Show simple item record

dc.contributor.authorFritama, Aditya
dc.date.accessioned2022-11-18T05:08:35Z
dc.date.available2022-11-18T05:08:35Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/61608
dc.description.abstractPembangunan City Check In , Sky Bridge dan lahan parkir yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemko) Medan dilakukan untuk mendukung sarana transportasi ke Bandara Internasional Kuala Namu. Lokasi pembangunan tersebut tepat berada di sisi timur Lapangan Merdeka tempat pedagang buku berjualan. Pedagang buku bekas sendiri menempati sisi Timur Lapangan Merdeka dimulai pada tahun 2003 dengan beralaskan hukum Surat Keputusan Walikota Medan mengenai surat perjanjian pemakaian kios tempat berjualan buku di Sisi Timur Lapangan Merdeka Medan No 511.3/5750.B tertanggal 22 Juli 2003. Pedagang buku yang tergabung dalam organisasi Persatuan Pedagang Buku Bekas Lapangan Merdeka (P2BLM) menolak kebijakan relokasi tesebut dan melakukan perlawanan terhadap kebijakan Pemko Medan yang tidak mengakomodir keinginan pedagang buku bekas. Pedagang buku menuntut kepada Pemko Medan untuk melakukan revitalisasi sisi timur Lapangan Merdeka, karena pedagang buku adalah cagar budaya dan ikon Kota Medan Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif yang bertujuan untuk memahami secara lebih mendalam dan mengetahui bagaimana gerakan perlawanan pedagang buku P2BLM yang berlokasi di Jl. Pegadaian, Keluarahan Aur, Kecamatan Medan Maimun. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melakukan observasi dan wawancara mendalam. Informan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang yang terdiri dari, pihak Lembaga Swadaya Masyarakat, Pedagang Buku P2BLM, dan Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan. Untuk memperkaya data dan informasi mengenai pedagang buku P2BLM, maka juga digunakan teknik pengumpulan data melalui kuesioner dengan sampel berjumlah 56 orang pedagang. Berdasarkan hasil penelitian, gerakan perlawanan pedagang buku dilakukan dengan bentuk perlawanan secara terang-terangan dan perlawanan secara tersembunyi. Pedagang buku melakukan gerakan perlawanan secara terangterangan dengan cara melakukan aksi demonstrasi, menerobos masuk gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Kota Medan, dan menolak relokasi dengan perjuangan politis non-litigasi. Perlawanan secara tersembunyi dilakukan dengan menolak relokasi dengan tidak memperdulikan surat peringatan pengosongan kios dan tetap berjualan di sisi Timur Lapangan Merdeka. Menggelar kegiatan peringatan hari Sumpah Pemuda sebagai momentum mengingat sejarah dan menjadikan kesenian dan kebudayaan sebagai alat perlawanan. Ini dilakukan untuk membentuk koalisi kepada masyarakat yang homogen dan koalisi antar organisasi yang bergerak di bidang kemanusiaan, civitas akademika dan media massa. Perlawanan pedagang buku memberikan dampak nyata dengan dibangunnya revitalisasi kios di sisi timur Lapangan Merdeka yaitu 244 kios. Pedagang yang tergabung dalam P2BLM memperoleh kios mereka sebagai hasil dari perjuangan melakukan perlawanan yang ditandai dengan kesepakatan bersama antara Pemko Medan dan P2BLM.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectPedagang bukuen_US
dc.subjectGerakan Sosialen_US
dc.subjectRelokasien_US
dc.titleGerakan Perlawanan Pedagang Buku Bekas Lapangan Merdekaen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM100901092
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI69201#Sosiologi
dc.description.pages119 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record