagang. Akhirnya
pedagang dari Pasar Yuka yang telah pindah ke lokasi pasar yang baru kembali lagi ke
pasar yang lama. Ketegasan pemerintah yang kurang juga dituding menjadi penyebab
lainnya. Pemerintah tidak tegas dalam membuat kebijakan. Terlihat dari masih dibukanya
Pasar Yuka yang lama sementara pasar yang baru juga baru saja mulai dibuka sehingga
mengakibatkan pasar yang baru menjadi sepi karena pembeli lebih memilih untuk
berbelanja di lokasi lama yang letaknya lebih strategis.
Collections
- Undergraduate Theses [964]