Show simple item record

dc.contributor.advisorLubis, Syahril R
dc.contributor.advisorNadeak, Kristina
dc.contributor.authorMalahayati, Malahayati
dc.date.accessioned2022-11-22T02:21:39Z
dc.date.available2022-11-22T02:21:39Z
dc.date.issued2010
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/62985
dc.description.abstractPenyakit kusta masih merupakan masalah kesahatan di Indonesia dan saat ini jumlah penderita kusta ke tiga dunia sesudah India dan Brazil. Penyebaran penyakit kusta kebanyakan di Indonesia bagian Timur, namun di daerah Aceh clan Sumatera Utara temyata juga masih didapatkan daerah endemik kusta. Di RSUP. Dr Pimgadi Medan pada tahun 2005-2007 dengan prevalensi 4,27% dan tipe Multibasilar (MB) 78,27%. Sebagian penderita kusta banyak berasal dari Aceh (12.9%) dan sisanya berasal dari daerah Sumatera Utara dan sekitarnya 17,8% (Depkes,2007). Prevalensi penyakit kusta di Aceh 1993-1999 dilaporkan 3 .5 per 10.000 penduduk. Penya.kit ini dipercaya penularannya disebabkan oleh kontak antara orang yang terinfeksi dan orang sehat. Narakontak serumah adalah merupakan kelompok dengan resiko penularan tertinggi, sehingga harus dilindungi terhadap kemungkinan penularan. Permasalahan penyakit kusta diibaratkan sebagai fonomena gunung es, sehingga pada suatu ketika dianggap bahwa kasus kusta sudah tidak ada lagi, temyata populasi semakin banyak karena gagalnya penemuan kasus secara dini, sehingga tidak dapat diobati secara cepat dan adekuat. Upaya untuk mencegah perkembangan penyakit kusta di Indonesia kunci utamanya ialah penemuan kasus ( case finding) yang diikuti dengan pengobatan adekuat. Guna keperluan penemuan kasus ini, dibutuhkan suatu sarana diagnostik sehingga dapat dicegah penularan penyakit dan terjadinya cacat. Deteksi antibodi terhadap phenolic glicolipid-1 (PGL-1) telah digunakan secara luas untuk surve komunitas, kontak penderita kusta, diagnosis dini, monitoring pengobatan, monitoring reaksi dan mengidentifikasi penderita yang mengalami relaps. Antibodi anti PGL• l berkorelasi linear dengan indeks bakteri ( IB) clan telah dilaporkan cukup adekuat sebagai monitoring pengobatan oleh karena titer antibodi menurun sekitar 50% pertahun setelah pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui Perbandingan seropositivitas antara narakontak penderita kusta baru tipe Multibasilar serumah dan tidak serumah di Bireuen NAD dan RS. Kusta.P .Sicanang Medan. Penelitian adalah bersifat observasional analitik dengan rancang bangun cross sectional lewat pemeriksaan Laboratorium pada kelompok narakontak penderita kusta. Hasil penelitian ini didapatkan total sampel sebanyak 93, yang terdiri atas 31orang Penderita kusta MB, 31 narakontak serumah dan 31 narakontak tidak serumah. Dari 62 narakontak didapatkan 34 narakontak dari RS. KustaP. Sicanang Medan sekitarnya dan 28 orang berasal dari Bireuen NAD. Seropositivitas titer Antibodi IgM anti PGL-I dari 31 penderita kusta diperoleh seropositif 27 orang (87.1%) dan seronegatif 4 orang (12.9%). Seropositivitas antara narakontak serumah dan tidak serumah penderita kusta tipe multibasilar , diperoleh 21 orang (53,8%) seropositif dan 10 orang (43,5%) seronegatif pada nara kontak serumah. Pada narakontak tidak serumah diperoleh 18 orang ( 46,2%) seropositif dan 13 orang (56,5%) seronegatif. Didapatkan hubungan tidak signifikan seropositivitas antara narakontak serumah dan tidak serumah penderita kusta tipe multibasilar dengan p = 0.430. Seropositif berdasarkan lamanya kontak pada narakontak serumah penderita kusta multibasilar lama kontak lebih dari 3 tahun yaitu 21 orang (67,7%) seropositif dan 10 orang (32,3%) seronegatif. Narakontak tidak serumah dijumpai lama kontak 6-12 bulan 1 orang (25%) seropositif,. 3 orang (75%) seronegatif. Lama kontak 1-3 tahun 4 orang (44,.4%) seropositif, 5 orang (55,6%) seronegatif clan lama kontak Iebib dari 3 tahun 13 orang (72,2%) seropositif, 13 orang (27,8 %) ser-0negatif. Didapat hubungan tidak signifikan seropositivitas antara kelompok narakontak dengan lamanya 6- 11 bulan, 1·3 tahun dan kelompok > 3 tahun denganp=0,138. Secara umum dari penelitian ini pada narakontak yang mempunyai titer Antibodi IgM anti PGL-I tertinggi (> I 000 u/ml) merupak.an subklinis perlu monitoring secara ketat, keadaan dimana individu tersebut dari luar tampak sehat namun titer antibodi spesifik sudah tinggi, akhir dari proses ini adalah timbul kusta manifes.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectKadar Seropositifen_US
dc.subjectPenderita Kusta Tipe Multibasilaren_US
dc.titlePerbandingan Kadar Seropositif antara Nara Kontak Serumah dan Tidak Serumah Penderita Kusta Tipe Multibasilar Di RS. Kusta. P. Sicanang Medanen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI11704#Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
dc.description.pages84 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record